TERSENTUH LUKA LAMA

536 16 14
                                    

"Ada apa gerangan yang telah membuat putriku ini senyum-senyum sendiri?" Tanya Papa, pria berusia 40 tahun.

Papa adalah sosok sahabat yang baik untuk anaknya, Klara. Dia selalu hadir dalam setiap langkah anaknya. Dia juga mampu menjadi Mama untuk Klara. Sejak Klara berusia 8 Tahun Dia ditinggal pergi oleh Mamanya, yang mana Mamanya memilih hidup dengan pria lain. Papa yang sering membantu Klara mengepang rambut, mendongengkannya di setiap malam, mendengar keluh kesanya Klara, dan Papa pula yang selalu menjadi solusi untuk Klara.

"Papa!" Klara kaget dengan kehadiran Papa. "Putrimu ini sedang mengalami Virus Merah Jambu." Tampak rona merah muda muncul di kedua pipi Klara. Kulit Klara memang tidak Putih dan tidak pula cokelat. Kata orang kulitnya Kuning Langsa, tapi rasanya kuning langsa itu terlalu kuning untuknya.

"Benarkah?" Papa tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Dipandanginya gadis di depannya. Dia baru sadar gadis didepannya bukan lagi gadis kecil yang dapat duduk di pangkuannya. Sebentar lagi, usia Klara 17 tahun. "Kau yakin akan perasaanmu putriku?"

Klara mengangguk cepat, menyetujui kata hatinya tanpa keraguan.

"Kau memang sudah Dewasa?" Papa meneput pundak putrinya "Boleh Papa tahu siapa dia?"

"Tentu Pa. Dia murid SMA Putra namanya Randy, dia temannya Nanda." Jelas Klara "Papa tahu, Randy sangat pandai memainkan alat musik." Klara masih sumringah, tampak jelas betapa kagumnya dia pada sosok Randy.

"Papa tidak melarangmu untuk pacaran. Tapi, yang perlu kau ingat bahwa.."

"Cinta itu jarum kan pa?" Klara memotong cepat ucapan Papa.

"Aku ingat itu kok pa, Jarum dapat dijadikan sebagai alat berguna untuk membantu, tapi juga dapat dijadikan sebagai senjata yang mematikan. Hubungannya dengan cinta adalah cinta dapat membantu seseorang untuk bahagia, tetapi cinta juga dapat berbalik menjadi senjata yang mematikan. Dan korban pertama dari cinta adalah hati." Lanjutnya, Klara mengucapkan nasihat yang selalu di ucapkan Papa.

"Pa, Aku janji, Aku tidak akan mengecewakan dan meninggalkan papa seperti yang mama lakukan." Klara menatap wajah pria yang membesarkan dirinya seorang diri.

Papa merangkul erat putri satu-satunya itu "Ra, papa tidak pernah menyuruhmu untuk membenci mamamu."

"tapi Pa, Wanita itu pantas untuk dibenci!" Klara Emosi "Hatinya begitu pahit. Hingga tega tinggalkan keluarganya demi pria kaya." Klara kembali mengingat masa dimana Mamanya keluar dari pintu rumah mereka tanpa berbalik sedikitpun untuk menengok putrinya yang merengek dalam pelukan papa. Bahkan dengan cepat wanita itu masuk ke mobil mewah yang sedang menunggunya.

"Ra." Papa tidak tahu harus berkata apa, dia selalu kalah jika topik itu tentang mamanya Klara.

"Kalian mungkin dijodohkan, tapi itu bukan alasan untuk dia meningalkan Papa. Lain ceritanya jika aku lahir tanpa cinta" Klara benar-benar membenci mamanya, bahkan bagi dia setiap Mama itu munafik. Bagaimana tidak? di malam sebelum mamanya pergi, mamanya masih tidur dengannya bahkan mendongengkannya. Bagitu pula di pagi hari mama yang menyiapkan semua kebutuhannya. Tapi saat mobil mewah itu parkir didepan rumah, mama hanya mengecup dahinya dan memeluknya erat kemudian pergi tanpa mengucapkan satu katapun. Hingga sekarang tidak satupun kabar yang Klara dapat tentang mamanya.

"Cukup Klara! Hadirmu di dunia ini dengan Cinta. Papa bisa menjamin itu untukmu" Papa tampak betul-betul atas ucapannya.

Andai kau tahu yang sebenarnya. Kamu pasti akan membenci papa dan papa pasti akan kehilangan dirimu Klara.

"Pa, Papa sedang lamunin apa?"

"Sudahlah, mending kau ceritakan sosok pujaan hatimu itu."

SEHITAM LUKA SEPUTIH RINDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang