2(berselimut luka)

4 0 0
                                    

Shavia menengadahkan wajahnya menatap setiap tetesan hujan yang terus membasahi tubuhnya, sangat sulit baginya untuk dapat membuka mata.

Hingga dirasanya tak ada lagi tetesan hujan diwajahnya. Seketika itu Shavia membuka mata dan betapa terkejutnya ia saat melihat Jeffran berdiri di depan nya dengan jaket sebagai pelindung kepala mereka.

"Kenapa main hujan?" tak ada sautan dari Shavia, Jeffran mulai menuntun Shavia masuk ke dalam mobil.

Menatap Shavia yang masih bungkam dengan pandangan lurus, sesekali Jeffran menghembuskan nafas kesal saat merasa dirinya diabaikan.

Bahkan dulu saat masih SMA Shavia selalu cerewet menanyakan tentang dirinya.

Flashback on_

"Jeff, kamu mau kemana,?" tanya Shavia dengan nada manja, tangan nya mulai bergelanyut di lengan Jeffran. Bahkan dia tak tau kalau Jeffran sudah memasang tatapan membunuhnya.

"Lepaskan tangan loe, jijik gue!" bentak Jeffran tepat di depan wajah Shavia. Tapi tentu saja gadis itu tidak merasa takut sedikit pun, baginya mendengar suara Jeffran adalah anugerah karna Jeffran jarang sekali bicara.

"Jangan kasar dong sayang, aku g' suka." Shavia tersenyum hangat kearah Jeffran, sedangkan teman-teman Jeffran sudah tertawa melihat kegigihan Shavia mendapat kan cowok yang paling di gilai di sekolah.

"Lepas, sumpah gue jijik sama loe!" kembali Jeffran membentak Shavia dan melepas paksa tangan Shavia di lengan nya.

Shavia hanya cemberut melihat tangan nya terlepas. Kembali Shavia menarik lengan Jeffran yang ingin pergi menerobos hujan.

" mau kemana, kan masih hujan" ucap Shavia lembut.
Jeffran memutar bola matanya malas, sangat sulit untuk mencoba lepas dari Shavia, baginya Shavia seperti lintah yang terus menempel di tubuhnya.

"Bukan urusan loe!" geraman Jeffran terasa sangat merdu di telinga Shavia.

"Nanti sakit sayang."
Tanpa memperdulikan ucapan Shavia Jeffran melangkah menerobos hujan dengan Shavia yang tetap menempel kepadanya.

Hingga tiba di tengah lapangan dengan kasar Jeffran menghempaskan tangan Shavia sampai Shavia jatuh terduduk di depan nya.

Semua yang ada di dalam degung tampak sangat terkejut melihat pemandangan di tengah lapangan, tapi tak ada yang berani membantu sang gadis yang tampak sangat terkejut dengan perlakuan pria di depan nya.

Jeffran melangkah mendekati Shavia dan mulai berjongkok di depan nya. Seringaian mengerikan terpatri di wajah nya. Dengan tangan mencengram kedua pipi Shavia.

"Gue peringatin loe, jangan dekatin gue, atau gue akan rusak diri loe, jalang." suara Jeffran mendesis di telinga Shavia tapi tak pernah ada air mata dia tidak pernah menyesal akan hati yang berlabu atas nama Jeffran dan dia sangat tau bagaimana resiko atas rasa cinta nya ini.

Shavia tetap tersenyum manis setelah Jeffran melepaskan kengraman nya. Bahkan tetesan hujan tak dapat melunturkan senyuman itu, bahkan rasa sakit di hatinya tak mampu menghilangkan senyum itu.

"Kamu jahat Jeff, tapi aku suka."

" ck, berasa ngomong sama orang gila gue, sakit jiwa loe!" kembali bentakan itu di tujukan kepada lawan bicaranya. Jeffran berdiri berniat pergi hingga suara merdu Shavia menghentikan langkah nya.

"Aku tak pernah menyesal mencintai mu, Mungkin kamu anggap aku gila tapi perasaan cinta ku tak pernah salah yang salah adalah kenapa harus kamu yang terukir di hati ku." Shavia berdiri dengan harga diri di ambang batas.

beautiful loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang