Prolog

81 12 8
                                    

"Bagaimana mungkin seseorang memiliki keinginan untuk mengurai kembali benang yang tak terkirakan jumlahnya dalam selembar sapu tangan yang telah ditenunnya sendiri. Bagaimana mungkin seseorang bisa mendadak terbebaskan dari jaringan benang yang susun-bersusun, silang-menyilang, timpa-menimpa dengan rapi di selembar sapu tangan yang sudah bertahun-tahun lamanya ditenun dengan sabar oleh jari-jarinya sendiri oleh ketabahannya sendiri oleh tarikan dan hembusan napasnya sendiri oleh rintik waktu dalam benaknya sendiri oleh kerinduannya sendiri oleh penghayatannya sendiri tentang hubungan-hubungan pelik antara perempuan dan laki-laki yang tinggal di sebuah ruangan kedap suara yang bernama kasih sayang. Bagaimana mungkin."

-Sapardi Djoko Damono-

"Lang, kita akan terus sama-sama kan?"
"Kenapa tanya begitu?"
"Aku hanya sedang berada dalam ketakutan-ketakutan yang semakin hari semakin membuatku tidak mau jauh-jauh dari kamu."
"Ah, itu hanya perasaan yang kamu buat-buat sendiri Alam. Jangan takut, You have me, right?"

Langit tersenyum sangat indah malam ini, aku tidak ingin kehilangan senyum ini, sungguh. Akupun terisak pelan.
"Kenapa menangis?" Langit buru-buru mengusap air mataku lembut dengan tangannya.
"Berjanjilah, apapun yang terjadi, kamu gak akan ninggalin aku pergi kan Lang?"

Senyum yang Langit tampakkan malam ini kian mengembang, ia menggenggam tanganku erat-erat. Matanya yang setajam elang itu menatapku lekat-lekat.
"Seandainya aku pergi pun, sebenarnya aku tidak benar-benar pergi, yang harus kamu tahu, Langitmu ini hanya pergi, bukannya menghilang. Kalau cuma pergi kan nanti juga akan kembali? Iya kan?"

Aku melepaskan genggaman tanganku dari Langit, aku marah!
"Dasar langit! Aku gak suka menunggu di mana kata 'akan kembali' itu terjadi! Pokoknya jangan kemana-mana!"
Kudengar Langit tertawa pelan, lalu ia mengambil tanganku untuk digenggamnya kembali.
"Dan seandainya aku nanti pergi, Langitmu ini sudah menyediakan bintang-bintang, matahari, hujan beserta benda-benda langitnya untuk menemani hari-hari Alamnya ini. Kamu gak akan kesepian, Lam."

K A M UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang