BLUSHING

11 2 0
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

'Atchi'

Pemuda dengan selimut tebal berwarna kuning cerah itu tengah menggil hebat,  padahal dua selimut tebal menutup sempurna tubuhnya.

Akibat paparan hawa dingi yang ia terima cukup lama mampu membuatnya hampir mati membeku.

Setelah tumbang beberapa saat ia berhasil di temukan oleh hoseok yang ingin memberinya kostum untuk teater minggu depan.

Hoseok yang baru sampai lantas dikagetkan dengan tubuh jimin yang tergeletak di lantai.  Jangan lupakan wajah dan tubuh itu hampir kaku dan memucat seperti mayat.

Dengan cekatan ia membopong tubuh ringkih itu untuk di rujuk di rumah sakit terdekat.

Terkutuklah jimin dengan sifat kepala batunya.  Alih-alih di rawat di rumah sakit ia lebih memelih meninggalkan rumah sakit walau sudah mendapat teguran buruk dari sang dokter setelah ia sadar dan sudah membaik.

"Astaga kau semakin menyusahkanku jimin.  Lebih baik kau mendapat perawatan intensif di rumah sakit dari pada kau harus bekerja keras sendirian di sini." seperi para ibu-ibu yang kehabisan barang diskon,  hoseok mengomeli jimin sehingga mebuat pemuda yang kini berbaring itu tertawa dengan gemelatuk gigi yang cukup keras.

"Minum coklatnya selagi panas."

"Hyung apa kau percaya jika bidadari itu ada?" Tannyanya setelah meneguk setengah isi coklat panas dari hoseok.

"Aigooo...  Aku sangat prihatin, kau pasti tengah mengigau" ho seok menggelengkan kepalannya.

Hoseok mengambil termometer yang tengah di apit oleh lengan atas jimin "Panasmu masih tinggi. Aku ada urusan sebentar lagi. Apa kau baik-baik saja jika kutinggal" hoseok meletakkan termometer itu di nakas, membenahi letak selimut jimin yang hanya sebatas dada.

"Jangan khawatir hyung. Tentu, aku baik-baik saja"

Rona merah muda menghias pemuda park, badannya terkulai lemah namun detak jantungnya memacu bak menaiki roler coaster.


.
.
.

"hyung aku bertemu satu, bidadari itu melebihi indahnya jagat raya. tapi ada satu hal yang tak mampu kusentuh. bahkan jika aku dengan keras kepalaku masuk kedalamnya maka aku harus rela mengarungi luasnya keindahan atas kesedihannya"

StopoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang