Diary 4 - Shafeea (Maukah Kau Berteman Denganku?)

0 0 0
                                    


Ternyata Aini salah telah berpikir kalau Tasya mau berteman dengannya setelah dia menengok Aini. Tasya makin mengacuhkanya. Tapi ketika banyak orang, dia malah bersikap baik padanya.

Hampir tengah semester. Tiba-tiba saja sekolah kedatangan murid baru.

"Kenalkan nama saya Shafeea Aluna Al Izzati. Karena ayah saya di mutasi kantornya ke daerah sini. Mau gak mau, saya ikutan pindah juga" katanya lantang. Cewek dengan logat sunda khas Bandung ini tersenyum manis. Para siswa cowok langsung gaduh oleh gestur Shafeea.

"Saya biasa dipanggil fia. Salam kenal semuanya. Semoga kita bisa berteman baik" lanjutnya mengakhiri perkenalannya. Siswa cowok langsung gaduh kembali dan bertepuk tangan.

Shafeea dipersilahkan duduk dibelakang Aini yang masih kosong. Tasya mengedikkan kepalanya. Aini dan Shafeea bersitatap.

"Hallo salam kenal. Aku Fia"
Aini menoleh ke belakang. Tasya tak menggubrisnya.

"Ha..halo. Aku Aini" sambil tersenyum kaku.

Waktu istirahat semua mengerumi Shafeea. Menanyakan banyak hal. Seperti seorang artis yang dikerumuni fans dan wartawan.

Dengan ramah, dia menjawab sambil sesekali tersenyum. Banyak yang mengajaknya berkeliling sekolah. Tapi entah kenapa tiba-tiba Yanuar menunjuk Aini untuk menemani Shafeea.

"Um.." Aini bingung memulai pembicaraan ketika membawa Shafeea berkeliling.

Aini sesekali menatap Shafeea dari sudut matanya. Wajah yang cantik, bersih, hidung yang mancung seperti keturunan Arab. Dia juga lebih tinggi dari Aini sehingga Aini harus sedikit mendongak ketika bicara.

"Jadi.." Aini memecah keheningan, "setiap kelas punya gedung yang bebeda. Ini gedung kelas X. Diseberang lapangan itu kelas XI dan di pojok sana gedung kelas XII. Gedung ditengah diantaranya adalah lab, ruang BP dan diatas adalah ruang UKS"

Aini berhenti. Lalu berjalan menyusuri jalan setapak disamping gedung X. Tampak kubah mesjid disana yang penuh dengan siswa dan siswi yang ingin menunaikan salat duha. Disamping mesjid ada sebuah gedung kecil. Dari jendela terlihat susunan rapi bermacam-macam buku di dalamnya. Banyak siswa juga yang sedang membaca buku.

"Ini perpustakaan. Dan kantin di sebelah sana" Aini menunjuk sebuah gedung terbuka di ujung di belakang gedung kelas XII.

Disana riuh dengan siswa siswi yang sedang makan dan bercengkrama.

"Ini kantin"

"Wah kebetulan, aku sangat lapar. Kau mau makan apa?" Tanya Shafeea sambil menimbang-nimbang memilih menu.

"Aku bawa bekal"

"Nggak apa-apa pilih aja. Aku yang traktir" Shafeea tersenyum simpul.
Siswa-siswi yang berada di kantin mengalihkan pandangan padanya.

Terdengar bisik-bisik mempertanyakan 'siapa dia'. 'Wajahnya cantik'. 'Seperti orang Arab'. Membuat hati Aini gusar. Pasti dia dibandingankan oleh Shafeea. Aini pastinya tidak akan dilirik oleh siapapun. Selalu dan selalu saja seperti itu. Batinnya.

"Ayo pilih mau apa?" Tanya Shafeea membuyarkan lamunannya.

"Aku mau nasi kuning aja ah. Tadi pagi aku gak sarapan. Sekarang jadi lapar deh"

"Eh? Um.. kalau begitu aku jug sama deh" jawab Aini tanpa pikir panjang.

Shafeea dan Aini melahap nasi kuningnya dengan tenang. Aini merasa canggung. Bisik-bisik orang di sekitar terasa sangat menusuk.

"Aini, temanmu mana? Kenalin aku juga dong" Shafeea celingukan. Berharap ada yang menyapa Aini.

Aini terenyak, "aku tidak punya teman"

"Apa?! Yang benar saja!!"

Aini menjawab dengan anggukan.

"Kenapa?!"

Aini mengangkat bahu. Tidak menjawabnya.

"Kalau begitu, mau berteman denganku?!" Kata Shafeea sambil menyesap es jeruknya. Aini melongo.

"Kenapa? Kok matamu melotot?" Shafeea tertawa.

"Hari ini hari apa ya? Kamu tidak salah orangkan?" Aini bertanya balik. Sekarang gantian Aini yang celingukan.

"Rabu. Hahahaha.. Ya nggaklah, kan kamu yang aku ajak ngomong daritadi"

Aini tersenyum simpul sambil menunduk. Dalam hatinya dia ingin melompat dan memeluknya.

Semenjak masuk SMA, tidak ada orang yang mau repot-repot mengajak Aini berteman. Ngobrolpun tidak. Aini menyeruput es kelapanya dengan semangat.

Shafeea merasa Aini sangat imut. Dia terkekeh setiap melihat gestur yang Aini buat.

"Jadi, mulai hari ini kita berteman ya"

Aini mengangguk cepat sambil tersenyum lebar. Dan saling berjabat tangan.

Di ujung lorong kantin Tasya meradang. Rencananya untuk membuat Aini minder gagal. Mereka malah tertawa-tawa. Malah saling berjabat tangan dan berbagi makanan.

"Apakah mereka mulai berteman?"

Tasya membawa es campur miliknya mendekati Aini dan Shafeea.

Ketika Aini berdiri untuk pergi dari kantin dan kembali ke kelas, tiba-tiba..

Byuurr..

"Ahh..! Maafkan aku Aini" teriak Tasya.

Es campur yang dibawa Tasya tumpah ke baju Aini.

Aini kaget, dia panik. Air esnya mulai menyerap ke kemeja Aini. Dan menampakkan bagian dalamnya. Refleks Aini menyilangkan tangannya ke dadanya. Menutupi bagian yang basah.

"Gak punya mata ya?" Shafeea melotot pada Tasya.

"Aku bilang kan gak sengaja. Aku tersandung tadi"

"Udah. Gak apa-apa kok. Tasya gak sengaja Fia" Aini melerai.

"Ada apa ini?"

Suara yang Aini kenal mendekati.

"Aini? Bajumu?" Ryan melongo melihat kemeja Aini kuyup.

"Gak apa-apa kok kak. Fia ayo balik ke kelas"

Fia mengangguk. Matanya kesal melihat Tasya.

"Tunggu!" Ryan menahan Aini, "tunggu sebentar disini.. Anton!!" Ryan memanggil dan menghampiri temannya yang baru datang ke kantin.

Ryan menjelaskan sesuatu padanya dan dia melucuti jaket yang sedang dipakai Anton. Tentu saja Anton protes tapi Ryan melambaikan tangannya dan jempolnya sambil tertawa-tawa "ok Ton..!?"

"Pakai nih. Ganti bajumu dengan jaket ini. Cepet sana. Bisa-bisa nanti lo masuk angin" Ryan menutupi bagian tubuh Aini yang basah.  Dan Aini keluar kantin. Yang lain melongo.

"Sudah.. bubar..bubar!" Katanya menyudahi.

Meninggalkan Tasya yang semakin meradang melihat perlakuan Ryan terhadap Aini..

DIARY AINITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang