Suasana kelas XII IPA 1 hening. Semua siswa sibuk mengerjakan lembar ujiannya masing-masing. Tidak ada siswa yang terlihat menoleh kanan-kiri untuk mencontek atau sekadar menanyakan jawaban. Atau memang kelihatannya seperti itu.
Nyatanya tidak.
Cewek itu sedang sibuk menulis di kertasnya ketika dia tidak sengaja mengangkat kepala dan melihat seorang teman yang duduk di sebelahnya menunduk dengan sebelah tangan memegang ponsel. Dia melihat guru yang mengawas yang rupanya sedang sibuk dengan ponselnya lalu kembali melihat temannya itu. Sepertinya temannya itu sadar bahwa dia sedang diamati dan menoleh. Temannya itu memberi isyarat untuk tidak memberi tahu guru apa yang sedang dia lakukan. Memutuskan untuk membiarkannya dan tidak ikut campur, cewek itu melihat sekeliling dan tatapannya berhenti pada seorang cowok yang duduk paling belakang.
Cowok itu juga menatapnya lalu tatapannya beralih pada temannya yang tadi. Wajah cowok itu datar dan kembali cewek itu merasa aneh dan merinding. Tidak memedulikan maksud tatapan cowok itu, dia kembali mengerjakan kertas ujiannya.
===
“LILIK!”
Cewek yang dipanggil Lilik itu menoleh dan melihat seorang temannya menghampirinya dengan wajah marah. Kening cewek itu berkerut, tidak mengerti dengan suasana yang tiba-tiba menjadi tegang.
“Ya, kenapa, Mar?” sahutnya bingung.
Temannya yang bernama Marta itu sampai di hadapannya. Wajahnya memerah yang menandakan amarah cewek itu akan meledak.
“Kamu yang lapor ke Bu Arini kalau aku bawa HP pas ujian kemarin?” tembak cewek itu langsung.
Mata Lilik mengerjap berulang kali. Sejenak dia tidak mengerti maksud cewek itu, tapi dia kemudian ingat dengan ujian kemarin. “Maksud kamu apa, Mar? Aku nggak ngelapor apa-apa sama Bu Arini.”
“Halah, Lik! Aku tahu kamu yang ngelapor karena cuma kamu yang ngeliat aku bawa HP pas ujian kemarin!” Nada suara Marta meninggi.
Lilik menggigit bibirnya. Dia benar-benar tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Dia merasa tidak melapor pada Bu Arini, guru yang mengawas ujian mereka kemarin, bahwa Marta membawa ponsel. Tapi masa hanya Lilik yang tahu kalau Marta membawa ponsel? Dia yakin teman-temannya yang lain pasti ada melihat dan melaporkannya.
Tanpa sengaja cewek itu menatap teman-teman sekelasnya yang menonton kejadian tersebut. Matanya bertemu dengan sepasang mata gelap. Cowok itu. Ya, cowok itu juga melihatnya kemarin. Tapi wajah cowok itu datar, tidak menunjukkan ekspresi apapun. Tiba-tiba seulas senyum miring muncul di wajah cowok itu dan membuat Lilik mendapat keyakinannya.
Pasti cowok itu yang melapor.
===
HAAAIIIII~~~~
Aku kembali heuheuehu
Yang lain pending dulu yha, semoga yg ini bisa selesai wkwkwkwk
Wdyt?😄
KAMU SEDANG MEMBACA
HER
Teen Fiction(Some parts will be privated randomly) Lilia Pramudina menjalani dua tahun SMA-nya dengan baik. Tapi entah kenapa, sejak kepulangan Varish Pratama, cowok yang kemarin ikut pertukaran pelajar ke Amerika, hari-hari di tahun terakhir SMA-nya mulai tida...