BAB 3

511 35 2
                                    


Pagi ini bukan pagi yang cerah untukku bersekolah. Karena pagi ini kami semua di hebohkan dengan adanya kasus seekor bangkai tikus mati yang masih mengeluarkan darah segar di temukan tergeletak di ruang sispala. Dan yang lebih menghebohkan lagi terdapat tulisan

Tertawalah kalian sebelum besok kalian nangis darah!!!

Semacam pesan ancaman yang di tujukan kepada seluruh anggota sispala. Tentu saja ini membuat heboh seisi sekolahan
Bahkan ada yang menyangkut pautkan kejadian ini adalah teror yang baru di mulai atas kejadian setahun yang lalu tentang salah satu anggota SISPALA yang meninggal di gunung. Bahkan ada yang bilang bahwa ini adalah ulah arwah itu untuk balas dendam. Dasar, aku tak habis pikir dengan mereka yang membuat gosip murahan seperti itu.

"lo yakin, Mar. Masih tetap akan ikut eskul sispala?" tanya seorang perempuan yang sudah mulai ku kenali.

"Iya, gue nggak peduli tentang tikus mati itu. Lagian juga mungkin saja kan itu ulah orang iseng. Atau ulah orang yang sirik dengan eskul sispala karena yang gue lihat, sispala banyak banget peminat eskulnya" jawab Maria dengan santai.

Aku takjub juga mendengar ucapannya. Ternyata pemikirannya luas nggak sedangkal teman-temannya yang lebay-lebay itu.

"menurut lo ini ulah siapa ya?" tanyaku pada Dinda yang sedari tadi sibuk menulis catatan materinya yang belum selesai.

"seperti kata Maria. Mungkin ini ulah orang yang iseng." jawabnya dengan mata tetap terfokus pada buku tulisnya.

Yeah, mungkin itu memang ulah orang yang iseng. Tapi, tetap saja menurutku itu sangat keterlaluan. Bagaimana bisa bangkai tikus dijadikan sebagai bahan candaan. Perutku mulai bergejolak lagi membayangkan bagaimana bangkai tikus itu tergeletak dan baunya yang menyerbak di seluruh ruangan membuat isi perutku keluar.

***

Istirahat kami disuruh berkumpul dibawah pohon rindang yang terletak di tengah sekolah untuk mendiskusikan perihal tentang teror yang terjadi tadi pagi. Di sana hanya da kak Rafli dan kak Ferry karena yang lain sedang sibuk membersihkan ruangan SISPALA.

"kalian tahu, kan kenapa saya kumpulkan disini?" tanya kak Rafli.

Tentu saja kami di kumpulkan disini karena ruangan SISPALA sedang di bersihkan oleh anggota senior. Tapi, sepertinya bukan itu maksud pertanyaan dari Kak Rafli.

"saya juga terkejut atas insiden yang terjadi tadi pagi. Waktu di telepon ada yang meneror anak-anak sispala, saya langsung meluncur kesini dan menyaksikan sendiri pesan ancaman itu. Saya harap kalian tenang dan tidak perlu takut akan hal itu. Saya jamin tidak akan terjadi apa-apa pada kalian. Jadi, jangan hanya karena kejadian ini kalian semua keluar dari eskul ini. Dan saya harap kalian akan tetap ikut eskul ini." ucap Kak Ferry memandang kami semua dengan pandangan penuh harapan.

Mana mungin aku keluar hanya karena kejadian begitu. Tapi disisi hati yag lain, aku merasakan khawatir. Bagaimana jika itu bukan kerjaan orang iseng. Aku segera menepis pikiran itu mengapa juga aku jadi berpikiran dangkal seperti mereka.

Itu saja yang ingin saya sampaikan. Maaf kalau saya menganggu istirahat kalian. Silahkan kalian melanjutkan kegiatan kalian masing-masing tuturnya. Kami pun bubar. Terkecuali Maria.

kupastikan ia sedang mencoba pedekate dengan kak Ferry. Dan dapat kulihat dari sini bahwa Maria menempeli Kak Ferry terus.

"mau ke kantin dulu nggak, Ta? Dinda menghentikan langkahku, laper, nih katanya sambil memegang perut.

"iya, yuk" namun, sebelum kami melangkahkan kaki. Kami di cegat oleh seruan Kak Ferry.

"Tunggu! Kamu Dinda, kan?" tanyanya pada Dinda. Lalu ia menunjukku, "dan kamu Rellita" butuh beberapa menit untuknya mengingat namaku. Sedangkan nama Dinda seperti sudah terpasang di otaknya. Aku hanya tersenyum paksa.

TEROR ANAK SISPALA(Siswa Pecinta Alam)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang