"Sudut Mendebarkan"

47 7 2
                                    

Aku berantusias dengan pagi ini. Dengan sepatu baru dan seragam rapi ku. Aku bergegas dengan senyum lebarku untuk menyambut apa yang akan terjadi hari ini. Aku memainkan beberapa kali uraian rambutku. Merasa semua akan menjadi baik hari ini.

Aku menyapa para petugas di gerbang utama. “Pagi bapak..” dengan lambaian tangan dan nada keramahan. Aku sudah bersiap dari dini hari hanya untuk melatih bibirku berbicara. Di depan cermin aku terus tersenyum agar kalimat yang aku ucapkan lebih lantang dengan ajakan pertemanan.

Hari ini aku datang ke sekolah baru ku. Aku pindahan dari sekolah biasa di kota ini. Namun sekarang aku pindah ke sekolah swasta exklusif di kota ini. Yang membuat ambisiku melegak legak dari seminggu yang lalu.

Wali kelasku sedang mengiringku ke kelas yang akan aku tempati. Ia pun sangat ramah. “Nah.. Inilah sekolah kami.. Di sini banyak kegiatan ekstra yang menarik dan sudah mencapai nasional bahkan interya. Kamu dapat mencoba berbagai club atau kelompok belajar secara out of the box juga. Di sini telah banyak perkembangan dan uji coba dari setiap aktivitas. Jadi semuanya bermanfaat, menarik dan terjamin. Kamu dengan leluasa memilihnya..” dengan penjelasan yang ramah aku terus berkhayal dengan aktiviras di sini. Aku melihat sekeliling yang kami lewati. Selalu ada yang menarik dan menakjubkan.

Kami juga melewati madding utama. Aku sedikit tertahan disana. Tanpa sadar aku semakin perlahan berjalan. Karena takjub dengan madding yang luar biasa yang tak pernah aku tahu bahwa informasi dalam sehari dapat memenuhi dinding lebar itu.

Rasa penasaranku mulai mengeluarkan wujudnya. Aku membaca dan menyentuh semua yang ada di papan info itu dengan detail. Aku terus memerhatikan tanpa tersadar bahwa aku sudah ketinggalan. Namun ada rasa yang menyertai ambisiku. Aku sedikit terpapar pada sudut yang menebarkan. Aku sedikit tersentak namun masih tak sadar. Aku melirik dengan leluasanya pada sudut itu. Dan mendapati seorang pria yang bersandar dengan tegapnya. Ia membaca sebuah buku dengan teliti. Namun ia hanya sendiri berdiri tanpa mengacuhkan sekarang sedang jam pelajaran.

Aku semakin berusaha ingin mendekat. Saat aku melangkahkan kaki secara mengendap, sosok itu menyadari keberadaanku saat ini. Aku tertangkap basah dengan potongan wajah yang tertutup oleh buku. Hanya mata tajam hijaunya yang memunculkan diri. Aku tersentak dan terdiam. Situasi berubah menjadi kebekuan. Angin terasa berhembus saking canggungnya suasana. Jantungku tiba-tiba merespon debaran dan aku gelisah tak tau akan apa. Ia dingin lalu kembali membaca. Lensa itu langsung tertutup dengan samar kelopak tajamnya. Membuatku sedikit lega seakan bebas dari penjara.

“Nak.. Ayo cepat, kita sebentar lagi akan memulai pelajaran..” panggil wali kelas dengan lantangnya. Menghilangkan fokus dan rasaku saat itu. Aku pun bergegas kembali pada jalur dan menyembunyikan detik yang tadi sedang berjalan. Wali kelas masuk ke kelas yang berada di ujung bangunan. Kelasku berada di tingkat teratas dan paling sudut. Jadi aku dapat melihat ke semua seisi sekolah.

“Baiklah anak-anak semua. Hari ini ada yang spesial karena, kita kedatangan murid baru pindahan. Ibu harap kalian dapat ramah dengannya, ayo nak masuk dan perkenalkan dirimu..” sambil mengajakku untuk masuk. Aku berjalan dengan santun agar terlihat formal di depan semua anak-anak di kelas. “Hai.. Perkenalkan nama aku Tundra de Letysha. Aku sangat berantusias dengan hal yang menarik. Aku harap kalian dapat menerimaku dengan baik.” dengan tebaran senyum lebar ke setiap sudut pada ruang itu. “ Baiklah, Tundra silahkan kamu duduk di kursi yang kosong di sana. Kita akan memulai pelajaran.” aku pun berjalan dengan santai dan duduk di kursi yang berada di barisan kedua paling belakang.

~~ ¤ ~~

“Baiklah anak-anak untuk pelajaran ini kita selesaikan sampai disini dulu.. Kita akan melanjutkannya pada minggu depan.. Terima kasih”. Jam istirahat telah menyampaikan pesannya. Aku sedikit canggung saat ini. Karena penghuni kelas ini sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. “Hmm.. Terlalu kasihan aku melihat forum ini. Mereka melonjak dengan sendiri. Tanpa tau bahwa yang lain memiliki hal yang lebih..” seringaiku dalam hati. Namun aku tetap senang karena mendapat hal yang menarik. Sekolah ini menciptakan khayal baru untukku bersajak. Jadi tak masalah untuk berbahagia sendiri.

Saat aku sedang mengukir kisah dalam otakku. Aku terperanjak dengan paparazi di depan mataku. Aku menganalisis siapa yang memberi kabar tiba-tiba padaku saat ini. Dan benar itu sosoknya. “Yahh.. Bukankah dia pemilik tatapan menancap di sudut yang mendebarkan tadi..” dengan raut wajah abstrakku. Atas apa yang sedang aku saksikan.

Pria itu berjalan dengan santainya. Ia menengadah tanpa mengacuhkan khalayak ramai di sekitarnya. Wajahnya tersamarkan dengan celingan kaca kelasku. Dengan semilir angin perjalanannya. Rambut klimis itu membuka paras yang dingin namun memikat. Aku menjadi antusias dengan lancipnya mata itu. Aku heran dengan apa yang aku rasakan hingga sosok itu hilang dengan sekejab oleh dinding bangunan.

“Tundra! Apa yang sedang kau tatap begitu..?” tanya seseorang dari belakangku dengan mengejutkan diiringi menyentak sebelah bahuku. “Ahh.. Ti.. tidak..aku hanya sedang memperhatikan saja. Karena banyak anak yang tak kukenal.” dengan gugupku yang samar. “Oo.. Hey, kenalkan namaku Anne Krisan” dengan memaparkan senyum dan jabat tangan. “Bagaimana ikut aku saja untuk ke kantin..” Lanjutnya. “Baiklah, Ayokk..” Ajakku masih kebingungan. Aku pun beralih dari mataku yang terperanjak dan pergi ke kantin mengisi kekosongan yang rewel sejak tadi bersama Krisan.

~~ ¤ ~~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 16, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Poetry Box : TAIGA AND TUNDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang