Bagian 2

2 0 0
                                    

"Ketika kau sudah merasa nyaman di lautan, jangan pernah kau lupa akan daratan. Karna daratan adalah rumahmu. Tempat di mana kau mendapat pelukan cinta dan kasih sayang."

-Lucas-
——————————————————

"Ayolah, Jack. Kenapa kau seperti ini? Kenapa kau tidak terus terang saja padaku!?"

"Aku begini, karna aku peduli padamu, Luke. Aku tak akan menyembunyikan hal ini lebih lama darimu!"

"Sejak kapan kau peduli padaku, Jack? Kau hanya mementingkan dirimu!" bentakku pada Jack dan sepertinya itu membangunkan Ibu.

"Aku selalu peduli padamu, Adik Kecil. Sekalipun kau mengira aku tidak peduli padamu, akan aku lakukan dengan caraku sendiri," ucap Jack dan membuatku merinding.

"Apa..."

"Bahkan sejak kau terseret ombak setahun yang lalu," potong Jack.

Bagaikan tersihir, perkataan Jack mengingatkanku kejadian kelam setahun yang lalu. Saat aku dan Danny, sahabat karibku, pergi berselancar bersama. Kami sangat senang waktu itu, ombaknya sangat stabil, kau bahkan bisa tertidur di atasnya. Bermandikan sinar matahari yang membakar kulitmu, kau akan terbiasa dengan sentuhan ombak yang menyentuh kulitmu.

"Hei, Luke! Kau percaya ini? Ombak ini sangat menyukaiku!" teriak Danny saat dia mencoba beratraksi di atas selancarnya.

"Hati - hati, Dan! Kalau kau tidak menjaga keseimbanganmu kau akan terjatuh terjungkal! Hahaha!" teriakku membalas Danny.

"Aku tidak akan ter... Akkkhhhh!!!" teriak Danny bahkan lebih mengerikan dari jeritan lumba - lumba.

"Hei, Dan. Apa kau tercapit oleh kepiting? Hahaha!" ejekku di tepat di depan Danny.

Namun, teriakan Danny sungguh sangat memilukan. Bahkan aku tidak bisa membayangkan betapa tersiksanya Danny saat itu. Aku juga terjatuh namun bisa menjaga diri. Aku sempat meraih tangan Danny dan terbawa ombak. Sungguh mengerikan. Kami tidak tahu kalau akan ada ombak ganas datang secara tiba - tiba. Danny kehabisan napas, begitupun denganku. Paru - paruku sesak sekali, seolah - olah ada yang mencengkram dadaku. Berusaha meraih permukaan dengan mendorong diriku yang beratnya sudah 62 kilogram dan tubuh Danny yang sekitar 60an kilogram. Namun sangat disayangkan, ombak menghantam kami dan aku melepaskan tangan Danny, membuatnya terbawa arus dan berpisah denganku.

Aku berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai permukaan. Usahaku sia - sia, ombak menyapuku dengan cepat. Aku benar - benar kehabisan napas. Hingga pandanganku mulai kabur, terlihat samar - samar, mulai menghitam dan gelap.

Sadar atau tidak sadar, aku sempat melihat beberapa orang mengambang di bawah air. Beberapa orang itu nampak aneh. Aku tertidur di atas rangkaian rumput laut yang licin. Buih - buih keluar dari hidung dan mulutku. Lidahku terasa sangat asin sehingga aku ingin memuntahkannya. Aku tak dapat membau ataupun meraba. Rasanya seperti melayang di atas angin. Dengan rambutmu yang terus bergerak ditiup angin.

Rasanya sangat aneh menurutku. Seperti itulah kejadiannya. Bahkan aku tidak ingat sedikit pun apa yang terjadi padaku setelahnya. Tiba - tiba aku terbangun di atas perahu dengan celana terobek. Sebagian kulitku tergores karang dan mengeluarkan darah. Hampir saja aku putus asa dan berpikir aku akan mati. Namun kenyataannya tidak.

Sesampainya aku di rumah sakit, ada banyak perawat dan dokter menanganiku. Salah satu perawat membawakan obat untuku, katanya obat pereda nyeri. Namun, lama - kelamaan aku menjadi mengantuk dan tertidur.

***

Aku tersadar Jack berada di sampingku, dengan wajah yang sangat kacau. Penampilannya sangat acak - acakan. Tidak sepeti Jack yang biasanya tampil modis. Aku mengelus kepala Jack dan dia tersadar dalam tangisannya.

LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang