BAB 1

841 37 0
                                    

SETAHUN KEMUDIAN

Suara ayam berkokok menandakan hari sudah berganti pagi. Aku membuka mataku yang tertutup rapat dan segera bergegas ke kamar mandi. Tak sabar untuk pergi ke sekolah. Kenapa? Karena hari ini adalah hari pertama aku menggunakan pakaian putih abu-abu. Setelah selama tiga hari melewati masa-masa pengenalan siswa atau sering disebut juga MOS.

Setelah selesai bersiap-siap, aku segera turun dari tangga menuju ruang makan dan mengambil sarapan dengan tergesa-gesa.

     "Kamu ini kalau sarapan pelan-pelan, Nak. Nanti tersedak tahu rasa." Kata Ibu dengan suara lembutnya.

     "soalnya aku udah nggak sabar, Bu. Untuk cepat-cepat ketemu sama teman-teman baru. "Ucapku dengan mulut penuh dengan roti. Sehingga suaraku terdengar seperti anak kecil yang baru belajar bicara.

     "iya, tapi kan makan cepat-cepat itu nggak baik apalagi bicara dengan mulut yang masih penuh sama makanan..." belum sampai Ibu mengakhiri ucapannya, tiba-tiba aku tersedak.

     "Uhukkuhuk air mana air..."ucapku setengah berteriak.

     "tuh, baru aja di bilangin. Cepat minum ini." Omel Ibu sambil menyodorkanku air putih.

     "ya sudah, Bu. Aku pamit dulu , ya" aku mencium tangan Ibu , kemudian beralih ke Ayah. "Yah, Ita pamit."

     "kamu nggak mau barengan sama Ayah?"

      Aku menolaknya dengan senyuman, "nggak, Yah. Ita mau naik angkot aja."
setelah berkata begitu, aku segera keluar. Tak perlu lama bagiku untuk menunggu sang abang tukang angkot datang menjemput. Karena rumahku letaknya sangat strategis. Terletak di pinggir jalan sehingga memudahkanku mendapatkan angkot.

      Didalam angkot, ada beberapa penumpang yang kebanyakan anak-anak sekolah. Wajar saja karena hari ini hari pertama anak-anak bersekolah memulai ajaran tahun baru mereka. Ada yang mengenakan seragam putih biru, dan putih abu-abu sepertiku. Di tengah jalan, angkot berhenti kembali mengangkut seseorang anak perempuan yang menurutku sangat cantik. Kulitnya yang putih, bibir tipis berwarna pink menghiasi wajahnya. Aku melihat logo sekolah yang terjahit di bajunya . yang ternyata sama seperti logo bajuku. Ternyata dia satu sekolah denganku. Ia memandangku, sepertinya tersadar bahwa aku sedang memperhatikannya. Tetapi, aku langsung memalingkan muka.
Suasana berubah menjadi sesak dan panas ketika si kenek angkot terus memaksa kami untuk saling berhimpitan. Padahal, angkotnya sudah penuh. Masih saja dipaksakan. Yah, namanya juga nyari duit, tapi nggak sampai menyiksa penumpang juga dong. Umpatku dalam hati.
 
    Akhirnya sampai juga di sekolahku. Aku segera turun, memandang gerbang sekolah dengan ceria. Banyak siswa-siswi yang seragamnya terlihat sangat baru. Mestilah semua serba baru. Sekolah baru dan suasana baru. Tiba-tiba seseorang menabrakku dari belakang.

     ""Sori, lagian salah lo juga diam di tengah-tengah jalan" katanya dengan culas.

Dia seorang anak perempuan. Aku nggak terima dia bicara begitu. Sudah jelas dia yang salah.

     "Eh, jalanan tuh masih luas, ya. Elo yang salah udah nabrak gue." omelku.

     "Elo berani sama gue?" ucapnya dengan dagu sedikit diangkat seolah ia menantangku.

     "Ya berani lah. Emangnya lo siapa? Sama-sama anak baru juga belagu"
Cewek itu membuka mulut hendak mengucapkan kata yang aku tebak pasti makian, namun di urungkan olehnya karena mendadak kami jadi pusat perhatian orang-orang.

     "Urusan kita belum selesai" tunjuknya padaku kemudian pergi.
Isshh, dasar cewek gila. Pagi-pagi udah bikin mood jadi ancur. Tapi, masa bodo! Aku segera melangkah dan langsung mencari kelasku. Yeah, aku ditempatkan di kelas X MIA 2. Dan ternyata, aku sekelas dengan cewek menyebalkan yang tadi barusan menabrakku. Aku tak menghiraukan pandangan matanya. Aku langsung menghampiri tempat duduk yang paling depan, kebetulan masih kosong. Tentu saja kosong, kalian tahu kan meja bagian depan itu letaknya sangat dekat dengan meja guru dan itu menyulitkan para murid untuk menyontek saat ulangan. Suasana kelas masih sedikit sepi. Baru ada beberapa orang. Wajahnya terlihat asing semua bagiku. Sampai ada seorang anak perempuan yang menyapaku.

TEROR ANAK SISPALA(Siswa Pecinta Alam)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang