0 1 - pt II

774 52 0
                                    

Zavrlina merasakan guncangan di sekitarnya dan sesuatu menggelitiki kakinya, Zavrlina mengerang dan menutup wajahnya dengan selimut, sesuatu itu serus menggelitikinya dan mengguncangkan sekitar kasurnya, ia mendendang apapun itu dan mendengarkan suara bedebum dan erangan.

"Ugh kak! Sakit tau!" Erang Tobias. huh? Tobi? Batin Zavrlina. Zavrlina membuka matanya dan melihat Tobias yang sedang mengusap bokongnya, Zavrlina mendengus geli dan merebahkan dirinya lagi.

"Kak ayo! Kau harus latihan sebelum pergi dan itu seminggu dari sekarang." kata Tobias dengan semangat, Tobias menarik narik tangan Zavrlina, Zavrlina mengerang dan segera bangkit.

"Oke oke, aku akan siap siap dulu." kata Zavrlina dan Tobias tersenyum senang, segera Tobias keluar dari kamar Zavrlina tanpa menutup pintu kamarnya, ia mengerang dan menutup pintu itu kasar, Zavrlina segera mengambil sport brany, celana yoga dan jaket jogging, ia berjalan ke kamar mandi, dan bersiap siap. 10 menit kemudian Zavrlina turun dan mendapati Tobias dan Zade tengah menonton acara pagi di televisi, Zavrlina mengangkat satu alisnya dan menyilangkan tangannya, Zade menatap kearah Zavrlina dan tersenyum, Zade berjalan kearah Zavrlina dan memgecup kening gadis itu.

"Pagi princess." katanya dan aku terkekeh. "Pagi Zadyy" balas Zavrlina dan ia mengecup pipi Zade, Zavrlina harus berjinjit, karena Zade tinggi menjulang sedangkan Zavrlina hanya sebatas dadanya.

"Well, sepertinya semuanya sudah kumpul, aku rasa kita bisa mulai." kata Tobias bersemangat,Zavrlina memutarkan bola matanya, Zade mengacak acak rambut Zavrlina dan mulai ber jogging menyusul Tobias, Zavrlina pun langsung menyusul mereka.1 jam kemudian mereka berhenti, mereka berjogging mengelilingi sekitar komplek dan memutarinya selama 1 jam, itu mampu membuat Zavrlina pusing dan lapar.

"Ayo kita lari lagi!" kata Tobias dan Zavrlina memandangnya kesal. "Hei! Aku bahkan belum sarapan, aku lapar," kata Zavrlina dan Zade terkekeh. "Yasudah, kita sarapan dulu di kedai di ujung jalan sana" kata Zade, Tobias berlari terlebih dahulu. Anak ini sangat bersemangat, batin Zavrlina dan ia menggelengkan kepala. Zade menggandeng tangan Zavrlina dan mereka berjalan ke kedai itu.

Sebenarnya kalau Zade bukan sahabat satu popok Zavrlina, gadis itu sudah mengencaninya, tetapi Zavrlina terlalu nyaman sehingga takut jika mereka berkencan akan merenggangkan persahabatan mereka saat mereka sudah tidak berkencan lagi, Zade mengatakan ia menyayangi Zavrlina sebagai adik kecilnya, awalnya Zavrlina sangat tidak terima dan sedih, tetapi ia beradaptasi dengan itu.

Zaderin korta, anak tunggal dari pasangan Lily korta dan Jon korta, tingginya 6'3 rambut coklatnya, mata abu abunya dan rahang yang tegas, badan yang terlatih. Ah aku bahkan tidak tahu harus mengatakan apa lagi, ia sangat tampan batin Zavrlina.

Mereka memasuki kedai dan menemukan Tobias yang sudah duduk dan menatap daftar menu di depanya, Zavrlina dan Zade menghampiri Tobias dan duduk di depanya. "Hei, kalian lambat sekali jalanya" kata Tobias dan Zavrlina mendengus kesal, Zavrlina merebut buku menu dari Tobias dan Tobias terlihat kesal, Zade memanggil pelayan dan mereka mulai memesan makanan.

"Jadi apa yang akan kami lakukan saat di sana?" Tanya Zavrlina dan Tobias menatap Zavrlina serius. Duh, anak ini banyak gaya, batin Zavrlina, Tobias mengelus dagunya. "Hmm, kita akan memasak," kata Tobias membuat Zavrlina menatapnya kesal.

"Tentu saja kita mendaki," kata Tobias sebal, Zade tertawa sedangkan Zavrlina menatapnya kesal, makanan mereka sudah datang dan mereka mulai memakan makanannya. "Ah kak, nanti aku akan membantu mu mengepak barang mu di tas mu, dan ingat, kita mendaki jadi kita menggunakan tas gunung, bukan koper." kata Tobias dan Zvrlina menjitak jidatnya.

"Aku tidak sebodoh itu," gerutu Zavrlina kesal, Tobias hanya tersenyum geli sedangkan Zade terkekeh. "Ugh kalian menyebalkan," gerutu Zvrlina dan melanjutkan makanannya. "Ah Zade, bagaiman tempat kerja mu?" Tanya Zavrlina, Zade akan segera menggantikan ayahnya yang seorang CEO, karena ia anak tunggal, ia tidak memiliki pilihan lain, karena ia ingin membangun perusahaannya sendiri, bukan meneruskan.

ScrittoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang