044

11.3K 848 67
                                    

Jeani POV

Polisi berhambur menangkap para komplotan penculik ku, aku tidak peduli. Aku hanya fokus pada kekasihku, Jimin. Dia tidak sadarkan diri. Denyut nadinya sangat lemah, aku takut. Aku takut dia kenapa-napa. Kalau sampai Jimin celaka, aku nggak akan pernah bisa maafin diri aku sendiri. Aku akan sangat merasa bersalah. Sekarang aja aku udah nggak kuasa melihat dia dengan penuh darah. Aku mulai meyalahkan diriku.

Aku tidak punya kekuatan lagi, tanganku sakit, kakiku juga sakit bahkan hatiku juga sakit.

Aku dan Jimin segera dibawa ke rumah sakit. Aku hanya diobati dibeberapa tempat, sedangkan Jimin dibawa ke ruangan yang seperti ada pembedahan minor. Apa ada luka yang serius?

***

Aku bangun dari tidurku. Wajah pertama yang aku lihat adalah wajah temannya Jimin, kak Yoongi. Jiminnya mana?

"Eungh" ringisku, karena kepalaku sedikit pusing.

"Berbaring aja" suruh kak Yoongi.

"Mana Jimin?"

"Dia lagi tidur" jawab kak Yoongi.

Aku mengangguk, kemudian berbaring dan memejamkan mataku sejenak lalu mencari sosok lain.

"Bang Daniel mana?" tanya ku ke kak Yoongi.

"Lagi ngurus administrasi, ayah kamu lagi ngurus kasus penculikan kamu"

Aku mengangguk, kemudian tidak sengaja aku melihat dibalik pintu kamar inap ada seorang laki-laki yang menyandang nama Park Jihoon disana.

"Itu Jihoon" tunjukku.

Kak Yoongi langsung membukakan pintu untuk Johoon.

"Masuk!" suruhnya.

Jihoon langsung menggampitiku dan menanyakan keadaanku.

"Aku baik-baik saja" jawabku.

***

Esok harinya terungkap alasan kenapa aku diculik. Hanya semata balas dendam, karena bang Daniel udah ninggalin anak semata wayangnya yang bernama Kim Soora.

Aku ingat bang Daniel mutusin Soora karena dia suka sama pacarnya yang sekarang, Rhea. Karena putus dengan bang Daniel, Soora bunuh diri. Ayahnya pasti sangat terpukul karena kepergian anak semata wayangnya itu. Makanya dia menyusun rencana untuk balas dendam.

Kata Papi, pak Kim bilang kalau dia mau balas dendam ke bang Daniel buat ngerasain gimana sakitnya kalau kehilangan orang yang disayangi.

Oh iya Jimin, aku belum bertemu Jimin sejak terakhir sebelum kita dibawa ke rumah sakit.

"Kenapa?" tanya bang Daniel.

"Jimin" sahutku sayup-sayup. Takut dia marah karena dia sempat ngelarang aku buat pacaran sama Jimin.

"Dia masih tidur tadi"

"Dia nggak papa kan?"

"Nggak papa, cuman kayaknya nggak bakalan bisa dance lagi"

Deg...

Aku langsung membulatkan mataku. Bagaimana? Dance adalah salah satu kesenangan Jimin didunia ini. Dance yang bisa menangkan dia dari beban pikirannya. Dance itu udah kayak jiwanya Jimin.

"Kenapa?"

"Pergelangan kakinya cidera"

Aku memejamkan mataku lagi, "Bang, mau ketemu Jimin dong" pintaku.

"Iya nanti"

"Maunya sekarang"

"Nanti aja"

"Sekarang!"

Daniel bangkit dari duduknya dan membantuku duduk ke kursi roda, kemudian dia mendorong kursi menuju kamar Jimin maybe.

Tidak jauh dari kamarku dirawat terdengar suara teriakan.

"AAARRRGHH..."

Aku kaget, itu suara Jimin. Kenapa?

Bang Daniel tidak mebawaku masuk ke kamar Jimin, kami hanya menonton Jimin yang sedang mengamuk didalam. Terlihat teman-temannya pada membujuk Jimin untuk mengontrol emosinya.

"JIMIN! JANGAN SEPERTI ANAK KECIL!" bentak Namjoon.

Jimin diam, dia kemudian terduduk. Hoseok langsung memeluk tubuh Jimin dan yang lain membantu untuk membawa Jimin ke kasurnya.

"Jim, ada yang lebih berharga dari dance itu" ujar kak Yoongi.

"Tapi dance itu hidup gua" sahut Jimin.

"Lu bisa nyanyi aja Jim" ujar kak Jin.

Jimin menunduk. Aku lihat Jimin sudah lumayan tenang, aku membuka pintu dan Daniel membantu mendorong kursi rodaku sampai kedepan ranjang Jimin.

Semuanya keluar dari kamar itu, sehingga menyisakan aku dan Jimin saja.

Aku memegang tangan Jimin, "Maafkan aku"

Jimin balas memegang tanganku, "Sudahlah, nasi udah jadi bubur" ujar Jimin.

Aku menunduk dan menelungkupkan wajahku ke samping tubuh Jimin. "Sudahlah sayang" ujar Jimin.

Aku menangis disamping Jimin. Dan tertidur. Saat aku bangun, aku sudah kembali ke kamarku sendiri.

"Ah rupanya ketiduran" gumamku.

"Hay Jean" sapa Rhea pacarnya Daniel.

Aku mengangguk saja. Rhea kemudian tersenyum ramah. Aku berpikir kalau Rhea ini beda dengan Luda, orangnya baik juga sepertinya, makanya Daniel bisa bertahan sama ini cewek.

***

Aku berjalan sendirian menuju kamarnya Jimin dan ku lihat ada Luda didalam. Mereka berpelukan. Aku sempat mau pergi dari sana, namun tangan seseorang menahanku.

"Yoongi" kagetku.

"Masuk saja" suruhnya.

Aku menggeleng.

Kak Yoongi kemudian membuka pintu kamar Jimin dan menarikku kedalam. Jimin terlihat kaget melihatku masuk, namun setelah itu dia tersenyum, Luda juga tersenyum padaku. Luda menghampiriku dan mengukurkan tangannya.

"Selamat, kau menang" ujar Luda.

Aku tidak nengerti maksudnya apa.

Luda menggoncangkan tangannya kembali mengajakku berjabat tangan, aku kemudian menerima tangannya.

"Aku akan kembali ke Paris, sepertinya aku akan selamanya disana. Kau jaga Jiminku ya"

Jiminku? Hmm okay.

"Iya" sahutku.

"Aku menyerah, kau menang. Jimin sepertinya sudah sangat terikat denganmu"

Luda melepaskan jabatan tangan kami lalu menepuk pundakku dan tersenyum. Dia kemudian keluar.

"Ada apa dengannya?" heranku.

Jimin kemudian terkekeh, "Sudahlah jangan dipikirin"

Next???

Maaf beribu maaf. Aku lama baru up. Soalnya emang beneran sibuk, aku kerja dr jam 4 sore sampai jam 12an malam, trus paginya aku kuliah lg, jd banyak nggak sempat buka laptop atau hp huat lanjutin wp aku. Maaf

My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang