Hari-hari Tanpanya

35 3 0
                                    

Tak ada lagi yang bisa ku utarakan. Hanya senyum pahit yang mampu terukir temani hari-hariku. Ya! Hari ini semuanya berbeda, cerita tak lagi sama. Sepertinya, waktu ingin mengubah haluan setiap cerita yang pernah ada.

Pagi ini, cuaca begitu bersahabat dengan rintikan hujan yang membasahi dedaunan didepan halamanku. Ini adalah hujan pertama tuk hati yang pernah luka karena cuaca ini sangat mendukung suasana hatiku. Dingin yang aku rasakan saat ini tak sebanding dengan dinginnya malam kemarin. Dingin yang benar-benar dingin dengan luka yang begitu melekat. Aku mencoba melupakannya namun tak semudah itu meski aku berusaha keras untuk menghapus semua yang pernah ada perihal tentangnya.

Aku mencoba merapikan hati yang tengah rapuh dan terluka, ku harap seutuh yang dulu namun kurasa tak akan sama. Setiap buliran asa akan tetap ada meskipun pada waktunya rasa tak lagi sama tapi setidaknya memori lama selalu dalam kenangan.

Menyusuri jalanan dikoridor sekolah ini mengingatkanku akan dirinya yang dahulu pernah ada meski kini tak lagi disini namun bayang-bayang dan kenangannya masih terasa. Ingatanku kembali ke masa silam hingga aku terkejut dengan teriakan seseorang yang berada dibelakangku.

"Reina..."
"Eh, Kenzo."
"Are you okay, today?"
"Hhmm... I'm fine."
"Really?"
Aku terdiam. Tak menjawab apapun. Aku hanya membalasnya dengan senyuman. Karena bagaimanapun perihnya luka ini masih terasa.

Sosok yang penuh kejutan itu mewarnai hari-hariku kembali, selalu berusaha buatku tersenyum bahkan tertawa karena tingkahnya yang terkadang konyol, nyebelin, dan lain sebagainya. Aku rasa, aku nyaman bersamanya meskipun itu entah rasa apa? Mungkin rasa coklat? Ha..ha.. Entahlah! Apapun itu, aku tak mengerti dan memang tidak tahu. Karena yang aku tahu kita hanyalah berteman seperti biasa. Hanya bersahabat. Itu saja bagiku.

Aku merasa ada yang hilang dalam hidupku. Ya! Haikal. Aku merasakan kehilangan itu. Mencoba dan berusaha beranjak bukanlah suatu hal yang mudah. Meski berdatangan hati baru yang membawa seribu kisah baru untukku tapi tetap saja aku belum bisa. Dan Kenzo? Dia hanyalah sahabat bagiku. Memang benar, aku nyaman bersamanya dan dipersimpangan waktu adakalanya dia mampu buatku tertawa kembali. Tapi aku tak pernah berharap lebih dari itu, cukup sebatas sahabat aja. Hanya itu.

Hari itu, perasaanku bahkan hatiku porak poranda tanpa arah. Hancur yang sehancur-hancurnya. Berantakan! Setiap kali aku teringat peristiwa 4 bulan yang lalu, rasanya luka ini terkelupas kembali. Rentetan rindu bersenandung dibatas kecewa.

"Jangan pernah menghubungi dia lagi! Jauhi dia!" Kalimat itu menghantam hatiku. Iya! Itulah perkataan dari seorang wanita yang berhasil merebut hatinya Haikal bahkan berhasil pula membuatnya pergi meninggalkanku.

Sejak semua peristiwa itu, hariku berubah drastis. Jauh lebih hampa lebih tak karuan seakan tanpa arah. Aku merasa ada yang hilang ada yang berbeda. Ya! Tentu dan sangat nyata. Aku mencoba melupakan hal-hal yang berkaitan dengannya namun tak bisa ku sangkal bahwa kenyataan tak dapat dipungkiri begitu saja. Mau tidak mau aku harus siap terima. Siap terluka dan kecewa yang teramat sangat untuk kesekian kalinya.

*bersambung...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 19, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Senja Tak Lagi SamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang