By : nofikadwi
Chapter 1
Tentang aku "Zahra Adinda Riski"Suasana subuh pagi ini sedikit berbeda, diiringi rintik gerimis yang semakin menambah dingin suasana subuh, hemmm.... yang pasti semakin menambah malas para pejuang subuh untuk bangun dari lelap tidur singkatnya. Tapi tidak untuk gadis ini, semenjak pukul 3 pagi dia sudah bangun dari tidurnya, mengambil air wudhu' dan bermunajat dihadapan Rabb NYA disepertiga malam. Zahra Adinda Risky, seorang muslimah yang sedang belajar untuk istiqomah dengan jilbab lebarnya, sudah 3 tahun ini ia memutuskan untuk mengenakan jilbab lebar dan rok atau gamis longgar. Yang tak jarang menjadi bahan bercandaan teman-temannya, yang memanggil dengan ukhti, bu ustadzah, bu haji. Tak apalah bagi zahra, menurutnya semua panggilan itu adalah doa untuknya, dan menjadi penyemangatnya untuk selalu istiqomah memperbaiki diri.
Saat ini zahra tinggal bersama ke dua orang tuanya disebuah desa kecil perbatasan antara kota solo dengan karanganyar. Lahir dari keluarga sederhana yang jauh dari hiruk pikuk kota tak membuat Zahra tertinggal dalam hal pendidikan. Sudah setahun yang lalu ia berhasil lulus profesi Apoteker dari sebuah perguruan tinggi negeri terkemuka di Indonesia. Dan semenjak itu ia mengabdikan diri di pelayanan kesehatan daerah tempatnya tinggal. Sebenarnya Zahra bukanlah putri semata wayang dalam keluarga ini. Ia memiliki seorang kakak perempuan yang sudah berkeluarga dan tinggal di luar kota.
Jam menunjukkan pukul 5 pagi, seusai menyelesaikan tilawah 1 juz nya Zahra bergegas ke dapur membantu ibunya menyiapkan sarapan. Nasi pecel dan tempe mendoan beserta teh anget menjadi menu favorite sarapan keluarga ini.
" rara (panggilan zahra ketika di rumah), hari ini kamu masuk jam berapa nduk?
" shift pagi bu, jam 7. Setelah itu ada jadwal ngajar di SMK, insyaallah jam 5 sore sudah sampai rumah bu.
" kalau capek, yang ngajar di SMK itu mbok dilepas aja nduk, kan gurunya juga banyak to? Bapak lihat kamu kok capek sendiri. ", nasehat pak Hadi ayah zahra. Sebenarnya ini sudah yang kesekian kalinya pak Hadi menasehati Zahra untuk berhenti mengajar di salah satu SMK di daerah tersebut.
" bapak.... dengan aku mengajar, zahra bisa menyampaikan ilmu yang zahra punya ke siswa- siwa di SMK, agar ilmu yang Zahra punya ini lebih bermanfaat pak. Bapak kan juga tahu kalau mengajarkan ilmu yang bermanfaat itu pahalanya gag bakal keputus sampai kita meninggal.", kata Zahra.
" sudahlah pak, bapak kan tahu Rara sepeti apa dari dulu gag bisa diam anaknya. Selagi dia bisa mengatur waktu dan menjaga kesehatannya, kita dukung aja keputusannya. Toh dia juga sudah dewasa", jawab ibu Zahra seraya menuangkan teh hangat di gelas.
" iya maksud bapak, bapak pengen Rara fokus kerja di satu tempat saja bu, terus segera cari suami. Toyib juga sudah beberapa kali bilang ke bapak untuk meminang rara, tapi memang anakmu yang susah bu...
" bapak ni... tiap hari kok bahas toyib. Yag mau menikah itu Rara pak bukan bapak. Ya biar rara yang memutuskan.
