Mengikhlaskan

32 0 0
                                    

"Ya Rabb, Engkau Dzat yang meneguhkan hati, tiada yang lebih baik dari pilihan-Mu, mungkin kebaikan itu bukan untuk yang terpilih, tapi pada jalan yang Engkau pilih" __Dana

11 Januari 2018

Masih ingatkah lagu Gigi 11 Januari? Bolehkah aku menyanyikannya untukku menghibur diri?

sebelas januari bertemu
menjalani kisah cinta ini
naluri berkata engkaulah milikku

bahagia selalu dimiliki
bertahun menjalani bersamamu
kunyatakan bahwa engkaulah jiwaku

*
akulah penjagamu
akulah pelindungmu
akulah pendampingmu
di setiap langkah - langkahmu

pernahku menyakiti hatimu
pernah kau melupakan janji ini
semua karena kita ini manusia

kau bawa diriku
ke dalam hidupmu

kau basuh diriku
dengan rasa sayang

senyummu juga sedihmu
adalah hidupku

kau sentuh cintaku
dengan lembut dengan sejuta warna

Pagi ini berkabut tipis, ku nikmati pagi yang begitu indah ini dengan senyuman semangat. Tempat kerjaku begitu dekat dengan alam sehingga aku dapat mengagumi betapa indahnya ciptaan Tuhan. Pagi ini aku dapat menghirup udara segar dan menikmati indahnya pegunungan di seberang tempatku kerja. Hamparan sawah yang hijau nan luas, kabut tipis yang menutupi pegunungan membuatku ingin teriak bebas di alam sana. Tapi aku hanya bisa menikmati dari dalam ruangan kerja.

Semalaman aku tak nyenyak tidur. Aku memikirkan seseorang di seberang sana yang mau dijodohkan denganku. Bagaimana aku tidak terkejut dan membuat lidahku kelu? Dugaanku selama ini benar. Dia yang mau dijodohkan denganku itu adalah dia yang sudah berteman denganku di akun Facebook. Dia yang dulu aku sumpahin. (Sumpahnya jangan disebutkan dulu). Dia yang dulu membuatku kagum sewaktu aku masih duduk di bangku SMA. #ups. Dia yang membuatku bertanya-tanya siapa dia sebenarnya? Mengapa berteman dengan teman-temanku juga?

Ku tutup akun Facebookku. Semua itu cukup kutanyakan sekali dalam hati. Fix aku tak mengenalnya begitu sebaliknya. Kita tak ada relasi untuk apapun jadi tak perlu banyak tahu. Tentangnya yang sudah ku lupa seiring berjalannya waktu dengan kisah dan tempat yang berbeda. Kini sosok yang terkubur itu bangkit lagi. Bahkan membuatku berdiri kaku. Bagaimana semua ini terjadi? Skenario Tuhan tak pernah bisa kita tebak. Dia-lah pengatur skenario yang paling sempurna. Mengatur sedemikian apik kehidupan hamba-hambaNya.

Laki-laki itu menyapaku dengan santun melalui chat WhatsApp. Selama ini pernahkah aku mendapat panggilan yang begitu mulia dengan orang yang belum dikenal? Yang sering mendengar sapaan beb, bebek. Ay, Ayam. Say, Saytonirrojim.

Ukhty Fillah, begitulah ia memanggilku. Semakin terasa bahwa aku begitu jauh dengan Rabbku. Aku terlena dengan duniaku. Aku semakin tak berani menghadapinya. Karena aku bukanlah seorang perempuan yang anggun nan sholehah yang mampu menjaga hati, lisan dan perbuatan.

Aku ingin mencurahkan semua rasa yang masih tak bisa ku mengerti. Apa tak ada orang yang mau mendengarkanku atau hanya selembar kertas yang sudi menampung keluh kesahku. Jalanku buntu aku tersesat dalam pikiranku sendiri.

Sedangkan notif chat pribadi selalu masuk walau sekedar menyapa. Sungguh aku tak ingin membuatnya kecewa dengan keadaan hatiku yang masih berantakan.

Pesan terakhirnya untuk hari itu. Mungkin ia lelah menunggu karena tak kunjung dapat jawaban dariku.

Assalamualaikum ukhty fillah...aku tak ingin berbasa_basi dg perkenalan...aku tak pintar untuk merangkai kata,hanya saja aku ingin menyempurnakan separuh agama ini dg ikatan sebuah pernikahan,apakah engkau sudi untuk mnjdi bidadari dan permaisuri dunia akhirat,dimana cinta ini dibalutkan cinta_Nya dan bertambah iman ini kepada_Nya...aku tak memikirkan bagaimana sosokmu tpi inilah yg kubawa,sudikah jika kiranya engkau mnjlani hidup bersamaku,mnjdi ibu dri anak2ku nnti,mncari jlan yg diridoi_Nya, menambatkan hati pada_Nya dan menempuh derasnya perjuangan hidup ini?...jikalau engkau mau aku mnjdi imammu,insyaAllah akan aku bawakan tapakan kaki ini untuk selangkah demi selangkah menuju surga_Nya...

Siapa yang tak terdiam membacanya? Yaa Allah berilah aku petunjuk-Mu. Kata-kata apa yang bisa ku rangkai untuk menjawabnya.

"Khiy, kenapa tidak dibalas?"
Aku tercengang mendengar pertanyaan Mama.

"Mama ini kenapa sih, Ma? Sudah Khiya bilang kan kalau Khiya ingin fokus ke kerjaan Khiya dulu." Gerutuku. "Mama hubungi dia ya? Atau dia yang laporan ke Mama?" Aku masih kesal.

"Sayang, kamu ini kenapa sih? Mama itu cuma ingin yang terbaik buat kamu!" Tegas Mama. "Kamu juga belum kenal kan sama dia?"

"Aku sudah tau dia, Ma."

"Tau dari mana? Ketemu dimana?" Mama ikut kesal melihat tingkahku.

"Di Facebook." Kataku nyengir.

Tanpa ku selesaikan obrolanku dengan Mama aku langsung berlari ke kamar dan menutup pintu dengan keras. Tidur adalah salah satu cara meminimalisir kesetresan. Pikiran dan hatiku sedang tidak baik untuk bekerja sama.

Sampai saat ini aku belum mempunyai alasan untuk menjawabnya. Perempuan mana yang tidak khawatir tentang hal ini. Perempuan yang ahli menunggu, perempuan yang ahli menyembunyikan. Tapi tidak denganku. Aku bukanlah perempuan yang pandai menunggu tanpa kepastian. Aku bukan perempuan yang bisa menyembunyikan rasa.

Hanya saja aku masih mempunyai perasaan. Dia yang aku ketahui memang tidak pantas untuk ku tunggu tapi aku menghargai usaha dan harapan orang tuanya yang menginginkan aku dan dia bersatu. Aku menyerahkan semua urusan kepada Rabb-ku. Kalau aku dan dia bersatu pastilah ada jalan tapi jika tidak maka akan ada yang lebih pantas menemani hidupku.

Athar, maaf aku tak bisa berharap lebih padamu. Maaf, kamu hanya sebagai kisah yang ingin ku telusuri kehidupanmu yang bagiku menarik itu tanpa aku meletakkan rasa padamu. Karena aku tahu kamu tak pernah sedikitpun menoleh padaku. Meski usahaku sudah melangkah nekad.

****




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 01, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pernikahan ImpianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang