George's PoV.
"Di mana ... di mana ...," gumamku.
Mataku masih terasa berat. Aku rasa aku baru tidur lama sekali. Aku mengerjapkan mataku untuk memperjelas penglihatanku dan menangkap Chika, Gabby, dan Fitz sedang tergeletak di permukaan suatu benda.
Aku berada di atas kapas merah muda yang empuk!
Bukan, bukan itu. Ini ... awan? Awan merah muda?
Aku terkejut kala Chika terduduk mendadak. Ia mencari kacamatanya yang lenyap entah ke mana.
"Kacamataku ... kacamataku .... Lensa, aku tidak memakai lensa ...."
Aku melirik sebuah benda merah yang terselip di antara awan-awan itu. Ternyata, benda itu adalah kacamata Chika. Mungkin Chika tak menyadari keberadaanku lantaran miopianya yang tinggi. Untung aku tidak sering membaca dengan posisi salah.
"Chika, ini kacamatamu," kataku sembari mengambil lalu memberikannya pada Chika.
"Si-siapa kau?!" ujar Chika.
"Aku George, Chika."
"Oh, George. Terima kasih," ujarnya sambil tersenyum.
Ia pun memakai kacamatanya.
"Tempat apa ini?" tanya Chika.
"Aku juga tidak tahu, Chika."
Mungkin ini ....
"Mungkin ini surga," celetukku.
"Surga?! Kita sudah mati?!"
"Aku bilang mungkin," ucapku.
"Oh."
Gabby dan Fitz pun terbangun. Mereka kelihatan lelah sekali, seakan kita baru saja mendaki Gunung Everest. Aku tak tahu kita ada di mana dan mereka juga terlihat kebingungan.
Di mana kita?
***
"Mereka berhasil datang kemari, Tuan!"
"Be-benarkah?!"
"Benar! Sensor langit menyala!"
"Kalau begitu, biarkan mereka datang ke sini."
"Tapi, Tua---"
"Tidak usah riuh, aku sudah punya rencana yang bagus."
***
"Oh iya, Gabby bersandar dan aku membuka buku, bukan?" tanyaku.
"Benar, jangan-jangan kita ada di dalam buku," ujar Gabby.
"Tidak mungkin, harusnya kita ada di daratan," celetuk Fitz.
Chika yang dari tadi memainkan jaketnya pun ikutan berbicara, "Tapi bisa jadi kita ada dalam buku itu."
Umm ....
Aku bingung, serius.
Di mana kita?
Aku tak tahu apa yang harus dilakukan.
Eh, apa itu?
Kumpulan asap putih mengelilingi kami lalu akhirnya menutupi kami sepenuhnya. Kami tak dapat melihat apa pun karena asap yang tebal, mungkinkah ini takdirku?
***
Aku membuka mata dengan malas, mengetahui bahwa aku akan terdapat di tempat lain. Dan benar, aku berada di sebuah hutan. Hari ini cerah, sangat cerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends Forever [ON HOLD]
FantasyTakdir dapat dilawan, jika kau berteman dengannya. Keempat sahabat ini mengalami takdir yang cukup rumit. Mereka yang awalnya berteman dengan normal, berubah drastis ketika mereka mendatangi sebuah bangunan Castil kuno. Takdir mereka berubah, tapi...