Mendengar bapak dan ibunya yang mulai membahas soal pernikahan, Zahra langsung beranjak kekamar mengambil handuk, karena ia yakin ujung - ujung dari obrolan ini pasti menyuruh Zahra segera menikah dengan Toyib kepala desa yang baru dialntik beberapa bulan lalu. Sebenarnya toyib adalah teman sekelas zahra dari SD hingga SMP, keren sih diusia nya yang masih muda ia bisa mendapat amanah menjadi kepala desa dengan kemampuannya, tapi bukan karena dia kepala desa lantas membuat Zahra luluh hati mau menikah dengan Toyib, hemmm.... tidak semudah itu. Pernikahan bukan tentang siapa yang akan menjadi suami kita, tapi pernikahan itu tentang seperti apa suami kita. Apakah agama nya baik? Apakah ia mempunyai akhlak yang baik? Hemmm... itu yang utama bagi zahra, dan dia tidak menumukan itu pada diri Toyib.
" nah... kan langsung kabur, anak mu itu bu susahnya disuruh nikah. Coba umurnya lo sudah 24 tahun. Nanti jadi perawan tua gimana", celoteh pak hadi ketika melihat Zahra kabur mengambil handuk.
" la gimana nggak kabur, tiap hari dipaksa nikah sama toyib kok. Wis bapak ndang sarapan aja, kata ne mau pagi-pagi ke sawah.
Seperti itulah potret keluarga zahra setiap paginya. Sang ayah nggak pernah bosan-bosannya menasehati zahra untuk segera menikah, namun terkadang nasehatnya bukan hanya tentang pernikahan tentang banyak hal yang semakin membuat zahra bersyukur karena ia hidup dikelilingi oleh orang-orang yang begitu menyayanginya.
" ibu, bapak sudah berangkat ke sawah kah?", tanya zahra kepada ibunya sambil membenarkan posisi jilbabnya.
" sudah, baru aja nduk. Kamu ndang sarapan sini.
" tumben pagi banget bu?
" iya mau nyiapin benih padi soalnya. Kamu bawa bekal nggak?
" tidak usah bu, nanti zahra ada janji mau makan siang bareng mila soalnya.
Seusai sarapan Zahra segera berangkat ke rumah sakit tempatnya bekerja. Sengan mengenderai sepeda motor kesayangannya, yang setia menemaninya semenjak sekolah menengah atas.
" ibu, zahra berangkat ya bu", kata zahra seraya mencium tangan ibu nya yang diikuti mencium dikedua pipi ibunya. Biasanya jika ada ayahnya, sebelum ia berangkat ia berpamitan dengan ayahnya sambil mengusili ayahnya yang sedang membaca koran didepan rumah. Mungkin faktor zahra anak bungsu dikeluarga tersebut, menjadkan dia sosok yang manja kepada orang tuanya, namun tetap menjadi muslimah yang mandiri diluar rumah.
" assalamu'allaikum...
" wa'allaikumsalam warohmatullahiwabarokatuh. iya hati-hati nduk.####
" zahra...... nanti selepas pulang kerja kita jadi makan bareng kan? jadi ya.... aku udah ngiler banget nih... lihat menu-menu di warung makan itu", kata mila teman seprofesinya.
" iya mil, insyaallah. Loo katanya kamu belum pernah kesana.. kok sudah lihat menunya?
" aku lihat di akun instgram nya zahra.. ishhhh kamu nih jarang buka instgram sih...
" hehehheheheh... maap deh, tapi nanti gag bisa lama-lama lo, aku jam setengah 4 ada ngisi pelajaran SMK soalnya.
" tenang boss... itu kan sebelahan sama SMK yang tempat mu ngajar.
" iyaa aku tahu, tapi kalau udah makan sama kamu tu gag selesai selesai, mesti ada aja yang digosipin. Hemmmm....
" hehhehehehe... kan cewek. Maklum lah. Ehhh mil sampek lupa aku, kamu dicari dokter Edi tadi, beliau bilang nanti visite ke bangsal mawar jam 10 an. Soalnya beliau masih ada rapat sama pak direktur rumah sakit.
" Oke lah... makasih lo, aku tak bantu di rawat jalan kalau gitu.
" siippp lah....
Dua orang sahabat tersebut berpisah dilorong bangsal, Mila merupakan sahabat Zahra, mereka seumuran hanya saja berbeda almamater. Rumah sakit tersebutlah yang mempertemukan mereka berdua. Mila bekerja sebagai apoteker dibagian manajemen pengadaan sediaan farmasi dan alat kesehatan di rumah sakit tersebut. Sedangkan zahra berada di bagian pelayanan di instalasi farmasi. Tak jarang juga ia diminta untuk membantu bagian farmasi klinis. Sebenarnya pihak rumah sakit meminta zahra untuk melanjutkan kuliah magister untuk mendapat kompetensi farmasi klinis. Namun ia masih memikirkan banyak hal.. dar segi biaya, dari izin orang tua. Ahh.... pasti ayahnya akan menentang keinginan zahra yang satu ini.###
Jam menunjukkan pukul 10, zahra segera berlari ke ruangan dokter edi, untuk melakukan visite pasien dibangsal mawar. Visite merupakan, suatu bentuk pelayanan kefarmasian yang dilakukan apoteker dengan mengunjungi pasien - pasien di bangsal bersama dokter dan perawat, dalam visite tersebut dokter, apoteker dan perawat akan memerikasa kondisi pasien dan mendiskusikan terapi apa yang tepat untuk pasien. Visite pasien ini merupakan salah satu tugas apoteker bagian farmasi klinis.
" dokter edi, jadi visite sekarang?
" ohh iya.. kamu sudah datang to... ayo segera aja ya",
" iya dokter.
pagi itu zahra mendampingi dokter edi dan perawat Hani untuk melakukan visite pasien di bangsal mawar. Ada sekitar 10 pasien di bangsal ini.
" perawat, bagaimana tekanan darah Bapak Dian?
" tekanan darah pasien belum terkontrol dokter, masih 170/110 mmHg.
" wah.. masih tinggi ya... padahal kemarin sudah diberikan kombinasi obat golongan beta bloker + diuretik + spironolacton ya?
" iya dokter, kemarin dokter sudah meresepkan obat tersebut. Bapak Dian yang didiagnosis hipertensi disertai heart failure kan dok?", tanya zahra sambil melihat rekam medis psien..
" iya... menurut anda apakah dosisnya belum tepat?", tanya dokter edi kepada zahra.
" dosisnya sudah tepat dokter, hanya saja saya merekomendasikan untuk penambahan obat golongan ACE Inhibitor untuk mengatasi hipertensi pasien. Rekomendasi saya ini berdasarkan guideline terapi Hipertensi JNC 8 yang terbaru dokter. Jadi selain terapi yang sudah diresepkan kemarin perlu penamabahan obat golongan ACE Inhibitor dokter.", jawab zahra.
" oohh begitu baiklah.. akan saya pertimbangkan, habis ini kita diskusikan lagi ya.
" baik dokter.
Tugas hari itu diakhiri dengan diskusi bersama dokter edi dan perawat hani terkait beberapa pasien dengan kondisi khusus, seperti pasien geriatri, pasien dengan penyakit degeneratif dan komplikasi. 8 panggilan whatsapp tak terjawab, pasti ini dai Mila batin zahra. Saat ia membuka Hand phone nya, sambil berlalu meninggalkan ruang diskusi. Ia pun segera bergegas menuju parkiran rumah sakit untuk menemui Mila yang katanya sudah menunggu 15 menit lebih, zahra tersenyum membaca chat temannya satu itu. Pasti dia usudah marah- marah ngedumel nggak jelas, batin zahra.Bersambung....
__________________________________________
Terimakasih sudah membaca, maafkan banyak kata2 typo.. 😊
Nantikan part selanjutnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Adakah Jalan Lain??
SpiritualZahra Adinda Risky akrab dipanggil Rara. seorang muslimah dengan kehidupan sederhana namun punya mimpi luar biasa. Dengan segala kemampuan dan kesederhaannya sebagai seorang muslimah ia berusaha mewujudkan mimpi besarnya. Mimpi yang membawanya kelu...