The Boss 05

82.8K 3.2K 316
                                    

Ada enaknya!!!

Jadi plis yg belom legal, tolongin gue diskip aja naenanya!!




^^^^

"Hmm hmmmmm!" Gue brontak, berusaha ngelepasin tangan itu dari mulut gue.Gue cakar lengannya pakek kuku-kuku panjang gue tapi nggak bisa, dia pekek baju lengan panjang.

Dia ambil tangan gue terus dipengangin kenceng banget. Gue takut.

"Sssttt diem," Dia bisik ke telingan gue, panas dingin gue pas suaranya yang berat itu ngomong tepat di telinga gue.

Kok suaranya akrab kayak pernah denger.

Gue ngangguk dengan jantung yang dagdigdug, tapi gue bakal teriak lebih kenceng atau lari habis kalau dia ngelepas gue.

"Ini cuma gue," orang itu ngelepasin tangannya dari mulut gue. "Suara lo kenceng banget. Bisa ngalahin lumba-lumba."

"APA-APAIN SIH LO! LEPASIN GUE!" Teriak gue ngamuk.

Cuma gue, cuma gue apaan, jantung gue mau copot gara-gara dia.

"Gue mau ngomong sama elo," Kata Kainan brengsek Millard nggak ngegubris omongan gue buat ngelepas cengkramannya dari lengan gue.

"Nggak ada yang perlu diomongin! Lepasin! Gue mau pulang!" Gue masih narik-narik tangan gue dari Kai.

"Ini soal yang kemaren. Gue nggak tahu elo masih...."

"Nggak terjadi apa-apa kemaren. Sekarang lepasin gue."

Kai ngambil dagu gue, ngarahin wajah gue ke wajahnya. Dari tadi gue emang nggak mau liat dia.

Kai natep gue segit pakek mata itemnya yang tajem. Itu mata apa silet, tajem banget. Gue jadi kicep kan.

"Gue beneran nggak tahu elo perawan. Gue minta maaf, gue khilaf."

Gue buang muka bikin tangan dia lepas dari dagu gue, "Emang kalo gue bilang gue masih perawan lo bakal berhenti?" Tanya gue sinis pakek senyum kecil.

Kai diem aja berarti jawabannya enggak. Cowok brengsek macem dia pasti udah sering juga merawanin cewek.

"Lo tahu gue kobam. Harusnya lo nggak ngelakuin itu ke gue."

"Elo nggak ngehentiin gue."

"Gue mabuk."

"Tapi lo setuju pas gue nanya lo yakin apa nggak."

"GUE MABUK! GUE NGGAK SADAR! BRENGSEK!" Teriak gue kenceng.

"Oke gue emang salah. Gue minta maaf."

Anjing! Gampang banget ngomongnya. Emang bajingan ini orang. Nggak ada gunanya ngomong sama dia. Dengan dia minta maaf juga nggak bakalan ngembaliin apa yang udah terjadi.

Gue nggak butuh maaf lo.

"Lupain aja. Anggap nggak pernah ada yang terjadi. Gue juga nggak inget apapun."

Cengkraman Kai di lengan gue jadi keras banget, sakit. Dia tiba-tiba marah.

Gue ngoyangin lengan gue, gue liat dia. Mata Kai melebar, dia natep gue antara marah tapi juga kayak kesinggung gitu.

Nggak sadar dia sama wajah kesakitan gue, bisa patah lengan gue. Nggak cukup dia nyakitin piskis gue tapi fisik juga.

"Kai!"

The BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang