The Forest Witch : 1

2.4K 214 7
                                    

  

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  

Aku pulang sekolah dengan berjalan kaki seperti biasanya, aku memakaikan sebelah headset bluetooth lalu menutup kepala dengan tudung jaket berwarna pink miliku. Percaya atau tidak sepertinya aku memiliki indera yang cukup peka terhadap suara-suara atau pergerakan di sekitar, aku menengok sesekali ke arah belakang memastikan tidak ada yang menguntit.

"Huft, mungkin cuma perasaan." Gumamku, lalu kembali melanjutkan langkahku.

Awan tiba-tiba menggelap, angin mulai bergemuruh membuat daun-daunan kering berterbangan. Tepat beberapa langkah lagi menuju rumahku, sosok dengan tudung kepala hitam muncul di hadapanku begitu saja membuatku melompat terkejut.

"Siapa kamu!" Tanyaku sembari perlahan memundurkan tubuh.

"Rupanya putri benar-benar ditinggalkan di dunia fana ini ya, senang bertemu dengan anda." Sosok itu adalah wanita dengan mata kanan berwarna kuning dan kiri berwarna hijau, rambutnya hitam pekat namun bagian poninya sedikit berwarna abu.

"Putri? Kamu ini siapa!"

"Kamu bisa tahu aku siapa, ketika kamu pergi ke tempat seharusnya kamu berada."

"Kamu ngomong apa sih, ngawur banget." Kataku penuh kesal.

"Biar aku buktikan sesuatu, pernahkah anda terluka? Tidak curiga kah anda tidak memiliki bekas luka layaknya manusia lain?" Kata wanita itu sembari tersenyum tipis, lalu ia mengeluarkan belati dan menggores betisku. Aku refleks berteriak, dan terkejut sekilas seperti ada cahaya terang dan benar tidak tergores sama sekali. Aku sangat terkejut, tidak mungkin.

"Hei orang aneh, jangan ganggu anak-anak disini!"

Suara Bibi Alice menyadarkanku, aku segera berlari menghampiri Bibi Alice dan bersembunyi di balik tubuhnya. Bibi Alice adalah tetangga sebelahku, dia seorang petugas polisi wanita yang hidup sendiri disini. Wajahnya tegas dengan rambut pendek berwarna coklat, kini menatap tanpa rasa takut pada wanita aneh itu.

"Aku tidak punya waktu untuk meladeni kamu, sampai jumpa Putri!" Katanya diiringi suara tawa lalu menghilang di balik portal berwarna hitam. Aku mengedip-ngedipkan mataku, masih tidak percaya atas apa yang baru aku lihat.

"Kamu gakpapa?" Tanya Bibi Alice.
"Iya, terimakasih Bibi Alice."
"Syukurlah."

"Bibi melihatnya bukan? Aku bukan satu-satunya yang melihat ke anehan itu kan?"

"Lebih baik kita lupakan saja pernah melihat semua ini, dan jalani seperti biasanya. Oke?" Yang dikatakan Bibi Alice ada benarnya, aku mengangguk setuju. Jika terus dipikirkan akan membuat sakit kepala, kejadian tadi tidak bisa dipikirkan secara alamiah.

****

Hari ini aku duduk dikelas seperti biasanya, aku memandangi lenganku mencari-cari sesuatu. Bohong sekali jika tidak kepikiran, aku sangat kepikiran apa aku benar-benar tidak bisa terluka? Bagaimana bisa? Apakah aku sejenis Hulk atau pahlawan super lainnya? Hanya ada jawabannya ketika aku mencoba membuktikannya, aku meraih bolpoin dan bersiap menojoskan ke lenganku untuk membuktikan omongan wanita aneh itu.

RATIODUWN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang