Satu

60.6K 1.4K 24
                                    

PERINGATAN SEBELUM MEMBACA : PRIVATE ACAK, Harap Follow Terlebih Dahulu.

"Gimana, Dist?" tanya Grace ketika Adisty baru saja keluar dari ruang guru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




"Gimana, Dist?" tanya Grace ketika Adisty baru saja keluar dari ruang guru.

Sejak jam istirahat dimulai, Grace dengan setianya menunggu Adisty di depan ruang guru. Pagi ini Adisty telat bangun karena mati-matian belajar fisika, karena esoknya akan diadakan ulangan harian. Akibat dari belajar tak kenal waktunya, Adisty harus di hukum karena datang tepat 30 menit setelah jam pembelajaran berlangsung.

"Bersih in perpustakaan." Jawab Adisty singkat.

"Oh, Cuma bersih in perpustakaan ternyata." Gumam Grace yang mampu membuat Adisty mendelik sebal.

"Lo bilang cuman?" pekiknya keras.

"yah, kan memang cuman bersih in perpustakaan, enggak sampai di skorsing juga kan, Dist."

"HEH! Ini gara-gara lo ya, lo bilang UH-nya jam pertama. Ini kenapa jadi jam keempat hah?" tanya Adist sewot.

"Ya.. gue pikir lo uda baca di grup kelas." Gumam Grace yang masih bisa didengar Adist.

"Yah kan gue gak perlu buru-buru belajar jadinya, sekarang gue dihukum buat beresin perpustakaan yang uda jelas-jelas makan jam keempat, itu artinya gue gak ikut UH, Ace bego." Sungutnya kesal.

"Lha, gue pikir nanti jam terakhir."

"Bu Putri suruhnya habis istirahat, biar bisa ngawasin gue bersih-bersih. Gila tuh Pak Jamal sama Bu Putri kompakkan banget bikin gue stres tak tertolong."

"Itu mah salah lo, lo sama Iman sering kucing-kucingan pas pelajaran Pak Jamal, ditambah lagi buku presensi Perpustakaan yang lo tumpahi susu, ngebuat dia harus kerja dua kali, wajar lah dia kesel sama lo."

"GAUSA INGETIN ITU!" pekiknya kemudian meninggalkan Grace yang masih setia berdiri di depan ruang guru.

Langkah Adisty terhenti ketika sudah sampai di tempat tujuan. KANTIN. Tempat yang paling malas Adist kunjungi sebenarnya. Tapi kali ini, ia harus rela datang mengantre dan berpanas-panasan bersama ratusan siswi yang sama kelaparannya.

Setelah hampir 10 menit berdiri, tapi antrean tak kunjung sepi juga. Adisty kehilangan stok semangat dan memutuskan untuk duduk di kursi paling pojok yang terletak di sudut kantin. Paling tidak, disini ia bisa terhindar dari keramaian, walaupun suara bising dari murid-murid kelaparan masih terdengar.

For your information, Adisty ini salah satu siswi berprestasi di SMA Airlangga, belum lagi ia adalah anak dari pasangan pengusaha yang cukup terkenal di Malang, selain itu orang tuanya yang juga donatur terbesar ke- 3 di yayasan Airlangga yang menyediakan sarana pendidikan mulai dari Play Group hingga bangku perkuliahan dan juga bimbingan belajar informal yang yayasan tersebut sediakan.

Beberapa dari sebagian orang mengira Adisty bisa masuk karena memang dia anak dari donatur terbesar nomor 3, tapi persepsi mereka salah. Adisty dan Iman, sahabat terdekatnya yang juga adik dari donatur terbesar nomor 2 ini masuk melalui jalur umum, melakukan serangkaian tes dan wawancara tentu saja. Namun karena memang keduanya siswa yang cerdas, mudah saja bagi mereka untuk lolos ke sekolah ini.

"Lesu banget sih." Ujar suara berat yang sangat ia kenal. Iman Handoko, putra bungsu dari keluarga Handoko, pemilik book Store terbesar di Indonesia sekaligus adik dari Founder bimbingan belajar berbasis Online ini adalah teman kedua terdekat setelah Grace tentu saja.

Jika kalian tanya, bagaimana tampang Iman, Adisty akan dengan tegas berkata Iman tampan, tentu saja. Tapi menurut Adisty, wajah Iman itu hayang ditampol, songong banget mentang-mentang anak orang kaya. Berbeda dengannya yang terkesan lebih sederhana, yah walaupun penampilan tak bisa menipu para mata yang melihatnya, dilihat dari pernak-pernik sederhana yang Adist pakai.

"Kena hukum, Man. Kesel aku tuh" gerutunya kesal.

"Lagian tadi di bantuin kamunya gak mau, bukan salah ku dong ya." Balas Iman yang dibalas dengan dengusan keras oleh Adisty.

Keduanya terdiam masih dengan kegiatan masing-masing. Adist yang sibuk menggerutu sembari memainkan ponselnya, juga dengan Iman yang sibuk mengamati Adisty, perempuan yang dari dulu di klaim sebagai gadisnya tentu saja. Sudah menjadi rahasia umum jika Iman menyukai Adisty, tapi Adisty-nya saja yang seakan menutup telinga dan berusaha percaya bahwa Iman menganggapnya tak lebih dari sekedar sahabat.

Tiba-tiba Adisty berdiri dari kursinya, membuat Iman yang sedari tadi menatap Adisty terkejut.

"Lah, Dist, Mau kemana?" tanya Iman sembari menatap Adist.

"Mau ke perpustakaan, jalani hukuman."

"Gak makan dulu?"

"sudah di pesenin Grace." Ujarnya singkat kemudian berlalu. Meninggalkan Iman yang menghela nafas pelan sembari menatapnya sendu.

To be continue

dipublikasikan pada : 16 Februari 2018

dipublikasikan pada : 16 Februari 2018

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Teacher and Me (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang