Chapter 7 ["Thanks Bro!"]

4.4K 306 24
                                    

"Bryan? Apakah maksudmu Choi Bryan?"

Sang dokter terlihat begitu terkejut mendengar nama itu.

"Apa kau mengenalnya?" Tanya sang ayah.

"D-dia anakku." Jawab sang Dokter terbata sambil menunduk.

Wooji segera berjalan menghampiri dokter tersebut dan menarik kerah baju sang dokter.

"Apa kau tahu sekarang anakmu juga berada di rumah sakit ini, huh?"

"B-Bryan di rumah sakit ini?"

"Kalau aku tidak tahu Bryan itu adalah anakmu, mungkin tadi anakmu akan habis oleh ku! ORANG TUA MACAM APA KAU INI!!" Bentak Bryan dan mendorong sang dokter dengan sangat kuat.

Wooji hendak kembali menghampiri Bryan di ruang rawatnya. Namun sang dokter memeluk kaki Wooji memohon agar tidak melakukan hal yang sama seperti Jungkook.

"Aku mohon! Jangan apa-apakan anak saya!!"

Wooji menarik kakinya dari pelukan sang dokter.

"NYAWA HARUS DIBALAS DENGAN NYAWA!!"

"WOOJI!!"

Sang ayah datang menghampiri Wooji dan memeluknya berusaha menenangkan Wooji yang sudah larut dalam api amarahnya.

Sementara itu Yoora berusaha menenangkan ibu Wooji yang terus-menerus mengeluarkan air mata.

"Ayah.. hiks.. Jungkook tidak boleh pergi dalam keadaan seperti ini!" Tangis Wooji dalam pelukan sang ayah.

"Wooji.. ayah tidak mau masalah ini semakin parah.. jangan sakiti anak dokter itu.. ayah mohon.. lepaskan adikmu.." Ucap sang ayah dengan nada yang bergetar.

"Tuan.. tolong maafkan anak saya.. saya mohon.." Ucap sang dokter berlutut dihadapan Wooji dan sang ayah.
.
.
.
.
.
Upacara Pemakaman.

Suasana terasa sangat berkabung. Yoora yang menghadiri upacara pemakaman Jungkook terus berusaha menenangkan Wooji yang terus menerus menyalahkan dirinya.

Sedangkan sang ibu terus menerus menangis dalam pelukan suami dan terus menyesali semua perbuatannya terhadap Jungkook semasa hidup.

Wooji bangkit dari duduknya dan berjalan dengan langkah yang gontai menghampiri peti mati Jungkook yang terbuka.

Wooji kembali menangis di sisi peti mati Jungkook. Wooji benar-benar tak menyangka bahwa hal seperti ini akan terjadi kepada Jungkook.

Wooji menatap wajah tenang Jungkook, ia berusaha tersenyum dihadapan Jungkook. Wooji menyeka air matanya san kembali tersenyum. Ia rapikan rambut Jungkook. Ia juga merapi Jas yang tengah digunakan oleh Jungkook.

"Kau terlihat sangat tampan. Kau tahu? Lebam-lebam di wajahmu itu membuat kau terlihat lebih jantan. Haha. Ah, kau itu enak ya. Hiks.. disini aku masih harus melewati ujian sekolah. Sedangkan kau.. hiks.. kau sudah bisa tidur dengan nyenyak.." Ucap Wooji yang terus berusaha tersenyum.

Tiba-tiba seseorang memegang bahunya. Dan ternyata itu adalah sang ayah. Sang ayah tersenyum melihat Wooji walau tak dapat dipungkiri bahwa kedua mata sang ayah tak dapat menahan air matanya.

"Lihatlah adikmu. Apakah ia terlihat sangat kuat dan tampan?"

"Sangat."

"Jungkook, kau itu sangat kuat, nak. Oleh karena itulah Tuhan menginginkanmu kembali. Tuhan ingin kau beristirahat."

Wooji tersenyum ketika melihat gelang yang masih dikenakan oleh Jungkook.

"Aku berjanji akan menjaga gelang ini." Ucap Wooji sambil memegang gelang miliknya.
.
.
.
.
.
"Jangan bergerak!!"

Could I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang