Bagian 1

2K 43 2
                                    

Happy Reading!!
Jangan Lupa Bahagia...

***

“Dr. Elisha Nur.”

Aku berbalik saat ada yang memanggilku. Aku tersenyum melihat sahabatku, Akira, datang menemuiku. Aku memang sedang berada di rumah sakit tempat aku bekerja selama 6 bulan ini. Aku tahu kenapa dia menemuiku sore ini. Mulai besok aku akan dipindah-tugaskan di sebuah daerah terpencil di Bali. Aku antusias untuk itu. Aku akan mendapat suasana baru.

“Hei, Akira!?” Dia menghampiriku. Sekarang dia sudah ada di hadapanku. “Ada apa?” tanyaku membuatnya mengerutkan keningnya seperti tidak percaya.

“Kamu bakal ninggalin aku besok dan kamu nanya ‘ada apa?’. Are you sure?” tanya Akira dengan nada sedikit kesal.

“Ha ha ha.” Aku tertawa dan langsung merangkulnya. “Ayo, ke ruanganku! Aku harus mengambil barang-barangku dan bersiap untuk besok. Oh iya, kau menginap di rumahku, kan?”

“Tentu. Aku sudah izin,” jawab Akira bersemangat.

“Trus, kamu sama siapa ke sini?” tanyaku mulai melangkahkan kakiku berjalan menuju ruanganku.

“Iqbal,” jawab Akira cepat.

“Trus, Iqbalnya dimana?”

“Di parkiran.”

Iqbal adalah salah satu sahabatku juga dan kekasih Akira sejak SMA. Kami memang sudah saling mengenal sejak sekolah. Kira-kira 8 tahun yang lalu. Sekarang Akira sudah menjadi seniman, gadis itu menjadi seorang pelukis terkenal. Sedangkan Iqbal bekerja di sebuah perusahaan dengan posisi yang lumayan. Aku senang karena sampai sekarang mereka masih menemaniku dan masih menjadi sahabatku.

Aku keluar dari ruanganku dengan membawa beberapa barang yang harus kubawa pulang. Akira membantuku membawa sebagiannya. Saat tiba di parkiran, Iqbal segera menghampiri kami untuk ikut membantu juga dan memasukkan barang-barangku di bagasi mobilnya.

Sebelum masuk ke mobil Iqbal, aku berbalik untuk melihat rumah sakit yang sebenarnya sudah 2 tahun terakhir ini menjadi tujuanku tiap harinya. Tapi 6 bulan ini aku baru diangkat menjadi dokter tetap. Sekarang aku punya tempat tujuan baru dan semoga aku bisa melakukan tugasku sebagai dokter disana.

“Hei, mau hujan, nih. Cepetan!!” Akira yang sudah duduk di jok depan di samping pengemudi menyadarkanku. Aku pun mengangguk kepadanya dan segera masuk di bagian jok penumpang bagian belakang.

“Udah nggak ada yang kelupaan, kan?” tanya Iqbal mulai menyalakan mesin mobilnya.

“Iya.” Aku mengangguk mantap. Iqbal mulai menjalankan mobilnya keluar dari parkiran rumah sakit. Mungkin setelah ini aku akan rindu suasana di kota ini.

***

Perjalanan ke rumahku cukup memakan waktu lama. Apalagi sore ini jalan mulai macet karena memang sudah jam pulang kerja ditambah lagi cuaca mendung. Mungkin sebentar lagi hujan. Itu bisa membuat jalan semakin macet dan akan membutuhkan waktu lebih lama lagi untuk sampai ke rumah.

“Yah, hujan!!” Iqbal mengeluh saat rintik-rintik hujan mulai membasahi bumi.

“Hujan pertama,” gumamku melihat keluar. Aku menyandarkan kepalaku di jendela mobil seraya mendengar suara hujan yang semakin lebat.

Dari sudut mataku, aku melihat Iqbal menoleh ke arahku. Sedangkan Akira langsung berbalik ke belakang. Aku tersenyum paksa saat menatap Akira. Mereka tahu pasti apa yang aku pikirkan. Bisa dibilang mereka jadi saksi perjalanan cintaku selama ini, dan untuk kesekian kalinya aku merasa beruntung memiliki sahabat seperti mereka.

Hujan PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang