Malam itu, Miguel sedang dalam perjalanan menuju "8 Edge", sebuah bar langganan Miguel. Ditemani sebuah lagu favorit nya berjudul 505 dari sebuah band Arctic Monkey, dengan sebatang rokok marlboro yang telah tersulut cukup lama, selagi ia menikmati angin malam dengan keadaan kaca mobil terbuka sambil bernyanyi dengan nada lumayan pelan. Miguel memiliki keadaan yang dimana ia tidak menyukai keramaian dan dominan berada ditempat yang sepi dan agak gelap. Dan pada setiap malam selagi ia tidak sedang dalam keadaan sibuk, ia mengisi waktu luangnya dengan berjalan jalan dengan mobil Chevrolet Camaro tahun 1960 kesayangannya.
Sesampai nya ia di 8 Edge, seorang bartender tua menyapa Miguel dengan suara yang agak serak namun masih terdengar jelas.
"Aloha, Miguel! lama tak jumpa, bagaimana kabarmu sekarang nak?" sapa seorang bapak tua yang berumur berkisar 50-60 tahun.
"Pak tua! sejak kapan kau kembali kesini? kudengar kau telah kembali ke kampung halaman bapak dan tidak akan pernah menginjakkan kaki bapak ke bar ini lagi" jawab Miguel.
"Hahahaha, tidak pernah aku berkata seperti itu, mungkin kau hanya mendengar rumor itu dari orang orang yang tidak menyukai sang bartender legendaris, Johnny Carl ini!"
"Never gets old huh old man. Come on, i came up here to get my drink, bring it up old man, don't you dare forget 'bout my favorite cocktail!" Miguel menjawab Carl dengan bahasa inggris yang dilengkapi aksen British nya yang telah lekat pada dirinya sejak ia lahir.
"Kommen bald, Mig!" Jawab Carl dengan bahasa Jerman nya.
Johnny Carl adalah seorang bartender yang telah bekerja di 8 Edge lebih dari 10 tahun dan merupakan bartender pertama di 8 Edge. Bartender yang paling akrab dengan Miguel, bahkan Miguel pun sudah menganggap nya seperti keluarga nya sendiri.
Carl kembali kehadapan Miguel dengan membawa cocktail favorit Miguel yang merupakan old style dari campuran whiskey bernama Bourbon.
"Baiklah, apa yang harus aku lakukan untukmu nak? memberimu uang? saran? pakaian? atau hanya sebagai tempatmu merasa nyaman untuk bercerita nak?" Dengan senyum lebar di raut wajah Carl serta mata nya yang menyipit tergambarkan seorang kakek tua yang ramah.
Miguel seketika menunduk terdiam memasang raut wajah yang merasa bersalah namun kebingungan.
"Mig, aku telah mengenalmu bertahun tahun, raut wajahmu itu serta ekspresi mu tadi saat aku membuatkan cocktail mu, aku dapat membaca semuanya, ada apa denganmu nak?"
"Carl... Apa aku ini penting bagi orang lain?" jawab Miguel dengan suara pelan, Miguel seakan merasa berat mengatakannya.
"Aku rasa aku tidak akan pernah bisa menjadi seseorang yang penting bagi orang lain, aku bahkan tidak tahu apa aku ini 'ada' atau tidak di dunia ini" Lanjut Miguel.
Carl terdiam, memori masa lalu nya yang penuh dengan tekanan itu melintas melewati pikirannya. Tak lama ia diam, ia pun tersenyum kembali kepada Miguel.
"Mig, kau tentunya penting bagi orang lain, keluargamu, teman temanmu, bahkan mungkin kekasihmu"
"Carl, aku bahkan tidak memiliki itu semua, semua nya meninggalkanku, semua nya tidak mengerti diriku, semua nya mengkhianatiku dan tidak ada yang tersisa satu orang pun."
"Kau punya aku, nak" Potong Carl dengan suara serak lembut nya yang khas.
Miguel diam mendengarkan, pandangan yang menggambarkan kesedihan itu pun menghiasi malamnya, serta dilengkapi oleh lantunan melodi lagu jazz dari jukebox bar tersebut.
Atmosfer sunyi dalam percakapan mereka berdua pun terpecah saat Carl melihat tangan Miguel.
"Demi tuhan Miguel, ada apa denganmu?! apa yang terjadi denganmu, mengapa tanganmu ada bekas sayatan benda tajam? apa kau terlibat suatu masalah? narkotika?" Tanya Carl dengan penuh kekhawatiran.Miguel tetap diam dan hanya menghisap rokok nya dengan pandangan kosong ke arah lain.
"JAWAB AKU MIGUEL BLAKBOOT!" Bentak Carl kepada Miguel.
Miguel melirik Carl sambil menghisap rokok nya, "Ini disebut Cutting" singkat Miguel.
"Apa itu Cutting? jelaskan padaku sekarang juga, nak"
"Aku tidak tahu pengertiannya secara bahasa, tapi yang kutahu adalah ini caraku untuk mendapatkan kembali rasa nyaman ku terhadap dunia, caraku untuk tetap hidup dalam dunia yang menyiksaku namun tidak akan membunuhku, kau mengerti maksudku Carl?"
"Aku mendengarkan" tekan Carl.
"Kau tahu bahwa aku menyukai kesendirian bukan, namun di sisi lain aku diam diam berharap agar seseorang dapat menyelamatkanku dari dunia ku ini, dunia yang telah kubuat dari pikiran ku sendiri."
"Namun kau tahu Carl, bahkan orang yang paling dekat denganku yaitu dirimu saja tidak akan tahu betapa gelapnya dunia ku, tapi bukan berarti dunia ku penuh dengan narkotika, alkohol dan yang lain sebagainya, melainkan sebuah sudut pandang seseorang terhadap dunia nya yang tak memiliki arti dan hanya monoton sebagaimana hitam yang tetap akan berwarna hitam walaupun telah dicampur warna lain beberapa kali" jelas Miguel
"Jujur saja aku pernah melewati masa masa hidup yang seakan menekanku setiap saat, tapi aku tak pernah berfikir bahwa hidup mu lebih buruk daripada hidupku"
"Apa yang kupelajari dari hidupku dulu adalah tidak ada kata menyerah, teruslah berjuang untuk menjalankan hidup, kau pasti akan menemukan titik bahagia dalam hidupmu jika kau terus berjuang, nak" lanjut Carl
"To be honest Carl, you didn't even get the point"
Seketika itu Miguel langsung menghabiskan cocktail nya dan bangun dari tempat duduk nya.
"Hey yo old man, we'll meet again someday, i need to go now."
Dan pada saat itulah Carl merasa tidak akan bertemu lagi dengan Miguel, rasa dan pikiran yang sama juga tertumpahkan dalam pikiran Miguel."
Miguel segera pergi dari 8 Edge setelah ia membayar cocktail nya.
Terus berjalan melewati malam, Miguel pergi entah kemana dengan perasaan yang sama.
"Same night, same partner, same cigar, and so do the song itself" bisik Miguel kepada diri nya.
YOU ARE READING
Tenebrous
Non-Fictiontbh, this story is my first story, sorry for unusual description and tags, maybe(?) menceritakan tentang seseorang yang kehilangan akal sehat nya tentang dunia menceritakan tentang seseorang yang melupakan tentang cinta menceritakan tentang seseoran...