PG-AINT [-] *The Prize and The Nightmare*

66 21 28
                                    

35 👀, 15⭐. Part selanjutnya langsung meluncur

Selamat membaca :)

Ternyata capek juga pake motor kopling, tapi lumayanlah jadi bisa lebih cepet sampai ke sekolah. Gumam Gaint dalam hati.

Sekarang Gaint sudah berada di sekitar sekolahnya tepatnya di lahan parkir milik sekolah.

Meski rumahnya tidak terletak terlalu jauh dari sekolah tetapi Gaint baru sampai setelah kurang-lebih 15 menit berkutat dengan jalanan Bandung, setelah sampai ia segera memberhentikan motornya di lahan parkir yang sudah disediakan oleh sekolahnya.

Tepat ketika standar motornya diturunkan, Gaint melepas helm yang dia kenakan dan merapihkan potongan rambutnya yang sedikit acak-acakan akibat helm yang tadi ia lepaskan, tak lupa Gaint melihat kaca spionnya untuk memastikan penampilannya sekali lagi.

"No Pain No Gain?" sapa seseorang dengan nada sedikit bertanya, Gaint pun menoleh dan mendapati teman sehidup sematinya, Faikar tengah tersenyum mengejek kepadanya.

"Widih, naik motor baru nih yee, biasanya juga naik andong nya Pak Aning." cerocosnya.

"Kenalan dulu boleh kali." setelah berkata seperti itu, Faikar pun menendang-nendang ban motor milik Gaint, lalu si empunya langsung mendengus sebal seraya bergumam pelan.

"Terserah lo kar, mau dicium-cium sampai diajak kencan juga gue bolehin. Udah ah gua mau ke kelas aja!" ucap Gaint sarkasme lalu pergi meninggalkan temannya yang kini tertawa puas.

"Yeilah, motor aja baru tapi kelakuan masih kaya dulu." ujar Faikar sambil berlari mengejar Gaint yang sudah menghilang dari pandangannya.

Sesampainya di kelas Gaint segera melepas alas kaki yang ia gunakan dan menyimpannya di rak yang tersedia di depan kelasnya.

Bukan tanpa alasan Gaint melepas alas kakinya tersebut. Hal itu dilakukan karena kelasnya dulu adalah bekas kelas lab komputer yang menggunakan karpet sebagai alasnya, hingga sekarangpun karpet tersebut tidak pernah dilepas.

Karena itu, para murid di kelas Gaint sepakat untuk tidak menggunakan alas kaki ketika masuk ke kelas.

Kesepakatan itu pun sudah disetujui oleh kepala sekolah dan para guru, sehingga tak ada guru yang memarahi para murid jika bertelanjang kaki ke dalam kelas ini.

"Tumben lo berdua udah dateng jam segini." tanya Azhar sambil mendelik ke arah keduanya.

"Hooh, biasanya juga menit-menit terakhir baru dateng atau gak minta extra time ke guru yang udah masuk ke kelas." timpal Rivan sambil tertawa dan mencolek bahu Gaint.

"Weish, lo berdua ngomong gak pake mikir dulu, guekan anak rajin mencontek PR, jadi kalau ada PR segudang dan dikumpulin di-jam pertama, gue pasti datang nyubuh. Kebetulan ini anak udah dateng juga, jadikan gak perlu ngemis ke yang pelit, ya gak?" ucap Faikar sambil menaikan satu alisnya dan melirik ke arah Gaint.

Gaint yang melihat hal itu seketika menghela nafasnya panjang, memang sudah kebiasaan Faikar begitu Sejak SD dan entah mengapa Tuhan Semesta Alam ini memberikan takdir bahwa Gaint dan Faikar selalu satu sekolah dan satu kelas sejak SD. Ah, sungguh sebuah takdir yang kelam.

"Lu pasti udah selesaikan Gai?" tanya Faikar dengan satu alisnya yang masih setia ia naikkan sembari melirik ke arah Gaint. Gaint mengangguk dan langsung melemparkan tasnya ke arah sahabatnya itu.

"Contek sepuas lo, Charis. Tapi inget, jangan kasih buku gue ke orang lain selain kalian bertiga. Apalagi yang minta itu manusia jenis lain!" seru Gaint sambil memberi pantangan kepada temannya yang hendak meminjam bukunya itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 19, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PG-AINTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang