Chapter 4 : Hurricane

7 2 0
                                        

"Dug" bunyi pintu mobil yang ditutup.

Kate berdiri kaku tepat di sebelah mobil itu, asap pekat berwarna hitam yang sangat banyak serta api merah menyala ditemani suara kayu kayu yang hancur seakan mencari perhatian sekitar untuk datang kepada nya.

Terdengar orang orang bergumam disana, banyak pula yang berlari kesana kemari membawa sebuah ember, beberapa wanita menangis dan ada pula yang berteriak histeris.

Kate tetap berdiri kaku seakan ingin menunjukkan ketegaran dirinya namun kaki yang bergetar serta air mata yang mengalir dari mata nya sudah cukup menggambarkan bahwa ia tidak dapat menahan kesedihan hati nya. 

Perlahan ia berjalan kearah asal asap itu, tak kunjung pula air mata nya berhenti, yang ia harapkan hanyalah keselamatan orang orang yang ia sayangi.

"Permisi pak, apakah pemilik rumah itu berhasil selamat?" tanya Kate yang mencoba agar tidak terlihat sedih.

"Saya tidak tahu nak" Singkat laki laki paruh baya tersebut.

Kate terus berjalan mendekat dan terus bertanya kepada orang orang yang ia lewati dengan pertanyaan yang sama, hingga akhirnya ia hanya berjarak beberapa meter dari rumah tersebut.

Seorang laki laki berumur 40-an menghampiri nya, tangan kirinya merangkul pundak kiri Kate yang sedang menangis menatap rumah tersebut.

"Mereka semua ada didalam sana Kate, bapak turut berduka cita akan musibah ini" 

Seketika Kate terduduk dengan tatapan nya yang kosong, air mata yang kemudian mengalir kembali, hingga akhirnya ia tidak dapat menahan kesedihannya dan kemudian berteriak mengarah ke langit, seakan menyalahkan kehendak tuhan yang merenggut semua kebahagiaannya hanya dalam 1hari.

.

.

.

"hah..hah..hah... Menggali liang kubur tentunya bukan pekerjaan mudah bagi kaum wanita ya hahaha" Sahut Kate berbicara dengan diri sendiri sembari mengusap keringat yang ada di dahi nya.

Kate berdiri cukup lama di depan 3 batu nisan yang saling bersebelahan, sambil melihat lihat sekeliling batu nisan tersebut.

"Ayah, ibu, beristirahatlah dengan tenang dan jangan berpikir apapun tentang putri mu ini, jangan pernah mencari putri mu ini, putri mu pun sudah 'mati', putri mu ada di tengah tengah kalian, ingat itu... aku hanya orang lain yang memakai jasad putri kalian, jangan pernah mengikuti ku jangan pernah melihatku, tetaplah berbaring disana" Suara serak dan dalam Kate seakan menambah suasana semakin mencekam.

Ia duduk dan mulai menulis sepucuk surat.

Dengan rapi dan hati hati ia tempatkan surat itu pada kuburan yang ada di tengah tengah kuburan ayah dan ibu nya. Ia kemudian berdiri dan menatap kearah surat itu, mulai belajar melukis wajah nya dengan senyum kecil licik nya yang tajam.

"Catherine Swiss, berbaring lah disana dengan ayah dan ibu mu, untuk sekarang aku yang memegang kendali

                                                                                                                              -Catherine Kobra"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 04, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

TenebrousWhere stories live. Discover now