Pagi ini tetap sama, tidak ada yang berbeda. Semua seakan mati dalam pandangan nya. Gadis itu tetap terpaku dalam kesunyian menutupi betapa hatinya ingin berteriak. Bayangan itu terus menghantuinya seakan menatapnya dalam diam. Sesekali ia menutup mata memendam perasaan ingin meringkuk dalam selimut tebal seakan menenggelamkan dirinya.
"Sampai kapan kamu akan berdiam ditempat ini?" tanya wanita cantik yang kini ikut duduk ditepi ranjang yang berada tepat di samping gadis itu.
Tak ada tanda-tanda gadis itu ingin menjawab perkataan wanita cantik yang tak lain adalah tante gadis tersebut.
Merasa terabaikan tante Riana mulai beranjak membuka tirai yang sejak tadi tertutup walau matahari mulai menyapa.
Sekali lagi tante Riani menghampiri gadis itu kembali mencoba mendapatkan perhatian dari gadis yang sejak tadi tetap memandang lurus kedepan dengan pandangan kosong.
"Sha besok kamu mulai kuliah ya, tante sudah mendaftarkan kamu." kali ini tante mengelus rambut Shavia. ya gadis itu bernama Shavia, nama yang cantik untuk gadis manis.
Shavia hanya mengangguk kecil menanggapi ucapan tantenya.
"Besok kamu bisa bertemu teman baru, kamu harus membuka diri, berbaur dengan banyak orang biar kamu tidak kesepian." kali ini tante mengatakan nasehat dengan menahan air mata yang ingin keluar, tangan nya tak henti menyentuh rambut panjang Shavia.
Kali ini Shavia beralih menatap kearah tante, tapi seketika Shavia memejamkan mata dan air mata itu pun terjatuh tak ada tangisan pilu hanya bahu yang bergetar hebat, sekuat tenaga Shavia menekan dadanya menahan sakit yang terus menggerogoti hatinya. Seketika itu pula tante Riani memeluk erat Shavia seolah menyalurkan rasa nyaman dan aman.
_
Di tempat lain seorang lelaki terus menatap sebuah foto di dinding kamarnya. Foto seorang gadis yang sialnya berhasil mencuri hatinya.
Dia terkenal badboy dengan caranya sendiri, tanpa ada embel-embel playboy. Selama ini dia sangat keras dengan siapa pun yang menentang nya atau yang mengganggu pandangan nya. Hanya satu gadis yang tak gentar mengejar cintanya walau dia terus menghina gadis tersebut.
Dan perasaan cinta itu tumbuh tanpa pernah dia sadari. Hingga dimana dia mendapat kenyataan
Bahwa gadis itu telah pergi meninggalkan cinta yang mulai tumbuh bahkan semakin berakar.Kini dia hanya bertamu dalam rindu menanti kesempatan kedua dimana dirinya bertemu kembali dengan gadis itu.
"Sha.. Aku rindu." ungkap nya sendu masih menatap foto Shavia yang memakai seragam SMA yang terlihat memaksa dirinya berfoto. Di foto itu Shavia tersenyum sangat manis sambil merangkul Jeffran yang mendengus sebal membuang muka. Ya lelaki itu adalah Jeffran.
" kamu.. Apa kabar?" tanya Jeffran sambil tersenyum manatap foto Shavia.
" kita pasti akan bertemu lagi, bukan begitu Sha..?" lagi dan lagi Jeffran membuka obrolan dengan foto. Jika orang lain yang melihatnya dia pasti akan di kira gila.
Bukankah cinta itu memang memabukan atau bahkan menggelikan, setiap rindu seakan tersaring di dalam hati, menanti pemilik hati menempati pusat di jantungnya.
Tapi akankah cinta itu tetap sama saat pemilik hati telah berubah menjadi sosok yang sangat sulit tersentuh. Akankah dia memilih bertahan atau pergi jauh dan mencari cinta baru.
Bukankah tak ada yang abadi dalam cinta.
_
Shavia berbaring menatap nanar sosok di depan nya. Sosok itu tetap tersenyum kearah Shavia meski Shavia masih menunjukan wajah terpaku seakan tidak melihat sosok tersebut.
"Sampai kapan kamu bersikap seolah tidak melihat ku?" sosok itu kini mendekatinya, berjongkok di depan Shavia, menyentuh pelan kepala Shavia dan berlanjut mengelus rambut lembut Shavia.
Shavia memejamkan matanya, menikmati sentuhkan di kepalanya.
"Kamu lelah,?" Shavia hanya mengangguk menanggapi ucapan sosok tersebut.
"Tidurlah." sosok itu tetap menyentuh kepala Shavia dengan sayang, sesekali sosok tersebut tersenyum menatap Shavia yang saat ini telah berlari kealam mimpi.
Hidup tidak ada yang tau akan seperti apa akhirnya, seperti halnya sosok yang kini masih memandangi Shavia yang tengah terlelap.
Alan namanya, ada hal yang membuat nya tak ingin melepaskan Shavia. Karna Shavia adalah hidupnya dan cinta matinya.
_
Shavia turun dari mobil, menatap sekeliling gedung di kampusnya. Hari ini adalah hari pertama dirinya berada di luar rumahnya setelah hampir 1 tahun Shavia mengurung diri di rumah tanpa beranjak dari kamarnya. Dan hari ini ia harus berperang dengn hatinya untuk tetap melangkah kedepan.
"Sha tante balik ya, kamu hati-hati." pesan tante Riani.
Shavia hanya mengangguk.
Dengan nafas berat Shavia mulai melangkah menjauh dari mobil tantenya._
"Semua kumpul cepat!" teriak kakak senior ospek.
Semua berbaris rapi tak terkecuali Shavia yang dengan tenang berbaris di belakang.Jeffran berjalan mengitari anggota ospek dan memeriksa sambil berlalu.
Ya Jeffran adalah anggota panitia ospek. Dia termasuk senior dikampus nya dan juga pria yang paling di incar di kampus karna semua yang ada di dirinya.
Sebenarnya Jeffran dan Shavia satu angkatan sewaktu SMA tapi sewaktu lulus SMA Shavia memilih menunda kuliahnya.Jeffran terkejut melihat sosok yang kini berdiri paling belakang. Sosok yang sangat dia rindukan.
Sosok yang selama ini begitu hebat menjungkir balikan hidupnya.Disana Shavianya tengah berdiri mendengarkan pidato dari panitia. Tanpa berniat membuka obroal dengan teman disampingnya. Pandangan nya lurus kedepan tapi terasa kosong.
Ingin sekali Jeffran menghampiri Shavia merengkuhnya dalam pelukan hangat,membagi sedikit rindu yang seakan mencekik nya.
Tapi setelah melihat penampilan Shavia yang sangat berbeda dengan dulu waktu SMA Jeffran mulai mengurungkan niatnya.
Tanpa Shavia sadari kini Jeffran telah berada di belakang Shavia, menatap sendu penuh rindu kearah punggung Shavia.
Akhirnya setelah panitia itu bicara panjang lebar, para anggota ospek di bubarkan.
Dan saat Shavia berbalik kebelakang alangkah terkejutnya ia saat melihat kenangan masa lalu nya berdiri tepat di depan nya.
"Sha, apa kabar,?" tanya Jeffran pelan tak tau harus bersikap seperti apa.
"Baik"
"Aku rindu" ucap Jeffran melangkah semakin dekat menghapus jarak di antara mereka.
"Jangan rindu, aku bukan orang yang sama." Shavia berkata dengan tegas, memupus jarak diantara mereka.
" kamu tetap Shavia angalea ku." ucap Jeffran lebih tegas.
Tidak ada balasan dari Shavia, ia hanya melangkah pergi meninggalkan separuh jiwanya yang masih terukir indah di hatinya.
Cinta itu tidak akan pernah mati, walau pemilik tubuh ini menolaknya. Cinta tetap akan tumbuh berakar dalam hati.
Jeffran hanya terdiam melihat Shavia yang semakin jauh.
Cinta telah membuat dirinya menjadi bodoh.
Kini Jeffran malah tersenyum senang. Tak ada yang tau dengan jalan pikiran nya."I love you Shavia, bidadari ku di kala tergelap ku."
Jeffran bergumam lirih, menyaksikan Shavia yang semakin menjauh._TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
beautiful love
Romantizmsemua tidak akan pernah sama, kejadian itu merubah ku menjadi sosok yang menyedihkan. bahkan aku tak pernah lagi berurusan dengan yang namanya cinta_ shavia angalea aku jatuh cinta padanya, tapi semua telah terlambat saat tak pernah ku temukan lagi...