Masa Itu - Bagian 2

8 4 0
                                    

Dikala bulan pun datang, dan mentari mulai terlelap, sesekali aku teringat sebuah kenangan di masa itu. Hmmm, ya..kenangan bersamanya.
Waktu kita duduk berdua..ya..hanya berdua ditaman itu, kau berbicara lihai lembut dengaku.
Aku pun tergagap gugup melihat mata indahmu, sebening air sungai dan secerah bintang di langit. Terkadang aku juga menyempatkan untuk melihat paras wajahmu, sungguh membuai jiwa ini.
Serasa alunan urat nadiku bertalu. Kau bercerita tentang indahnya hari-harimu, dan hal lain yang kau lakukan tadi. Parau suara mu membuatku lupa akan waktu. Tetapi aku tak menghiraukannya. Aku tetap menatap lekuk matamu yang menawan, hatiku serasa luluh olehnya. Kita dulu sebenarnya adalah sebuah harmoni, tetapi kau tidak mengetahuinya. Yahh, akhirnya kau tau sendiri kawan, ini hanyalah sebuah kenangan belaka. Sebuah memori yang tak akan lekang dimakan zaman. Ya, memang lara rasa ini. Namun, bila teringat masa-masa itu, tak terungkap betapa hancurnya hati ini kawan. Hancur...berkeping-keping, sulit untuk disaktukan kembali. Karena sesuatu yang sudah rusak jika diperbaiki hasilnya tetap tidak akan sempurna,
menurutku. Sudahlah, lupakan saja. Sekarang yang harus kulakukan : Lupakan. Hilangkan. Relakan. Cukup sudah hati ini untuk sakit. Aku berharap dirimu bahagia, pujaan. Sang putih telah kelabu dan hitam pun bertalu. Aku berterimakasih pada Sang Mahacinta, karena telah membuatku mencintai. Tanpa memiliki. Dan walau hanya sementara.

Kenia, 23:30, -17/2/18-

Almost AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang