Pertama-tama, mohon maaf karena chapter ini menjadi sebuah fanfiction, tapi saya rasa masih dalam lingkup romance short story. Hanya 599 kata, isinya tentang curahan hati untuk Taehyung.
Kim Taehyung
Seoul, 23 Tahun
Sejuk. Definisi sebuah rasa dimana angin semilir meniup helaian rambut, suara gesekan daun terdengar merdu di lebatnya pohon maple. Tidak ada kicauan. Hanya petikan gitar yang dimainkan oleh Taehyung. Melodi yang pelan, menenangkan, dan menghanyutkan. Aku tidak peduli dengan gemercik air mancur tak jauh dari sini, telingaku hanya menangkap melodi-melodi indah yang Taehyung mainkan.
Terkadang dia bernyanyi, melafalkan beberapa bait lagu baru yang ingin dibuatnya. Ia komposer, ia gitaris, ia juga vokalis. Aku suka bagaimana darah musisi memang sudah mengalir padanya. Taehyung itu penyayang, lembut, dan luar biasa perhatian. Alasan utama dia memainkan gitar di tempat terbuka seperti ini tidak lain hanya satu, agar membantuku melupakan masalahku, katanya. Dia bilang padaku, daun maple kesukaanku jika digabung dengan lantunan gitarnya akan menjadi komposisi yang indah dan akan merasuki jiwa kosongku yang sendu. Ya, begitu, jika aku sedih dia mengatakan jiwaku kosong. Kata Taehyung, jiwa yang bersedih sama saja seperti tidak memiliki jiwa. Kosong. Hampa. Juga sepi. Sedih hanya akan membuatku tampak tak bernyawa, dia tak suka melihatku yang seperti itu.
Taehyung pernah marah, saat aku menangis tersedu-sedu di halte bus beberapa minggu lalu. Saat itu aku memergoki Jimin--pacarku--selingkuh dengan kekasih barunya. Aku kacau, tak tau apalagi yang harus aku lakukan. Hujan mengguyur saat itu dan aku tetap tidak peduli. Tapi yang aku tau hanyalah, Taehyung peduli. Ia datang menghampiriku dengan motor laki-lakinya yang aku tak tau bermerek apa. Dia membawa dua jas hujan, memaksaku memakainya satu dan naik ke motor. Saat kubilang dia mirip tokoh Dilan yang aku baca di novel, dia tak terima. Dengan senyuman manisnya ia berkata "Ani, aku ini hanyalah Taehyung. Taehyungmu tahun dua ribu delapan belas."
Aku tertawa pelan. Taehyung itu, selalu bisa membuat setiap hal menjadi menyenangkan bagiku. Aku juga tau Taehyung tipikal lelaki yang mengemudi dengan kecepatan di atas 50 kilometer per jam. Tapi karena aku yang begitu takut dengan kencangnya motor, Taehyung rela mengendarainya dengan hanya 30 kilometer per jam. Taehyung baik, laki-laki yang sangat pengertian, sangat berperasaan.
Sudah tak terhitung jari betapa sering Taehyung menolong di saat aku bahkan terpuruk tanpa satu orang pun yang memedulikan perasaanku. Lagi-lagi akan kukatakan. Taehyung baik, laki-laki terbaik yang pernah aku kenal. Dia baik pada setiap keluarga, kerabat, teman, bahkan orang yang baru dikenalnya sekalipun. Ya, dia baik pada semua orang. Itulah yang membuatku ingin sekali menampik fakta bahwa aku telah menaruh hati padanya. Semuanya telanjur tidak benar. Melibatkan perasaan dalam hubungan pertemananku dengan Taehyung adalah pilihan yang salah. Tidak seharusnya aku mencari setitik harapan bahwa Taehyung merasakan hal yang sama. Demi Tuhan, bisakah perasaan semacam cinta ini tidak datang dan merusak semuanya? Sulit untukku mendapat teman seperti Taehyung, tapi yang kulakukan hanya akan membuat semua menjadi lebih runyam.
"Taehyung? Ada apa?" aku bingung, Taehyung tiba-tiba menggenggam erat tanganku dan membuyarkan semua lamunanku tentangnya.
Taehyung mengambil sehelai daun maple dan menaruhnya di sela-sela telingaku. Mata hazelnya langsung bersitatap dengan kedua mataku yang sedikit berair. Tatapan itu lagi, tatapan saat Taehyung tidak memberikan sedikit pun kebohongan disana.
"Kau lihat pohon maple di depanmu? Kalau nanti pohon itu berbuah peach, berarti aku akan berhenti menyayangimu."
Mengerutkan alis, aku bingung dengan apa yang dikatakannya, "tapi itu tidak mungkin, Tae. Seratus abad sekalipun tak akan berbuah peach."
"Begitupula aku. Aku akan selalu menyayangimu sampai pohon maple itu berbuah peach."
"Hingga tak mungkin kau akan berhenti?"
Taehyung mengangguk. Dia menggenggam tangan kananku, mengecupnya dengan sangat lembut hingga aku tak ingin ada hari yang dinamakan esok. Taehyung membawaku ke dalam dekapannya, mengalirkan jutaan afeksi pada hatiku yang nyatanya sudah bergantung padanya.
Taehyung bergumam pelan, namun cukup untuk sampai di telingaku.
"Aku mencintaimu."
END
Thank you for reading! I'd like to receive any critics or advice. See you on the next chap!