CATATAN 5 - PERMEN

269 41 0
                                    

Dear diary,

Pikniknya sungguh tidak terlupakan!

Ketika dia menjilati pipiku ... dia jadi seperti anjing, wajahku langsung memerah!

Tetapi tetap saja, yang membuatnya terlihat begitu manis adalah ketika dia sedang menyanyi.

Dia memiliki suara yang memesona, yah ... begitulah menurutku.

Jantungku berdegup begitu kencang. Seandainya saja kau punya mata, diary, kau pasti akan menertawakanku.

Ngomong-ngomong, sesuatu yang mengejutkan terjadi! Dan aku tidak boleh memberitahu siapa-siapa!

"Wow, benar-benar sebuah kebetulan," kata Tseng sambil meminum sodanya, sementara Elena hanya mengiyakan sambil membaringkan kepalanya pada pundak Tseng.

"Kau tidak pernah memberitahuku tentang Cloud!" seru Aerith, yang membuat Zack meminta maaf.

"Cloud tidak suka untuk dibicarakan."

"Ironis, karena seluruh dunia membicarakannya," tambah Vincent sembari melahap kentang gorengnya.

"Tepat sekali, Vince!" jawab Yuffie sambil memeluk lengan Vincent, Vincent terlihat kesal.

"Ngomong-ngomong, kudengar Tuan Terkenal Sedunia punya sepupu yang membuatnya tampil di kelas empat," kata Elena. Yah, kalau soal rumor, Elena dan Tseng memang nomor satu. Mereka berdua adalah bagian dari grup yang bernama Turks, oh ya, Reno juga bagian dari grup itu.

"Dan Tifa ada di sana juga," kata Reno sambil berusaha untuk terus mendekati Yuffie, sementara Yuffie terus menendang kursi Reno setiap jarak mereka sudah mulai dekat. Pemandangan itu membuat yang lain tertawa, sementara Vincent hanya menghela napas.

"Jadi, kau yang pertama bertemu dengan Cloud?" tanya Aerith, yang disahut oleh kata 'beruntung' dari Yuffie.

"Tidak, sebenarnya aku bersama Vincent bertemu dengannya, jadi tidak Cuma aku," jawab Zack.

"Yah, maaf karena kau tidak mendapat penghargaannya, Zack," jawab Cloud setelah menyesap latte-nya. "Ah ya, aku bertemu Tifa sebelum masuk ke sekolah."

Perkataan Cloud membuat yang lain kaget, pandangan mereka berganti dari Cloud ke Tifa dan seolah bertanya mengapa-kau-tidak-memberitahu-sebelumnya?

"Aku tidak tahu kalau dia penyanyi!" jawab Tifa membela diri, jawaban itu membuat yang lain menepukkan kepala. Sementara Tifa, tanpa sadar dia memegang kemaja Cloud, Tifa langsung buru-buru melepasnya. "Maaf!"

Tifa menjadi serba salah, dan kemudian dia meletakkan kedua tangannya di pangkuan sembari mencoba mengatur emosinya. Teman-teman yang lain melihat rona pink di wajah Tifa, dan juga Cloud yang sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari Tifa sedikitpun . Beberapa saat setelahnya, Cloud mengalihkan pandangannya ke teman-temannya dengan pandangan bingung.

"Ada apa? Ada sesuatu yang aneh di wajahku?" tanya Cloud yang kemudian dijawab dengan gelengan dan bisikan.

"Begitu ya ternyata?"

"Dia sungguh beruntung!"

"Begitulah Tifa."

Cloud menghembuskan napas dan kemudian mengeluarkan buku catatan serta pulpen, dia menaruhnya di pangkuan agar teman-temannya yang tengah asyik mengobrol tidak sadar. Tifa menyadarinya, tentu saja, tetapi dia tidak tahu apa yang Cloud tulis.

"Apakah itu … catatan yang lain?" pikir Tifa, dia ingin mengintip, tetapi terhalang oleh lengan Cloud.

Sayangnya, kali ini Cloud tidak merobek kertasnya seperti biasanya, Tifa menghembuskan napasnya dan menegakkan kepalanya. Yuffie dan yang lainnya sudah berhenti mengobrol. Tifa merasa heran mengapa mereka tiba-tiba berhenti mengobrol, padahal tadi kelihatan asyik sekali. Cloud memasukkan kembali pulpen dan buku catatannya ke dalam kantong, ekspresinya sama seperti Tifa, heran. Keduanya memperhatikan sekeliling, dan pada akhirnya mengerti mengapa suasananya menjadi hening. Hal itu karena suasana kafetaria yang juga tiba-tiba menjadi sunyi, dan kebanyakan orang—tentu saja—tengah menatap Cloud.

CATATAN [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang