Bab I: Begin of Our Destiny

89 8 5
                                    

"Aku suka merasakan tiap tetes hujan yang jatuh bersamaan dari langit. Kedatangannya yang berupa guyuran air memberi manfaat dan kepergiaannya yang berupa pelangi memberikan keindahan bagi semesta, dari hujan aku belajar, bahwa setiap inci hal yang pergi dari hidup kita tidak selalu memberikan luka. Selalu ada pelajaran di setiap tetesnya."

Perempuan berusia lima belas tahun itu duduk di salah satu ayunan yang catnya mulai mengelupas di bagian sisinya pada derasnya hujan sore ini, tidak jauh dari tempatnya berada, berdiri kokoh sebuah rumah pohon tanpa dicat. Pemiliknya membiarkan rumah pohonnya berwarna alami, rumah pohon itu berwarna cokelat asli dari kayu-kayu penyusunnya. Awalnya gadis itu berniat untuk menaiki rumah pohon itu, namun tidak jadi. Takut, kalau-kalau pemiliknya datang dan langsung memarahi dirinya apabila melihat rumah pohonnya ditempati oleh orang asing. Maka di sanalah dia, duduk di salah satu ayunan sambil memeluk erat-erat pigura yang entah berisi foto siapa di dalamnya. Gadis itu sedang menangis, tidak peduli kala hujan turun semakin deras dan membuat baju yang ia kenakan serta rambutnya yang dikuncir kuda itu basah.

Saat ini, dia hanya ingin menangis, bersama hujan.

Tanpa perempuan itu sadari, tidak jauh dari tempat ia menangis, seorang laki-laki seumuran dengannya sedang bersembunyi di balik pintu rumah pohon sambil melihatnya dengan cermat.

"Kenapa dia menangis di tengah hujan begini?"

Gadis itu sedang duduk di atas ayunan yang dibuat oleh ayah laki-laki itu lima tahun silam sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke sepuluh tahun, ada dua ayunan yang dibuat, karena faktor cuaca dan debu cat berwarna hijau dan biru pada kedua ayunan itu mulai banyak yang mengelupas, tapi ayunannya masih kuat dan kokoh dinaiki oleh anak-anak ataupun orang dewasa, buktinya perempuan itu tidak jatuh saat duduk di atas ayunan yang mulai luntur catnya dimakan waktu itu.

Awalnya laki-laki itu tidak peduli, tetapi ada sesuatu dari gadis itu yang akhirnya membuat dia turun dari tempat persembunyiannya menuju tempat di mana gadis itu duduk sambil tersedu-sedu.

Yang laki-laki itu pahami,
Seseorang yang menangis di kala hujan tidak sedang baik-baik saja.

Hujan pun tampak deras dan rasanya akan lama hendak reda, dia turun dengan memakai jaket cokelat berbalut jas hujan berwarna biru, ia berjalan menuju perempuan itu sambil menenteng sebuah payung berwarna jingga. Tepat di belakang gadis itu, dia meletakkan payung yang semula ia pakai untuk melindungi kepalanya di atas gadis yang sedang duduk sambil tersedu-sedu itu.

"Suka banget ya nangis di tengah-tengah hujan begini."

Gadis itu terlonjak kaget dan spontan menoleh ke sumber suara yang tampak mengganggunya itu. Dilihatnya seorang laki-laki sedang berdiri sambil memayungi dirinya, dia membiarkan dirinya sendiri basah terkena air hujan yang turun sangat deras sore ini. Anak laki-laki itu menatap gadis itu lekat-lekat. Manik matanya tajam dan dingin, namun dia rasa laki-laki itu tidak bermaksud jahat. Gadis itu segera mengusap air mata serta ingusnya sembarangan.

K A M UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang