Pelajaran Usai

17 3 2
                                    

i

"Ya Allah! Yanto kenapa, Sum??" tanya Bu Ridwan.

"Ndak tau, Bu," jawab Mbok Sum, air mata terus menggelinangi pipinya. "Tadi pas saya tinggal nyapu masih ndak apa-apa. Aduh, ya gustiii, kenapa ini??"

Bu Ridwan mencoba tenang. "Ya udah. Kita bawa ke rumah sakit aja," katanya.

Saat inilah Ari muncul, berdiri di depan pintu kamar Mbok Sum. Ia baru bangun. Wajahnya terlihat bete.

"Duuuh, pagi-pagi kok udah berisik sih...?"

Saat itulah Ari melihat apa yang terjadi dengan Yanto.

"Gila, kenapa tuh anak??"

"Udah Ari, kamu diem dulu," jawab Bu Ridwan. "Sum, bawa Si Yanto masuk mobil."

Sementara Mbok Sum membawa Yanto masuk ke mobil, Ibu Ari menatap anaknya dengan wajah serius.

"Mama cuma sebentar. Ari jangan nakal-nakal ya."

"Ya, ya, ya," kata Ari dengan nada datar.


ii

Beberapa saat kemudian, dari balik jendela, Ari menatap mobil Ibunya meluncur pergi. Ia membuka lemari es, meminum susu coklat langsung dari kartonnya, lalu mengelap mulut dengan tangan.

Ari kemudian berjalan ke arah kamar Mbok Sum. Ia penasaran, apa yang sebenarnya terjadi dengan Yanto?

Kamar berukuran sekitar 2x3 meter. Hanya ada sebuah kasur dan lemari plastik di situ.

Perhatian Ari tertuju ke suatu benda yang tergeletak di depan kamar Mbok Sum.

Benda itu adalah buku yang sehari sebelumnya diberikan Ibunya kepada Yanto.

Buku itu terbuka tepat di halaman pertama.

Awalnya Ari tidak peduli. Namun ia sadar, ada sesuatu yang aneh pada gambar di buku itu. Gambar itu menunjukkan gambar seorang anak yang sedang menatap sebuah buku di lantai.

Yang lebih mengejutkan lagi, kata-kata di buku itu menyebutkan namanya!

SUATU HARI, TERSEBUTLAH SEORANG ANAK BERNAMA ARI. AJO ARI, AJO TEMUKAN BUKU INI. DJANGAN TAKUT, KISAHNJA LAGI BERLANDJUT.

Ari mengangkat buku itu dan mulai membacanya. Kata-kata berikutnya membuat matanya mendelik.

HINGGA KELAK, KAU AKAN ADA DI SINI. PERCUMA MENDJERIT, KAU KINI TERKUNTJI. TAK BISA KAU MENGELAK, HINGGA HABIS BUKU INI.

Sementara Ari membaca teks dalam buku itu, secara perlahan pintu kamar menutup dengan sendirinya.

Blam!

Betapa terkejutnya Ari. Kamar kini menjadi gelap.

Ari pun bangkit, dan mencoba membuka pintu. Tapi percuma. Pintu itu terkunci.

Ari masih mencoba untuk sok berani.

"Hahaha. Lucu banget nih lawakannya. Ayah ya??"

Sekali lagi pintu ia coba buka. Tetap percuma.

Ari lalu menatap buku yang tergeletak di lantai. Dengan berhati-hati, ia kembali mengambilnya.

Halaman ia balik.

SEMUA TAHU, ARI ANAK JANG NAKAL.

Di bawah teks itu, terlihat gambar Ari sedang menembak seekor kucing hamil dengan senapan BB - persis seperti apa yang ia lakukan kemarin.

BINATANG MALANG! PELURU ARI MATIKAN KOWE PUNYA KANDUNGAN.

Keringat dingin mulai membasahi kening Ari.

Akhirnya Aku BelajarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang