Lea
Wajahnya terlihat khawatir dan perlahan dia mundur menjauhiku. Memberiku ruang, tapi matanya tak pernah meninggalkan tubuhku. Ia menatapku dengan intens, bergerak dari atas ke bawah untuk memeriksaku.
"Tidak. Kau tidak menyakitiku," ucapku begitu aku mendapatkan suaraku kembali.
"Tapi kau mengucapkan kata amanmu." Dia terlihat bingung.
"Itu satu-satunya cara untuk menghentikanmu," jawabku. Aku masih merapatkan tubuhku ke dinding dan melihatnya dengan waspada.
"Kau tak menginginkanku lagi?" Suaranya terdengar lemah, penuh rasa sakit tidak seperti dirinya.
"Kau sendiri yang bilang malam itu. Kita berdua bersama tidaklah benar, kau bilang aku harus pergi. Kau merasa aku tak cukup baik untukmu. Kau yang tak menginginkanku." Aku berusaha mengucapkan semua kalimat itu tanpa tersedak atau menangis. Dan aku bangga karena berhasil.
"Apa maksudmu?" Kali ini dia kembali melangkah mendekatiku dan aku semakin mengkerut ke dinding, memeluk tubuhku sendiri. "Aku tak pernah mengatakan kau tak cukup baik untukku."
"Tapi benar, kan? Kau mencampakanku karena aku tak cukup baik?" Dia sudah berdiri tepat di depanku. Tangannya terulur, bimbang harus menyentuhku atau tidak.
"Lea, bukan seperti itu."
"Tidak apa-apa. Jika kau menginginkan yang lebih baik, aku mengerti. Lagi pula hubungan kita selama ini hanya sebatas submissive dan dominant." Akhirnya dia mengusap pipiku, dan aku harus berjuang lagi melawan keinginanku untuk bersandar pada belaiannya.
"Lea, tak pernah sedetik pun aku tak menginginkanmu." ucapnya. Belaiannya turun ke leherku. "Bukan kau yang tak cukup baik tapi aku. Aku tak pantas untukmu, karena itu aku memintamu pergi dan sekarang aku menyesalinya. Kupikir aku dapat bertahan tanpamu, tapi ternyata tidak. Sama sekali tidak. Aku terus mengharapkan kau kembali dan memikirkan kau bersama pria lain membuatku gila. Kembalilah padaku."
"Apa?" Aku benar-benar merasa bodoh begitu mengucapkan kata itu. Setelah semua yang dikatakan Archer aku hanya dapat mengucapkan satu kata konyol dan tak membalas satu pun ucapannya.
"Kembalilah padaku," ucap Archer lagi. Dia menarikku ke dalam pelukannya tapi aku masih belum membalasnya.
"Archer, aku tak bisa jadi submissive-mu lagi. Sebesar apapun aku menginginkannya, aku ingin sebuah hubungan yang serius," gumamku dalam pelukannya.
Dia melepaskan pelukannya, kedua tangannya berada di bahuku dan matanya menatap tepat ke manik mataku. "Kita bisa mencoba."
Perlu beberapa detik bagiku untuk mencerna makna dari ucapannya dan saat aku berhasil mencernanya, mataku membulat penuh ketidak percayaan. "Archer, kau tidak harus melakukannya."
Dia meremas bahuku dan menyatukan dahinya ke dahiku. Hembusan napas hangat kami beradu membuat segalanya menjadi lebih panas dan menggairahkan. "Yang kuinginkan adalah kau, Lea!"
"Kau tidak menjalin hubungan, itu bukan caramu," ucapku. Dan aku mengutuk diriku sendiri, kenapa tidak katakan saja ya dan biarkan Archer kembali. Aku menginginkannya. Sangat.
"Aku akan belajar. Kembalilah padaku, Lea. Kumohon."
"Oke," jawabku pelan. Awalnya dia tak bereaksi tapi setelah dia menyadari makna dari ucapanku dia tersenyum begitu lebar hingga mungkin dapat membuatku meleleh.
"Ya Tuhan, terima kasih!" Dia berseru keras. Memelukku erat dan mengecup setiap inci wajahku.
"Aku tercekik, Archer," ucapku setengah tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Returning Past (Trilogy Past #2)
Romance[COMPLETED] WARNING KONTEN DEWASA 21+ MOHON BIJAK DALAM MEMBACA!!! Lea merasa hancur ketika Archer mengusirnya pergi dari hidupnya. Dan Archer lebih parah dari itu. Dia tidak dapat menangani perasaan hampa dan kosong di dalam dirinya lagi hingga me...