Ditengah guyuran sang hujan
Menusuk kulit dan membekukan tulang
Seorang insan tertatih-tatih
Hatinya remuk redam
Tajuk kehancuran terlihat di paras wajahnya
Seakan terang pun menghitam
Terbesit kenangan pahit di benaknya
Yang berbuah rindu, berbunga pilu
Tertelan dalam semu
Kebetulan dia sangat tidak menyukai hujan
Hujan itu dingin..sepi...dan..yaah...kaku
Mengapa???
Mengapa harus gelisah??
Kalau semua rasa saja bisa kita cipta
Senja yang kelam dikala itu,
Menyingkap semua memori yang telah tersimpan rapi di dalam hatinya
Dia yang menangis
Di sore yang kelabu itu
Meratapi sakit yang amat sangat dalam
Tak terungkap rasanya
Rasanya sangat sakit...sakit sekali..
Sakit yang menusuk pilu
Sakit yang dulunya menjadi candu
Rasa yang dulunya ia semai
Berharap rasa itu tumbuh menjadi bunga yang indah
Sampai-sampai ia memperpanjang harapnya
Kini malah menjadi pedang yang menusuk dirinya sendiri
Ia merasa sangat bersalah karena telah mencintai
Mencintai dengan cara yang benar...tetapi salah tanggapan...
Sungguh kasihan sekali insan itu..
Mengapa...mengapa harus seperti ini jadinya??
Senyum yang ia paparkan, dulunya dipenuhi kebahagiaan
Tanda rasa percaya akan cinta yang ia tanam
Kini berubah menjadi temaram, penuh keraguan yang tak tergambarkan
Memang, cinta itu berjuta rasanya
Tetapi ternyata mencintailah yang menyakitkan
Ahh sudahlah...
Kisah ini mungkin telah usai
Hmmm...mungkin ini bukan sebuah kisah
Bukan juga perjalanan cinta seorang insan
Namun ini adalah
Sebuah lara tertusuk pedang yang mengharap datangnya sang pujaan hati
Terimakasih untuk seseorang yang membuat hati insan ini menjadi laraKenia, 16/2/18, 21:06, dengan sedikit perubahan
KAMU SEDANG MEMBACA
Almost Alone
PoetryDisini aku meraung dalam kesendirian, keheningan yang tak terjamah, dan lara hati yang mendalam