Tak banyak orang yang tahu bahwa dirinya memiliki dua kepribadian yang sangat bertolak belakang, itu semua berkat kepiawaiannya dalam menutupi semuanya dan menguburnya dalam permainan peran yang selalu ia lakukan.
***
Tak lelah Gaint bertanya kepada Sang Maha Pencipta, kapan cobaan-cobaan ini akan segera diberhentikan-Nya. Tak henti pula ia selalu melafalkan do'a agar tetap diberi kekuatan dalam menjalani kehidupan yang sangat menyiksanya ini.
Gaint sudah cukup bersabar bila dirinya selalu diterpa berbagai cobaan hidup yang bertubi-tubi, dari cobaan hidup yang biasa-biasa saja hingga cobaan hidup yang luar biasa beratnya.
Beruntungnya Gaint bukan seorang yang lemah, yang dengan bodohnya mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri.
🐾🐾🐾
Hari ke-20 di bulan April adalah hari selanjutnya yang tiada artinya, hanya terasa hampa dan kosong di dalam relung hatinya. Sama seperti hari-hari sebelumnya, Gaint hanya melaksanakan rutinitasnya sebagai seorang pelajar yang harus bangun pagi-pagi sekali.
Gaint sedikit merasa bosan dan terkekang, apalagi semenjak Gaint masuk kejenjang SMA yang berarti semua kegiatannya harus dilakukan dengan sepenuh hati, karena ini menyangkut dengan masa depannya.
Tok..Tok..Tok..
"Gaint, bangun nak." pinta seseorang dari balik pintu. Gaint hanya menatap datar pintu kamarnya itu sambil duduk dan mengumpulkan nyawanya yang belum sepenuhnya masuk kedalam raganya.
Ceklek..
Pintu kamar Gaintpun terbuka lebar, menampakkan sesosok wanita paruh baya yang selama satu tahun ini tinggal dengannya, dan ia kenal sebagai neneknya tengah tersenyum dengan tatapan sendu yang menenangkan.
"Cucu Emih tersayang udah bangun ternyata," ucap Larrisa sambil mengelus pelan kepala cucunya dan sesekali mencium puncak kepala cucu tersayangnya itu.
Gaint hanya menyunggingkan senyum kepada Larrisa, lalu setelah itu Gaint beranjak dari kasurnya dan bergegas membereskan kasur bekas Gaint tidur.
"Selamat pagi, mih." sapa Gaint dengan senyum yang belum memudar sejak tadi.
"Tumben kamu bilang kaya gitu. Biasanya juga langsung nyelonong ke kamar mandi." jawab Larrisa sambil terkekeh pelan.
Mendengar jawaban Larrisa tersebut, senyum Gaint memudar secepat kilat, digantikan dengan deru nafas gusarnya.
Gaint tidak bisa membantah apalagi mengelak, karena itu memang kenyataan bahwa Gaint memiliki sifat yang kadang acuh tak acuh.
"Yaudah, lain kali Gaint bakalan langsung ke kamar mandi aja." ucap Gaint dengan perasaan yang cukup kesal, dan berniat pergi dari kamarnya itu.
"Udah nggak usah kesal kitu atuh Jang, nanti gantengnya ilang loh." bujuk Larrisa sambil mencolek dagu cucunya itu, yang dibujuk tidak menjawab apa-apa cuman mendengus lalu kembali melanjutkan jalannya yang tertunda.
🐾🐾🐾
Sekarang Gaint tengah duduk di depan Harefa dan Larrisa, sambil mengunyah roti panggang yang sudah disediakan Larrisa. Sesekali Gaint melirik ke arah keduanya, Gaint sedikit merasa ada kejanggalan dengan tingkah laku keduanya yang sedari tadi melihat dirinya sambil memperlihatkan keresahan dan saling berbisik seakan Gaint tidak boleh mengetahuinya.
"Mih, Bah, ada apaan sih? Dari tadi Gaint liatin gerak geriknya mencurigakan." ucap Gaint sambil memicingkan kedua matanya seakan-akan Gaint tengah mengintrogasi seorang penjahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
PG-AINT
Teen Fiction[HIATUS]'Sebuah kesalahan bila ada yang hendak mendekati dirinya.' 'Jangan pernah salahkan dirinya bila dirimu terkena batunya, sebab masa lalunya yang membuat dirinya enggan berhubungan dengan sesuatu yang telah merebut dan merusak kebahagiaannya.'...