1. Andai aku mengulang...

62 4 0
                                    

Kisah yang ku harapkan dulu

....ooOOoo....

Tentang Rindu yang bertamu, tentang Rasa yang mengakar, dan tentang Cinta yang tak kunjung menuai kepastian. Takut itu dia, berani itu Malapetaka. Kekaguman itu.. Sandaran harapannya.

PS : Semua tentang Hujan, Perihal, dan Perasaan. Tentang mimpi, puisi, dan peri.

••••

MALAM larut, tetes embun, dan suara gerimis memercik di setiap atap-atap dan hujan yang semakin deras berlarian membasahi seluruh jagad kota malam itu. Dingin menyertai, menggigil, dan hanya terdengar suara pantulan hujan-hujan batu yang semakin memantul ke seluruh kota, termasuk RUMAH.

Dan yang seketika, lambaian malam hanya menjadi alunan mimpi yang menenangkan tidur. Alam mimpi masih membayang-bayang, kelopak mata masih tertutup rapat dan mengabaikan hujan yang semakin mengintip hingga percikannya menempel di kaca jendela mahal itu. Makin larut.. Semakin deras. Keberisikan di luar sana yang mengacaukan semuanya. Tiba-tiba...

"Ah, hanya teriakan hujan yang membangunkan tidur lelapku." Gumam Riana sambil menjongkrak di atas ranjangnya.

Kini, bergantian dengan hujan, Riana mendengkur di atas ranjang sambil mendengar hujan-hujan bernyanyi, yang dapat menghilangkan suara pengap di luar sana.

Dirinya beringsut bangun, duduk di atas ranjang. Riana melirik jam dinding di samping jendela.

05:12

Masih pagi sekali kah?

Riana mengalih punggungnya untuk duduk di tepi tempat tidur, menarik sendal berbulu kucing kemudian memakainya.

19√

Riana mengolom tanggal sembilan belas di kelender kamarnya. Tersisa 21 hari lagi berteman dirinya berteman dengan bisikan angin. Sendiri. Tanpa Mama & papa. Setelah itu.. Ia akan kembali ke sarang hidupnya.

Semangat! Anggap aja angin lalu!

Perputaran poros jam berkisar pagi sekali. Riana menopang dagu di kursi rias. Bingung harua melakukan apa.

Jika sendiri senyap seperti ini.. Riana merindukan lawakan teman sekelasnya.

Lagi-lagi seperti ini saja terus.

Gadis berwajah oval itu menyapa pagi dengan kelam, menanti malam yang cepat datang. Sunyi. Sunyi dan sendiri ia sukar.

Riana mengucir rambut sekenanya. Ia membuka pintu balkon dan duduk disana. Sayup angin melambai seolah mengucapkan selamat pagi. Sejuk memang, pemandangan sawah dan patahan pohon pinus tak pernah di jumpainya dalam lembaran pusaka. Asri. Mungkin ini yang disebut salah satu kekayaan indonesia. Tetapi, jangan selalu salahkan turis asing yang membantai cocokan tanam dan kealamian negara indonesia. Jika terbukti keluarga kandung sendirilah yang memakai topeng memilah kayu hutan untuk di jadikan sarana berpenghasilan.

Tak perlu jauh melambung, tak perlu jauh mengukur, lihat saja di sekitaran. Pertama, apakah wajar buaya yang di izinkan tuhan untuk hidup di jadikan prasarana? Dikuliti, membuang isi tubuh ke dalam temparau,  bahkan tanpa nilai nurani. Tak jarang jika melihat sepatu, kaus kaki, dan rentetan baju-baju yang di jual dengan lambungan harga termahal bahkan tak elok di beri label ternama.

Baju itu memang cantik, inovatif. Kreativitas tak bisa di jangkau dengan bayaran. Ide murni itu memang mahal. Tapi bila dicerca dari sudut manusiawi? Menggregetkan sekali bukan?

Kedua, Allahu... Nikmat yang mana lagi yang kai dustakan?

Perhatikan saja investor penjualan bayi yang semakin marak merajalela. Ini bukan soal mencari uang, akan tetapi soal hati nurani. Bukankah Sebejat-bejatnya orang, sebangsat-bangsatnya manusia, telah diberi sentuhan murni dan kepedulian oleh tuhan? Jangan senila deh, setitik saja. Ada! Tuhan memberikan itu.

Ketiga, coba perhatikan gaya bicara sehari-hari orang jawa timur, jawa barat, jawa tengah, bali, jakarta bahkan aceh sekalipun, sudah menyumbang seperdua dari keseluruhan budaya indonesia. Kurang kaya apa coba?

Karena itu, tak jarang acapkali melintas pemikiran..

(Korea beruntung sekali ya punya title negara ginseng..)

(Beijing beruntung punya gelar tirai bambu..)

(Amerika juga beruntung memiliki julukan Paman Sam..)

Gitcu?

Hati batu lantaran tak tau menau. Andaikan korea mengulang kata itu, tentu akan mencengangkan dunia.

(Indonesia sangat amatlah beruntung menjajaki julukan bumi pertiwi bahkan di bawah naungan wanita cerdas gubahan R.A Kartini)

Seperti itu? Bisa toh! Mudah saja.

****



Malam kaula muda..
Entah kenapa akhir² ini banyak banget cerbung yg neplok dengan semaunya di otak aku. Awalnya sih g niat nulis, tapi karena diperkirakan ini ide, ya langsung cepat² di tulis. Kalo simpen bsk takutnya merayap dia.

Kayak ada bohlam yang nyembul di kepala kanan loh,

TADAA!

AHA

Kuranglebih kayak gtu.
Vommentnya ditunggu ya!
Salam 'Mi abang gade'

Lfy

Z/f

Rindu!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang