Śetelah mendapat operan bola dari Gilang, Garvine mengarahkan bola itu ke gawang dan menendang bola kuat-kuat.
"Sial!" umpat Garvine. Bukannya masuk ke gawang, bolanya malah melenceng jauh sampai tersangkut di pohon.
"Wah gimana tuh, lo yang ambil, kan lo yang nendang," ucap Raga, cowok keren yang pake kacamata. Selain ganteng, Raga juga sangat pandai, dia sering menjadi saingan Delfina dalam merebutkan peringkat paralel dan juga Olimpiade Sains. Dia salah satu teman geng Garvine yang paling beres diantara mereka.
"Ckck, rasain tuh." Delfina tertawa kecil, tapi sungguh nahas, Garvine mendengar tawanya.
"Heh, lo, ngapain tertawa? Lucu?" Garvine menghampiri Delfina.
"Banget." Delfina membalas tatapan tajam Garvine.
"Oh, lucu ya.. sekarang lo ambil tuh bola." Garvine menunjuk bola yang ada diatas pohon.
"Enak aja, ogah!"
Garvine mencengkeram tangan Delfina. "Ih, sakit."
Delfina berusaha melepaskan cengkraman tangan Garvine.
"Ambil bola itu!""Nggak mau!" Delfina tetap teguh pada pendiriannya.
Garvine mendekatkan kepalanya ke telinga Delfina, kemudian membisikkan sesuatu, "Kalau lo nggak mau ngambil bola itu, gue bakal sebarin rahasia lo!"
"Hah? Rahasia apaan sih?"
Garvine menyeringai, "Rahasia kalau lo suka sama Raga."
Delfina membelalak, darimana dia mengetahui rahasiaku, batinnya.
"M-maksud lo apasih?"
Garvine tertawa meremehkan, "Gausa sok bego deh, bego beneran tau rasa lo!"
"Cepet ambil bolanya!" suruh Garvine lagi.
"Udah gue bilang, gue nggak mau!" Delfina berteriak. Raga yang mendengar teriakan Delfina menepuk bahu Garvine.
"Udahlah bro, ambil aja sendiri." ucap Raga.
Garvine menepis tangan Raga dibahunya, "Dia aja yang ambil, biar guna dikit!"
Garvine mendekat ke arah Delfina lagi, Delfina otomatis mundur.
"Ambil bola itu sekarang atau.." Garvine membisikkan sesuatu di telinga Delfina.
"...gue bilang ke Raga, kalau lo suka dia." lanjutnya.
Delfina memucat. Tentu saja Delfina tidak mau Raga mengetahuinya, ia malu.
Haruskah ia mengambil bola itu?
Atau membiarkan Garvine memberitahu Arga?"Udah kelamaan mikir! Cepet ambil aja bolanya!" Garvine mendorong Delfina.
"Gue nggak bisa manjat,"
"Bodo amat,"
"Gue nggak berani,"
"Ambil bolanya atau gue sebarin rahasia elo?" Ancam Garvine.
"Bro, lo keterlaluan. Udah biar gue aja yang ambil bolanya," Raga yang hendak menghampiri Delfina ditahan oleh Garvine.
"Udah, lo nggak usah ikut campur!" Garvine mendorong Raga menjauh.
Delfina melihat pohon sebentar, ia masih tidak yakin harus memanjat pohon itu.
"Del, jangan manjat, nggak usah dengerin Garvine!" Raga hendak mencegah Delfina kembali ditahan oleh Garvine.
"Panjat aja atau gue sebarin rahasia lo!"
Raga tidak tahu rahasia apa yang dibicarakan mereka berdua, yang terpenting saat ini adalah mencegah Delfina naik ke atas pohon. Raga tidak habis pikir dengan pola pikir temannya satu ini, masa iya dia melakukan hal yang menurutnya berbahaya kepada pacarnya sendiri.
Delfina mulai memanjat, ia mendengar teriakan Raga yang menyuruhnya turun. Ia melihat Garvine, cowok itu tersenyum sambil berkata "Ambil bolanya atau gue sebarin rahasia lo!" tanpa suara.
"Del turun!" Delfina menghiraukan teriakan Raga dan tetap terus memanjat. Ia meraih bola itu dan berhasil mengambilnya. Raga menghembuskan nafasnya lega.
Tapi saat hendak turun pijakan kakinya di salah satu dahan terlepas. Tangannya pun tidak sempat meraih dahan pohon. Alhasil, Delfina meluncur dan jatuh dengan kaki yang mendarat duluan.
"Delfina!" Teriak Raga. Dia langsung berlari menghampiri Delfina.
"Del? Kaki kamu nggak apa-apa kan?" Tanya Raga khawatir.
Delfina meringis menahan sakit di kakinya. Ia melihat kakinya yang mulai membiru karena kesleo. Raga memegang kaki Delfina.
"Sssh.."
"Kayaknya kaki kamu keseleo, ayo ke uks." Ajak Raga. Delfina mencoba berdiri tapi kakinya terasa sakit. Melihat Delfina tidak bisa berdiri, Raga langsung menggendong Delfina dan membawanya ke uks. Terdengar suara teriakan tertahan dari siswi-siswi yang kebetulan ada disana saat Delfina jatuh dari pohon. Mereka berbisik-bisik tentang apa yang baru dilihatnya.
Raga menggendong Delfina melewati Garvine. Garvine terdiam di tempatnya. Ia mencoba mencerna kejadian barusan dengan baik. Ia sudah berteman sangat lama dengan Raga, dan dia belum pernah melihat Raga sekhawatir itu. Garvine menautkan alisnya kemudian ia terkekeh. Sebuah ide bagus muncul dikepalanya.
"Bakalan seru nih,"
⭐⭐⭐
Setelah diperiksa dan dibalut oleh petugas uks, Delfina disuruh istirahat untuk memulihkan kakinya. Raga menarik kursi yang ada disamping kasur Delfina.
"Gimana? Udah mendingan?" Tanya Raga.
Delfina mengangguk, "Lumayan."
Raga bersender di kursi, "Kan udah gue bilang jangan naik, kenapa masih ngotot naik, sih?"
Delfina terdiam. Ia tidak bisa menjawab pertanyaan Raga.
"Kamu segitu sukanya sama Garvine, sampai mau-mau aja disuruh manjat," ucap Raga.
Yang aku suka itu kamu Ga..
"Kalau disuruh Garvine lompat jurang mau?" Cecar Raga. Delfina semakin sedih mendengar ucapan Raga.
Raga bangkit dari kursinya, "Yaudah, aku tinggal dulu ya, jangan kemana-kemana,"
Raga berjalan menuju pintu. Baru saja ia akan membuka pintu, Delfina memanggilnya, "Raga!"
Raga menoleh, "Makasih." ucap Delfina tersenyum.
Raga balas tersenyum, "Sama-sama. Aku pergi dulu ya,"
Delfina mengangguk, sosok Raga pun hilang di balik pintu. Delfina memejamkan matanya. Semua ini membuatnya muak. Perilaku Garvine yang semena-mena kepadanya, dan tentang rahasia itu. Darimana Garvine tahu?
Yang pasti sekarang ia harus putus dengan Garvine.
Harus.🌟🌟🌟
Setelah masa perjuangan dapetin feel cerita ini lagi, akhirnya.. up juga
Maaf chapt nya pendek..
Love u all😘P.s.
Gue pen ngakak, baru nyadar kalo PARAMOUR update 3 bulan sekali :v
Semoga bisa update tiap hari (ngarep)
KAMU SEDANG MEMBACA
PARAMOUR
Roman pour Adolescents[Teen Fiction Project #2] Tidak ada angin, tidak ada hujan, Garvine tiba-tiba menembak Delfina. Delfina tentu saja menolak, tapi Garvine mengambil keputusan sepihak. Apa tujuan Garvine sebenarnya? (Februari 2018)