038

11.6K 858 76
                                    

"Jeani, kita balikan ya" pinta gua.

Jeani sempat diam hingga dia buka suara, "Beri gua waktu untuk membiasakan sama lu lagi ya Jim. Gua masih nggak terlalu bisa nerima" jujur Jeani.

Gua mengangguk, lalu ngelus kepalanya dia. Dulu Jeani sangat suka kalau kepalanya gua elus.

"Jim lu tau kan, kalau ada orang yang kemungkinan bisa bikin gua goyah" ucap Jeani.

Gua mengangguk, iya gua tau kok. Gua tau tentang elu Jean. Gua tau. Hanya saja kadang gua menjadi orang yang sok bego tidak tahu tentang elu.

"Bikin gua supaya nggak goyah ke dia lagi Jim!" pinta Jeani dengan harap.

Gua senyum dan menggenggam tangannya Jeani erat. Ah dengan dia mengatakan itu, gua jadi nyimpulin kalau dia bakalan milih gua dari pada tuh cowok.

Jeani diam entah apa yang sedang ia pikirkan.

Gua nyenderkan kepala dia ke dada gua, "Sst jangan nangis ah. Cengeng dasar"

Jeani tidak merespon ucapan gua, tapi tiba-tiba dia meluk gua. Erat banget. Gua balas meluk dia. Pelukan hangat yang sangat gua rindukan. Pelukan yang sukses bikin gua jadi damai dan ngerasa aman juga nyaman.

Ingin rasanya gua bawa pergi kau Jean, tapi kemana dan untuk apa. Biarlah waktu yang akan menjawab takdir kita yeng tah digoreskan dalam sebuah lembaran diatas sana.

***

Jeani POV

Jimin ngajakin gua blikan lagi, gua masih perlu banyak berpikir lagi tentang ini, apa gua terima atau tidak. Gua masih takut, iya gua takut kalau gua bakalan tersakiti lagi.

Gua perlu berpikir banyak. Memang hati kecil gua mengatakan kalau gua harus balikan dengannya, tapi ego gua yang besar ini membuat hati kecil gua klah dan akhirnya sebuah kata penundan kepastian yang gua keluarkan.

Cukup bodoh untuk pergi ke sebuah luka yang sama, namun gua berharap luka itu akan mengering dan tertutupi.

Iya gua akan menerima Jimin kembali, tapi tidak hari ini.

Cukup lama kepala gua bersandar didadanya, hingga gua tersadar dengan napas Jimin yang sangat teratur dan normal. Ia tertidur sambil mendekap erat gua.

***

Malam hari, sekitar jam 8 malam Junho tiba-tiba menelpon dan mengatakan kalau dia berada didepan rumah gua. Gua langsung turun dan menemuinya.

"Jeon?" sapa gua.

Junho tersenyum manis, ia menghampiri gua, "Malam Jean" sapanya balik.

Gua tersenyum dan mengangguk, kemudian mengajaknya untuk masuk kedalam rumah.

"Duduk" suruh gua.

Junho kemudian duduk disebelah gua.

"Ada apa?" tanya gua.

"Jean gua mau ngomong serius sama lu" ujarnya.

Gua mengangguk, "Iya" sahut gua.

Junho menggenggam tangan gua da berkata, "Kang gua suka sama lu, gua nggak mau dijodihin. Gua tau elu juga suka kan sama gua?"

Gua diam.

"Ayo pergi sama gua" lanjut Junho.

"Maksud lo?" kaget gua.

"Ayo kita kabur aja, kita nikah. Gua beneran nggak mau dijodohkan"

Gua diam.

"Jean..." lirih Junho.

Gua sempat kaget, Junho manggil nama gua, biasanya dia manggil gua pakai marga, inii... Ah.

***

Author POV

Derrrttt...

Ponsel Jimin bergetar, membuat pemiliknya terbangun dari tidurnya.

"Siapa sih" kesal Jimin seraya melihat layar ponselnya.

"Hm?" guamam Jimin.

Dia melakukan panggilan balik ke orang yang telah mencoba menelponnya tadi.

"..." sahut orang diseberang sana.

"Iya kenapa?" tanya Jimin heran.

"..."

"HAH?!" kaget Jimin seraya berdiri.

Disisi lain ada orang lain disana yang ikutan kaget mendengar Jimin.

"Kenapa?" tanya Hoseok.

"TAE minjam motor lu dong" pinta Jimin.

Taehyung yang masih sedikit kesal itu pun tidak bisa menolak permintaan sahabatnya itu.

"Nih" Taehyung melemparkan kunci motornya.

"Mau kemana lu?" tanya Yoongi.

"Jeani hilang" ujar Jimin buru-buru pergi.

"Hah?! Gua nggak salah dengar kan? WOY... JIMIN!" teriak Hoseok.

Jimin langsung ke parkiran mengambil motornya Taehyung dan mencari Jeani entah kemana.

"Lu kemana sih Jean" gumam Jimin.

Next?

Yeah sengaja pendek nih. Haha
Otw tamat dah nih

My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang