LH.6

29 9 0
                                    

" sebelum gue cerita, gue mau ngomong sama loe."

"Yaudah ngomong aja."

"Sebenernya, loe adalah orang pertama yang gue kasih tau cerita ini, jadi tolong loe simpan rahasia ini ya."
Ucap Roy sambil memandang Sheryn.
Entah kenapa,Sheryn salah tingkah ketika Roy menatapnya.

"I-iya, buruan cerita." ucap Sheryn sambil menopang dagu.

"Dulu waktu gue kecil, gue tinggal di daerah ini terus gue punya tetangga namanya--"

Kring...kring...

Cerita Roy terpotong karena ponsel Sheryn berbunyi.

" bentar ya."
Roy menghembuskan nafas kasar ketika ceritanya terputus.

Saat Sheryn melihat siapa yang menelfonnya, ternyata itu Revi.

"Halo."

" eh, kamu kemana aja sih? Kok nggak kasih kabar sama sekali"

"Aku lagi di Bandung."

"Ngapain ke sana? Nggak ngajak lagi."

"Kangen aja sama suasananya, hehe ya maap, kirain gak mau ikut, biasanya kan kalau di ajak gak pernah mau."

"Serah deh, btw kamu sama siapa kesana?"

"Emm, aku sama--"

"Kok kamu gugup gitu, Kenapa?"

"Nggak kok,nggak papa."

"Sheryn, kebiasaan deh kalau aku tanya pasti nggak dijawab."

"Emang aku nggak papa kok."

"Bukan yang itu, tadi kan aku tanya kamu kesana sama siapa?"

"Aku kesini sama--Roy."

"Hah,  kok bisa kamu sama Roy? Ngapain coba ke villa berdua?"

"Aduh, mulai ya pikirannya. Aku tuh kesini buat hukum Roy."

"Hukum? Maksudnya?"

Saat Sheryn akan menjawab pertanyaan Revi, tiba-tiba Roy memanggilnya.

"Sheryn! Udah belum? Lama amat."
Teriak Roy tanpa beranjak dari tempatnya.

"Eh, udah dulu ya Rev, Roy udah ngamuk tuh."

"Iya deh, jangan lupa pj nya ya."

"Apaan sih Rev!"

Ucapku seraya memutuskan telfon dari Revi.

" iya, bentar!" Sheryn segera berlari menghampiri Roy.

"Lama amat sih."

"Ya maap, itu tadi dari Revi nggak enak kan kalau nggak diangkat.

"Ya-ya, jadi loe mau nggak nih dengerin cerita gue, lebih ke curhat sih sebenernya." ucap Roy sambil memandang Sheryn.

"Iya, mau loe curhat tentang utang loe juga gue bakal dengerin kok."

"Hhmm, jadi lupa kan gue crita sampe mana tadi."

Sheryn mengetuk dagu dengan telunjuknya.

"Sampe-- loe punya tetangga."

"Oh ya, gue dulu itu punya tetangga namanya Deby. Dia pindahan dari Surabaya, waktu itu gue seneng banget bisa punya temen, setelah sekian lama gue diem di rumah akhirnya gue bisa main sama Deby.
Bahkan kita satu sekolah dari TK sampai SMP. Waktu SMP perasaan gue mulai berubah sama Deby, dari temenan ke sayang. Tapi gue gak berani ungkapin."

Last HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang