Prolog

41 11 10
                                    

Sejak kapan langit se biru ini, kenapa aku tergeletak di tempat ini.

Berbagai macam suara terdengar, sepertinya semua orang sedang mengeruminiku.

"Hey bangun!! Hey tetap bersamaku"

"Ia kehilangan kesadaran, cepat segera panggil ambulan!!"

"Tidak akan sempat, aku antar pakai mobilku saja"

"Cepat anggat dia masuk"

Tubuhku terasa semakin dingin, kenapa aku tidak bisa bergerak.

Padahal disini tidak ada siapapun, kenapa berisik sekali.

Oh tidak, jantungku semakin melemah. Seseorang, siapa saja, tolong aku.

Suara-suara kalian semakin mengecil. Tolong katakan sesuatu, aku semakin takut, aku mulai kehilangan penglihatan. Ss-iapa saja..

×××

Dimana ini? Sejak kapan aku pergi, ah benar aku mungkin sudah mati. Kenapa aku menangis? Setidaknya ini lebih baik dari pada hidup namun terasa mati di dunia sana.

Srk-Srk-Srk, Terdengar suara seseorang sedang membawa sesuatu. Aku melihat sesosok yang indah, sangat rupawan disertai cahaya yang hangat, ia datang dari langit, seperti malaikat.

Srk-Srk-Srk, Suara ini semakin dekat dari belakangku, kupikir suara ini berasal dari mahluk indah itu. Lalu siapa di belakangku?

Cratt!! Sepersekian detik sebelum sempat menoleh kebelakang, telapak tangan yang hitam dengan kuku tajamnya sudah menggenggam jantungku. Sakit sekali rasanya, sampai ingin kehilangan kesadaran tapi tidak bisa. Aku hanya bisa merasa sakit.

Aku terpaku dengan mata yang terbuka lebar seakan tidak percaya, tangan hitam itu tidak melepas jantungku. Sosok malaikat di depan sana hanya menyaksikan aku yang sedang terpuruk. Aku tidak percaya ini bisa menimpaku. Kumohon Tuhan hilangkan saja aku, jangan sisksa seperti ini, kumohon.

Malaikat itu mengatakan sesuatu, tapi aku tidak bisa mendengarnya. Krek-krek Tiba-tiba dari bagian kaki berubah menjadi batu, tangan hitam yang menggenggam jantungku pun terlepas. Namun aku telah berubah menjadi patung batu.

Hanya tinggal pikiran dan penglihatanku yang masih ada. Malaikat rupawan itu mendekat, ia membawa sebuah gadah besar ditangannya. Ia mengatakan sesuatu lagi, namun tidak bisa terdengar.

Belum sempat aku berfikir apa yang ia katakan, DUARR!! aku telah dihancurkan berkeping-keping. Waktuku berhenti disini.

 Waktuku berhenti disini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 10, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Skizofrenia SyndromeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang