Part 2

275 54 3
                                    

“Eungh!” terdengar suara seseorang terbangun dari tidurnya. Hari sudah pagi namun matahari masih enggan untuk menampakan dirinya karna salju turun lembut menjatuhkan dirinya kebumi. “Jam berapa ini?” gumam kyungsoo sedikit membuka matanya untuk bangun dan melihat kejam digital dinakasnya, “Jam 7 pagi” kyungsoo menoleh kesampingnya dan terlihat kun yang masih terlelap.

“Astaga!” kaget kyungsoo, dia mendudukan diri. “Kun!” kyungsoo menggoyangkan tubuh kun untuk membangunkannya. “Kun! Bangun!” teriak kyungsoo.

“Apasih nuna!” jawab kun kesal namun matanya masih setia terpejam. “Bangun! Kau tidak sekolah?!” Tanya kyungsoo. “Ini hari minggu, nuna lupa?.”
“Ah iya aku lupa” kyungsoo membaringkan diri lagi ketempat tidur. “Tunggu? Kenapa aku dirumah?” gumam kyungsoo, seingatnya dia dikedai kopi dimana dia biasa menyelesaikan beberapa kisah. “Semalam kita diantar jongin hyung” jawab kun santai. Yah, setelah diantar sampai rumah semalam, dengan tidak sopannya nunanya itu juga tidak bangun hingga jongin harus membopong kyungsoo sampai kekamarnya. Memalukan sekali nunanya itu, dia itu wanita tapi tidurnya sungguh sangat susah dibangunkan.
“Jongin hyung?.”
“Iya, kakak hyanggi” jelas kun, kun berteman dengan hyanggi sudah lama, semenjak dia selalu ikut dengan kyungsoo ke kedai kopi universe 3 bulan yang lalu. Karna bosan menunggui nunanya menulis, kun sering bermain dengan hyanggi di taman bermain kota didepan kedai universe. Kyungsoo tahu hyanggi, tapi dia tidak tahu kakak hyanggi karna memang kyungsoo dan kakak hyanggi belum pernah bertemu. “Lain kali jangan tertidur lagi, merepotkan” gerutu kun.
“Yak! Aku juga tidak ingin, karna terlalu lelah menulis saja aku jadi tertidur. Deadlinenya minggu depan.”
“Huh! Sudah aku masih mengantuk jangan menganggu” kun menarik selimutnya lagi hingga menutupi kepalanya untuk melanjutkan mimpi indahnya yang sempat tertunda.
“Dasar anak ini!” cibir kyungsoo. Dia beranjak dari tempat tidur, membawa langkah kakinya menuju ruang dimana ia bisa merilekskan tubuhnya dengan guyuran air hangat dimusim dingin ini. musim dingin pertama yang ia lalui tanpa rasa hangat pelukan kedua orangtuanya. Kehangatan sebuah keluarga yang berkumpul disetiap akhir pekan untuk sekedar melakukan kegiatan bermalas-malasan bersama. Tapi itu —dulu—dulu saat ayah dan ibunya belum memutuskan berpisah. Dulu saat kedua orangtuanya selalu meluangkan waktu diakhir pecan untuk dirinya dan adiknya, kun. Entah berawal bagaimana, ibunya itu bisa membagi cintanya selain kepada ayahnya. Kyungsoo tidak tahu itu, sejak kapan.

Kyungsoo menrendam dirinya kedalam bathup yang sudah berisi air hangat, nyaman. Rasa nyaman yang ia selalu rasakan ketika berendam, seketika rasa lelahnya hilang walau sesaat. Rasa lelahnya pada sebuah rasa pahit yang ia rasakan atas ketidakadilan hidup terhadap dirinya. Sebuah ketidakadilan yang ia sendiri ingin sekali meninggalkan kehidupan ini hingga dia menemukan sesuatu yang mewakili dirinya —kopi—pahit tapi membuat beberapa penikmatnya menjadi candu. Bukan narkotik tapi ini lebih nikmat dari itu. Kalau kata RP Kj0ngin ‘kopi selalu jadi dirinya sendiri, tak bersembuyi dalam pahitnya, dan ia tetap mempunyai penikmat tang mencintainya tanpa dusta’.

Kopi, sejak semua rasa itu menusuk jauh didalam hatinya. Mengkoyak dan bahkan mencabik semua perasaannya, menghancurkan sebuah kebahagiaan dan kepercayaan yang ia bangun atas didikan kedua orang tuanya. Sejak saat peristiwa itu kyungsoo enggan untuk sekedar bersosialisasi, skedar mencari teman, dia cenderung menutup dirinya dari hiruk pikuk dunia luar. Dunia yang kejam dan tega memisahkan kedua orangtuanya, dunia yang tega mendatangkan seseorang yang membuat ibunya membagi cintanya hingga ayahnya harus mengikhlaskan bahwa ibunya tak lagi bahagia bersama sang ayah.

Sakit

Pedih

Sebuah luka yang tak bisa sembuh oleh sebuah obat merah atau salep luka pada umumnya. Sebuah luka yang sampai saat ini kyungsoo simpan karna rasa kecewanya pada ibunya.

Ibu

Ibu yang selalu ia cintai sedari kecil, membesarkannya penuh kasih saying, mendidiknya dan mengajarkan berbagai hal tentang dunia. Hingga pada akhirnya ibunya mengajarkan sebuah rasa kecewa yang tak mampu disembuhkan oleh pemberi rasa luka itu sendiri.

Ibunya kejam

Itulah yang kyungsoo tahu hingga saat ini. untuk sekedar berbincang saja kyungsoo enggan jika tidak begitu penting. Kyunggsoo masih sering bertemu ibunya, karna ibunya akan selalu menjemput adik tersayangnya yang dititipkan kepadanya. Ibunya terlalu sibuk mengurus kun, adiknya. Entahlah semenjak memutuskan hubungan dengan ayahnya, ibunya itu selalu tidak memiliki waktu untuk kun. Itulah yang selalu kun ceritakan padanya jika sedang duduk berdua menikmati secangkir kopi dirumah tanpa gangguan lembar-lembar yang selalu menjadi pusat perhatian kyungsoo setiap harinya.

“Mungkin aku harus menghubungi kakak hyanggi untuk mengucapkan terima kasih nanti. Kuharap aku tak merepotkannya semalam.”

Gadis Pecinta KopiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang