Married Zonk

349 49 12
                                    

Aku berdiam diri didalam kamar luas ini. Meratapi hidup yang sangat tidak berpihak kepadaku.
Disini, dengan gaun selembut sutra yang membalut tubuh dan tiara yang menghiasi rambut hitamku.
Aku menatap wajah dengan lekat didepan cermin,  wajah menyedihkan terlihat disana.

Kuhapus sisa airmata yang masih berdiam disudut mataku.

Hari ini aku akan menikah. Ya menikah.
Lalu kenapa aku menangis? Bukannya sekarang adalah hari bahagia? Lantas kenapa hatiku mencelos.

Aku akan menikah dengan seorang lelaki yang sudah memiliki dua istri, dan aku akan menjadi istri ketiganya.
Siapa yang tidak sedih mendapati hal semacam ini? Kuyakin nenekmu juga bisa merasakan apa yang aku rasakan.

Suara ketukan terdengar dari luar, buru-buru aku menghapus bersih sisa airmataku.
Merapihkan tatanan rias wajahku seperti semula, lalu mempersilahkan seseorang itu masuk.

"Hai, Tiffany." Dia adalah Kristin, anak dari seorang istri kedua, calon suamiku. Usianya sekitar sepuluh tahun.

"Halo, Kris" aku memberikan senyumanku kepada anak itu yang wajahnya serupa sekali dengan ibunya. Dia menghampiriku dengan senyum mengembangnya, memberikanku sebuket bunga untuk digenggam nanti saat aku akan meresmikan hubunganku dengan calon suamiku.

"Kau cantik sekali. Ayah akan senang melihatmu, sungguh." Dia menatapku dengan lekat.

"Thanks.." dia salahsatu anak yang bersahabat denganku. Maksudku, hanya dia yang peduli terhadapku ketimbang saudara kandungnya yang lain.

Boleh aku perincikan beberapa anak yang dipunyai oleh calon suamiku dari istri-istrinya yang lain?

Istri pertama suamiku namanya Melissa Lee, dikaruniai satu orang anak perempuan bernama Rey. Usia Rey sekitar dua-puluh tahun.
Seandainya kondisi Melissa sehat, suamiku mungkin tidak akan mencari istri baru.

Lalu istri keduanya bernama Kathrine Biggalow.
Dikaruniai empat anak perempuan yang terdiri dari; Leana yang usianya menginjak dua-belas-tahun, lalu Victoria yang jarak usianya tidak beda jauh dengan Leana yaitu sebelas-tahun. Kristin yang sekarang sedang menemaniku, usianya sepuluh-tahun dan yang paling bungsu usianya delapan tahun, namanya Emily.

Banyak bukan? Lantas kenapa laki-laki itu ingin mencari istri lagi, sedangkan dia sudah dikaruniai banyak anak.
Alasannya adalah. Dia menginginkan anak laki-laki untuk meneruskan dirinya.

Perbedaan usiaku dengannya sekitar dua-puluh-tujuh-tahun. Usiaku dua-puluh-tiga dan dia lima-puluh-tahun. Apakah dia masih memproduksi sperma yang bagus? Lupakan yang ini.

Ikatan pertemanan antara dia dan juga ayahku yang membuatku terpaksa menikah dengannya. See?! Betapa idiotnya ayahku menikahkan diriku dengan laki-laki yang usianya hampir sama dengannya.
Apakah dia tidak memikirkan kedepannya, semisal jika aku menikah dengannya, apakah laki-laki itu akan tetap gagah seperti saat ini? (Sekarang-pun laki-laki itu sangat tua)

Aku marah, semarah-marahnya orang marah, dan menangis- sesedih-sedihnya orang sedih.
Kenapa nasib buruk menimpaku?

Dan akhirnya aku berdiri disini dengan gaun mahal buatan desainer kepercayaannya. Persetan. Rasanya aku ingin kabur.

Kristin menarik-ku keluar, dengan langkah berat aku berjalan gontai.
Diujung sana, ayah menungguku dengan stelan tuksedo berwarna putih gading, dengan rambut yang hampir memutih, dia menungguku.

"Anak ayah apakah sudah siap?"

Cih. Persetan. Kalau saja kau bukan ayahku, mungkin aku akan bersumpah serapah bagai seorang brengsek yang tak tau beretika.

Aku mengangguk pasrah, lalu ayahku mengulurkan tanganya untukku. Siap mengantarku kepada iblis tua yang sedang menyeringai disana.

Musik pengiring menyeruak bagaikan lagu kematian, tatkala aku dan juga ayahku berjalan pelan menuju altar.
Aku tidak ingin menatap iblis yang sudah siap disana. Tidak sama-sekali.

Kristin dengan semangat menaburkan bunga kamboja, maksudku kelopak bunga mawar berwarna putih. Dia dengan girang ikut mengantarku kepada iblis tua mesum disana.
Andai aku punya sebuah permintaan yang langsung terkabul. Aku ingin menghilang saja dari muka bumi ini. Namun pada kenyataannya itu merupakan hal yang sangat mustahil.

Ayah berbisik pelan kepadaku, sebelum menyerahkan diriku pada si tua bangka.

"Sayang, kau pasti menyukainya. Buat ayah bangga kepadamu"

Menelan ludah sama sulitnya dengan menelan sebuah silet. Ayahku benar-benar egois.

Dan pada akhirnya si tua bangka mengenggam tanganku, lalu dia berbisik lembut ditelingaku.

"Dear, aku sangat menyukaimu--"

Menjijikan. Aku tidak ingin mendengarkan bualannya. Aku seperti anak remaja yang sedang digoda oleh pria hidung belang. Sial. Jalang.

Sebelum kami bersumpah dihadapan Tuhan, dia terlebih dahulu memperlihatkan keluarganya yang sedang menampilkan senyum (tolol) kepadaku.

Ada nyonya Melissa yang duduk dikursi roda dengan wajah segar, dan disampingnya ada nyonya Kathrine yang duduk bersampingan dengan nyonya Melissa sembari menggengam tangannya. Lalu anak-anaknya, dari yang paling tua sampai yang terkecil ikut bergabung.

Keluarga macam apa ini? Mereka senang mendapati suami dan juga ayah mereka menikah lagi. Dunia memang sangat aneh.

"Dimana si tolol itu?" Aku terperanjat tatkala tua bangka ini berteriak dengan keras. Membuyarkan lamunanku. Astaga, dia kasar sekali.

"Patrick, cepat cari anak sialan itu!"

Ada apalagi ini? Bisakah acaranya dipercepat, atau kalau bisa dibatalkan saja. Aku benar-benar sudah muak berada disini.

Semua orang berbisik-bisik, sebenarnya ada apa?

"Tuan, saya menemukannya disini!!!" Si botak, maksudku Patrick dia berteriak dari kejauhan. Semua mata tertuju pada lelaki berkepala plontos itu.
Melihat sesuatu yang dibawa Patrcik, membuat si tua bangka menyeringai. Lalu ikut menarik 'tangkapan' si botak.

"Darimana saja kau bodoh?!" Si tua bangka menarik telinga seorang laki-laki. Dia dengan gemas membawa orang itu dan menjejerkan nya sama denganku.

"Aku sakit perut--"

Yang aku tahu, aku sekarang sangat bingung. Drama apalagi sekarang? Tolong, ini seharusnya menjadi drama menyedihkan bukan lelucon seperti komedi.

"Tidak usah banyak alasan. Pak pendeta tolong resmikan hubungan bocah sialan ini dengan malaikat cantik bernama Tiffany. Tolong dipercepat, aku ada meeting sebentar lagi."

Tunggu? Aku tidak jadi menikah dengan tua bangka ini?

Tolong! Seseorang atau siapapun,  benturkan kepalaku ke tembok sekarang.

What the fucking hell?

End

SHORT STORY (TAENY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang