Syah POV
Pada hari Senin, pukul 09.00 WIB, aku pergi ke kampung sebelah, yaitu kampung Durian. Disana, aku berniat untuk mencari pekerjaan. Ya namaku Veri Nurdiansyah, panggil saja aku Syah. Aku merupakan anak lulusan dari fakultas ekonomi. Kini, aku sedang mencari pekerjaan di kampung Durian. Setibanya disana, aku langsung mencari sebuah kantor untuk melamar pekerjaan. Satu per satu kantor telah aku coba, dan hasilnya nihil. Aku tidak diterima bukan karena pemikiranku kurang, melainkan karena semua kantor di kampung ini tidak membutuhkan seorang karyawan. Aku sudah berkeliling selama 5 jam, namun sampai sekarang aku tidak mendapatkan suatu pekerjaan apapun. Aku ingin menyerah sampai disini, tapi aku juga tidak mau menjadi seorang pengangguran. Aku ingin mewujudkan cita-citaku, yaitu sebuah keinginan yang muncul dari dalam hatiku untuk membahagiakan orang yang kusayangi, ya siapa lagi kalau bukan orangtuaku. Disaat semua badanku sudah terlalu penat, aku tak kuat lagi untuk berjalan dibawah terik matahari, yang mungkin suhunya kini mencapai suhu puncak (360°C) panas sekali. Aku memutuskan untuk istirahat di bawak pohon besar, dan duduk disebuah bangku yang terbuat dari bambu itu. Bangku tersebut terletak bawah pohon besar tersebut. Kepalaku kusandarkan dipohon."Huh! Susah sekali cari pekerjaan. Kalau aku menemukan ada lowongan kerja entah itu pekerjaan apa saja, aku bakal ke sana. Kerja jadi apa saja boleh, asalkan halal" gumam Syah.
Saat aku hampir terlelap, ada seorang perempuan yang sedang berjalan menghampiriku. Tak lama kemudian, mataku kabur. Dan... Aku pun tertidur
Minten POV
Siang ini, sangat panas sekali. Aku sudah lelah keliling untuk berjualan jamu. Aku pun memutuskan untuk beristirahat di tempat biasa, yaitu sebuah bangku yang terbuat dari bambu yang terletak di bawah pohon besar. Saat aku ingin berjalan menghampiri bangku tersebut, ada seorang laki-laki yang tertidur di bangku tersebut. Aku melihat wajahnya yang nampak lelah itu. Wajahnya terlihat asing bagiku, ya karena aku belum pernah melihat dia sebelumnya.
"Ini tempatku, aku disini juga butuh istirahat" batin Minten.
Aku tak tega untuk membangunkannya, karena dalam jiwaku masih terdapat jiwa kemanusiaan. Akhirnya, kuputuskan duduk di batu besar, yang terletak di samping bangku. Aku beristirahat dan menunggu laki-laki itu bangun, karena aku masih penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jamu In Love
Teen FictionKetika pahitnya jamu, bertemu dengan manisnya hubungan kita berdua. Namun, apakah hal tersebut akan tetap bertahan? Ataukah sebaliknya?