.
.
.
"Hatsyi!""Uhuk uhuk. Ugh….."
Sunggyu menyeka ingusnya menggunakan tissue ditangannya seraya menatap punggung suaminya yang tengah berkutat di meja dapur. Ya. Suaminya itu tengah membuat sarapan, sedangkan ia hanya duduk-duduk manis saja di meja makan.
Suaminya –Woohyun- memang melarangnya untuk melakukan aktivitas rumah karena kebetulan suaminya itu sedang libur bekerja, telebih lagi sudah seminggu ini dirinya terserang influenza dan belum sembuh juga.
Sunggyu menyunggingkan senyumnya saat melihat Woohyun begitu serius dengan kegiatannya. Ia merasa sangat beruntung dan bersyukur Woohyun bisa menjadi pendamping hidupnya, menjadi pelengkap dari semua kekurangan yang ada pada dirinya.
…
Sunggyu tengah berdiri di ambang pintu ruang tamu, menatap was-was pada Woohyun yang tengah duduk di ruang tamu berhadapan dengan kedua orang tuanya.
Ia berharap semoga orang tuanya tidak memarahi Woohyun karena lupa untuk mengantarkan Sunggyu kembali ke rumah sebelum hujan turun, hingga akhirnya mereka berdua pulang ke rumah Sunggyu dengan keadaan basah kuyup.
Beruntung orang tuanya mau mempersilakan Woohyun masuk meski sampai sekarang belum ada percakapan sama sekali diantara mereka.
Dan kini dilihatnya Woohyun berdiri kemudian membungkukkan badannya ke arah kedua orang tuanya.
"Kim ahjussi, Kim ahjumma….. ijinkan aku untuk menikahi putri kalian."
Sunggyu terbelalak kaget mendengar pernyataan Woohyun, begitu juga orang tuanya.
Pernyataan yang tiba-tiba dan tanpa basa-basi itu, tak ada romantis-romantisnya sama sekali.
Heol. Apa itu yang disebut melamar?
Namun ia bersyukur atas tindakan nekat 'lamaran ala Woohyun', tersebut karena rupanya kedua orang tuanya telah mengharapkan hal itu selama ini.
Orang tuanya telah percaya pada Woohyun dan memang menginginkan Woohyun untuk menjadi pendamping hidup anak mereka.
Terlebih lagi Woohyun dan Sunggyu telah berpacaran sejak tahun kedua di SMA hingga kini mereka duduk ditingkat akhir kuliah. Dan tepat satu minggu setelah kelulusan mereka dari Universitas, mereka melangsungkan pernikahan.
…
"Chagiya, sarapannya sudah siap. Minumlah dulu susunya selagi hangat."
Suara halus Woohyun yang kini tengah menyentuh pundaknya usai menaruh empat piring nasi goreng dan tiga gelas susu di meja -Woohyun sendiri sudah minum coffee- membuyarkan lamunan Sunggyu.
Woohyun menatapnya lembut dan Sunggyu membalasnya dengan senyuman paling manis.
"Gomawo, Chagi. Kalau begitu aku akan-"
"Eomma, appa! Selamat pagi~"
Sungjong –anak bungsu mereka- berlari memasuki dapur dan memeluk kaki sang appa, sedangkan tangannya meraih tangan sang eomma dan menciumnya."Aigoo~ anak eomma sudah bangun, eum?"
Sunggyu menangkup kedua pipi Sungjong, ingin menciumnya namun diurungkannya karena takut flunya menular.Sedangkan Woohyun mengusap kepala sang anak dengan lembut. Sungjong mengangguk pelan menjawab pertanyaan sang eomma.
"Hyungmu mana, baby?"
Sungjong mendongak untuk menatap wajah sang appa, kemudian anak berumur 5 tahun itu seketika memasang raut wajah kesal."Sungyeol hyung sulit sekali dibangunkan. mungkin dia tidur larut karena semalaman dia sibuk bermain game. Aku kesal sekali."