CHAPTER 1

50 8 2
                                    

Salju-salju turun secara lamban, Hawa dingin tetap saja memeluk diriku walaupun aku sudah memakai baju yang di balut jaket tebal dan syal.

Bahkan saat menghela nafas, asap putih samar~samar keluar dari mulutku.

***

Aku duduk di bangku taman yang pesisirnya sudah di selimuti salju. Sorot mataku memandang ke segala arah. Berharap seseorang datang.

Aku menundukkan kepala ku, perlahan air mataku mulai berjatuhan membasahi pipi ku. Kesedihan mengaunlmi diriku.

Ini sudah kesekian kalinya aku mengalaminya. memang benar, mungkin apa yang kulakukan selama ini padanya tidak berarti baginya.

Aku mendengar suara derap langkah yang menginjaki butiran salju yang jatuh ketanah.
Akupun mulai menahan isak tangisku, yang kini berubah menjadi amarah.

Aku mulai menatap tajam ke mata pria berambut pirang itu. Tampak seorang pria memkai mantel coklat. Pandanganku sedikit memudar, karena menahan jatuh nya air mata.

Tanpa berkata pria itu langsung memegang tangan ku dan kuhentakkan kembali tangan nya.

Kemudian aku mengikutinya dari belakang sorot mataku tak berhenti menatap seorang pria didepanku yang suadah menghancurkan hidupku.

*Hingga kami sampai di sebuah kafe*

Aku duduk bersebrangan dengannya.
Secangkir kopi hangat telah tersedia di hadapanku. Marah, kecewa dan penyesalan semua bercampur menjadi satu.

"Maafkan aku..." sahut pria yang memecah keheningan.

"Sudah cukup " jawabku singkat.

Tanpa basa-basi aku langsung berdiri dari kursi. Meninggalkan nya sendiri.

Sesaat Pria itu tampak kecewa. Tapi raut wajahnya seketika berubah menyeringai.

Kakiku mulai berjalan melewati pintu kafe. Sepatu ku menginjaki butiran salju yang jatuh. Dan membuat jejak sepatuku.

Sesampainya di rumah sederhana yang sekelilingnya sudah di selimuti salju.

"Kau sudah pulang?" Tiba-tiba seorang wanita mendekatiku dan memegang pundakku.

Wanita yang setengah mabuk itu. Dia adalah ibuku.

Walaupun berat mengatakannya tapi Dia tetaplah ibuku. Tampak seorang pria yang tengah merangkul ibuku. Namun Dia bukan Ayahku.

Ayahku sudah lama meninggal karena kecelakaan yang seharusnya ditimpakan padaku.

Ibuku hampir tiap hari membawa seorang pria kedalam rumah.

Aku langsung menuju lantai atas. Dan pergi kekamar tanpa mempedulikan Ibuku itu.

"Cihh.... kurang ajar kau!!! MATI SAJA KAU!!!"

Teriak ibuku yang kemudian melanjutkan kegiatannya bersama laki-laki itu.

#dikamarku

Aku masuk kekamar dan menguncinya. Aku duduk di kasur berwarna hijau zambrut itu.

Perlahan air mataku mulai berjatuhan melintas di pipiku.

Aku mulai menagis sejadi-jadinya. Semua amarah dan tangisku kulontarkan ke boneka berwarna pink itu.

Boneka itu adalah hadiah terakhir pemberian Ayahku.

Setelah beberapa menit akhirnya tangisku mulai mereda.

Tubuhku pun mulai merebah. Seketika mataku terpicing. Tapi, takbisa tertidur.

Aku meraih hp ku dan duduk kembali.

"Hallo..." sapaku

"Iya...hallo" jawabnya

"Bik... aku sudah tak tahan lagi"

"Kau tak boleh menyerah"

"Aku ingin tinggal bersama bibi"

"Apa kau yakin?"

Aku menghela nafas berat.

"Iya" jawabku singkat.

"Baiklah bibi akn mengurus keberangkatanmu. Kau akan terbang ke indonesia besok" sahut bibi menjelaskan.

"Baik"

Aku menghela nafas lega. Aku melihat sekeliling kamar ku itu. Dan mulai mengemas pakaian ku.

Aku mengambil sebuah celengan yang sudah ku tabung sejak lama. Sebagai pegangan ku.

Setelah berkemas, aku mulai tertidur diranjangku. Setelah beberapa menit baru akhirnya aku mulai terlelap.

# bersambung.....#

Atau enggak ???

***
Hayy.....
Hehehe... gak nyambung yah....
☹☹☹
Harap maklumya... ini novel yang kubuat sendiri...
Jadi pasti akan banyak kesalahan...
Karena diri ini barulah sebatas pelajar...😐😐😐

Ya udah.... kalau suka jangan lupa vote ya...

See you....

Ig: sara~juli_eta03

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 13, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ONE MINUTESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang