Janji.

582 26 6
                                    

"Assalaamu'alaikum ziq. Gimana kabar kamu disana?"

"Wa'alaikumussalaam baik alhamdulillah. Kakak gimana disana?"

"Alhamdulillah baik."

Ada sedikit ketenangan dalam diriku ketika mendengar orang itu berbicara kepadaku. Suara tegas. Penyemangat. Dan bersahabat yang membuatku selalu bersyukur memiliki kakak sepertinya.

Dialah.. Zahrain. Kakak sulungku.

"Oh iya ziq. Gimana hafalan kamu disana?"
Zahrain bertanya disebrang dengan nada ingin tau.

Deg.
Aku terdiam..
Hafalanku masih...
3 juz Al-quran..
2 tahun lalu zahrain berangkat ke Mesir, aku masih menghafal juz 30.
Huh , apa yang harus aku katakan?

"Ziq?? Ko suara Nafas doang sih? Ngomong heh!"

"Ah iya ka.." jantungku berdegup kencang. Bagaimana tidak? Aku malu. Sekaligus aku tidak ingin mengecewakan kakak ku.

"Hafalan mu udah berapaa???" Tanya ka Zahrain dengan nada jengkel.

Aku menghela nafas.

"Ziq?! Heh??! Kamu nggak lanjut ngafal? Takut sama kakak?" Ujar kak Zahrain dengan cepat.

Otak ku terus berputar. Memikirkan jawaban dan beribu alasan agar bisa membuat kak Zahrain tidak kecewa karena aku.

"Hmm.. enggak. Riziq masih ngafal. Disekolah juga alhamdulillah masih rajin setor" kataku dengan tenang.

"Alhamdulillah.. lalu? Berapa juz yang sudah kamu dapat?"

Huh. Mengapa dia mengulang pertanyaan itu lagi!

"Ziq? Jujur laah.. ayo..  Ngapain main malu maluan"

Huh..

"Masih dikit ka.. hehe.." aku terkekeh sedikit.

"Ah , kamu gitu ziq. Parah. Aku mau dengar perkembangan menghafal kau. Biar nanti enak ngasih solusi biar lebih baik ngafalnya."

Uh.. aku menghela nafas dalam.

"Ah.. iya iya.. "

"Jadi.? Berapa?"

"Riziq baru hafal.. 3 juz." Kataku diikuti dengan hati canggung dan suara parau.

"Hmm.. 3 juz ya.."

Deg..
Deg..
Huh. Mengapa tidak bisa satu kali saja aku membuat kakak kakak ku. Ayah. Dan ibu bangga padaku?

1 Kali saja.

Dan itu berat.

"Iya.. 3 juz ka.. riziq belum bisa menghafal lebih banyak.. riziq belum.. - " tiba-tiba air mataku menitik. Aku malu kepada diriku sendiri. Mengapa sangat susah untuk menyempurnakan sesuatu?. Padahal itu mudah. Apakah Allah belum meridhoi ku menghafal Al-quran?. Ya Allah.. mengapa sungguh sulit.
Dalam hal dunia.. aku bisa menjadi nomor satu. Dan tak ada yang mustahil.
Namun mengapa dalam menjadi nomor satu dalam Agama Mu itu sulit?

Ini..
Cobaan.

"Riziq? , kamu nangis hah?" Tanya kak Zahrain yang tampak bingung lewat nada suaranya.

Desahan nafasku terdengar berat dan tersendat sendat.
Aku mencoba menenangkan diriku.
Memadamkan rasa maluku
Dan kembali seperti biasa.

"Ah.. enggak ka. Tadi cuma pilek flu biasa aja. Jadi ya begini.. " jelasku.

"Ah? Masa?" Kak zahrain bertanya dengan intens.

:)

"Iya.. bener." Aku tersenyum simpul dibalik handphone.

"Haha iya iya.. begini ziq.. sebenernya ada yang mau aku bilang ke kau"

"Apa?"

"Di Mesir sini , lagi ada penerimaan siswa baru. Alias beasiswa jenjang SMA sampe kuliah. Minat?"

Deg.

"Beasiswa?"

"Iya beasiswa. Gk dipungut apapun. Kau lanjut SMA disini aja ziq. Temenin aku lah disini"

Hah? Beasiswa? Ke mesir pula.

"Gimana ziq? Mau?"

Aku terdiam sejenak. Memikirkan baik baik setiap kata dan jalan yang akan aku pilih.

"Riziq pikirin dulu ya."

"Oh iya iya.. yaudah ziq. mau bilang itu aja. Salam buat ibu sama ayah. Sama adik adik semua. Jangan lupa hafalannya tambahin."

"Haha iya iya"

" minggu depan dikabarin lagi ya."

"Oke. Semangat disana kak."

"Iya. Assalaamualaikum"

"Wa'alaikumussalaam".

Kakak terbaik.
Zahrain.
Seorang hafidz 30 juz. Berkuliah di Mesir dengan program beasiswa.

Rindu.

Mesir?

I'll think that.
           

Ku tunggu kau , di langit PalestinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang