Merah.
Semua yang tampak di pandangan Kris Wu hanyalah merah. Pekat.
Hangat.
Yang membasahi tubuhnya terasa hangat. Bersama berat tubuh seseorang yang tertumpu padanya. Saat sebutir selongsong peluru menyentuh ujung sepatunya, Kris tersadar pada apa yang baru saja terjadi.
Malam tadi dia dan Sehun menghadiri pertemuan tertutup anggota 'Dewan Belakang', keluarga-keluarga yang bermain di dunia hitam. Bisnis-bisnis ilegal yang tumbuh subur di kegelapan kota Paris yang megah. Senjata api, bahan peledak, drugs, semua itu menjadi bisnis sampingan bagi keluarga Wu yang menjadi tonggak utama penggerak bisnis di kota ini. Itu membuat keluarga mereka banyak mendapat 'teman', sekaligus musuh yang menginginkan kejatuhan mereka.
Seperti barusan, sekelompok orang tak dikenal menerobos masuk ke gedung yang terjaga ketat dan menembak membabi buta. Kris sempat melihat beberapa kepala keluarga lain terkena tembakan itu, entah hidup atau mati. Kris pun ingat kalau penjaga yang mengawalnya keluar roboh karena tembakan, membuatnya berhadapan langsung dengan moncong senapan. Belum sempat Kris menarik pistol dari balik mantelnya, senapan api itu meletus, melesatkan peluru tepat ke arahnya.
Namun seseorang menghadang laju peluru itu.
Mendadak sekujur tubuhnya seperti tersiram air dingin begitu dia selesai memproses apa yang baru saja terjadi. Kris menundukkan kepala ... melihat siapa yang terkulai lemah dengan darah mengalir dari luka tembak di pundaknya. Tubuh yang sedari tadi bersandar padanya adalah adiknya sendiri. Sehun. Yang memakai badannya untuk melindungi Kris dari tembakan.
Kris memandang wajah Sehun yang pucat pasi. Tangannya bergetar hebat saat menyentuh sisi wajah Sehun, lemah dia merasakan hembusan napas dari adiknya.
"Sehun... Sehun, buka matamu! SEHUN!"
Namun adiknya bergeming. Diam di genangan darahnya yang masih terus membasahi lantai.
Untuk kali pertama dalam hidupnya, seorang Kris Wu tak tahu harus melakukan apa dan hanyut dalam kepanikan yang menyesatkan.
***
Kris terduduk dalam diam di depan ruang operasi di mana Sehun kini dirawat. Kepalanya kosong. Dia tak bisa memikirkan apapun selain kondisi Sehun. Kris sampai tak peduli pada pakaiannya yang masih terasa sedikit basah karena darah Sehun. Dia hanya ingin kepastian kalau adiknya akan baik-baik saja. Kalau Sehun akan selamat. Kalau semua akan kembali normal.
Tangan Kris terkepal begitu rapat hingga buku-buku jarinya memutih. Emosi yang dia rasakan bercampur aduk sampai dia tak tahu harus bereaksi seperti apa. Marah tak bisa, menangis dia tak sanggup.
Mencoba untuk mengendalikan diri, Kris memejamkan mata dan menarik napas panjang. Tak begitu banyak membantu, tapi paling tidak dia mulai bisa berpikir dengan jernih. Kris memandang telapak tangannya yang merah karena darah Sehun, tapi kali ini dia menemukan kejanggalan pada merah di tangannya.
Warnanya tak pekat.
Kris bukan pemula dalam kejadian baku tembak seperti ini. Melihat mayat bersimbah darah sudah jadi agenda tetap dalam jadwal kerjanya. Tapi warna darah Sehun berbeda... merahnya tampak lebih muda.
Ada sesuatu yang salah.
Ada sesuatu yang sangat salah pada Sehun dan Kris tak punya perkiraan apapun.
Terlebih saat ambulans datang, petugas menemukan kartu khusus di dompet Sehun yang merujuk ke rumah sakit tempatnya berada sekarang. Yang Kris tahu ... ini adalah rumah sakit yang mengkhususkan diri untuk perawatan kanker.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent
Fanfiction[PRIVAT ONE OF PART] - [Family-Twoshoot] Setiap awal pasti akan ada akhir. Dan setiap ada kelahiran pasti akan ada kematian. Usia dan waktu tak akan ada yang tahu. Semua menjadi rahasia Tuhan. Dan ketika waktu itu tiba, bukan tangis yang mengiringin...