***
Halo guys, ini cerita pertama gue setelah berhenti nulis selama 2 tahun di wattpad, sebenernya, gue nulis cuma buat gabut-gabut doang, tapi lama-lama seneng juga, dan, gue seneng banget bisa punya semangat buat nulis lagi. JANGAN Lupa vote dan komen ya, gue masih pemula juga, jadi mungkin kata-kata gue sedikit belibet or typo bertebaran di mana-mana. So, happy reading.Raka, Veronicca, dan Kara
Hari masih terbilang pagi, bahkan matahari masih mengintip malu-malu dari balik jendela kayu.Seperti hari minggu sebelum-sebelumnya, keluarga ini akan mengadakan rapat mingguan setiap pagi pukul setengah enam. Bayangkan, ketika keluarga-keluarga lain di luar sana masih bergelut dengan selimut dan guling, keluarga dr. Iman sudah bangun dan mengadakan rapat mereka.
"Jadi jadwal minggu ini sudah jelas kan anak-anak? Papi ngga mau kalian ada yang telat masuk kerja atau ke kampus. Ingat, tiap pagi harus ada yang mempersiapkan sarapan, kalo Mami masih dapat sift malam, kalian mengerti?"
"Siap komandan!" Teriak anak-anak bersemangat.
Mami, dia dr. Aisa, mengetukan pensil ke meja, "Jangan hanya siap-siap saja, kamu Raka, kalo masih telat datang ke rumah sakit, kamu mau lihat ibu-ibu ngelahirin tanpa dokter atau ngelahirin di lantai rumah sakit? Veronicca, kamu juga, masih magang di rumah sakit sudah coba buat telat? Mau ditaruh di mana wajah Mami sama Papi?"
Raka dan Veronicca menunduk malas, lagi-lagi setiap rapat mereka yang kena semprot duluan, sedangkan adik bungsunya masih senyum-senyum sendiri, "Dan kamu, Kara, mami ngga mau liat rumah berantakan, kalo kamu masih suka sembarangan naruh barang-barang, mami titipkan kamu ke rumah dr. Ibrahim!!!!"
Kara hanya melongo mendengar ocehan maminya pagi ini, "Eh, sory to say ya Mi, mana mau Kara tinggal sama dr. Ibrahim, yang ada Kara malah ja.." sebelum Kara melanjutkan celotehannya, Papi sudah angkat bicara, "Sudah, jangan diperpanjang lagi, sekarang waktunya kita olahraga pagi, Raka, siapkan mobil, kamu Veron, siapkan air minum, Kara cepat ganti baju sebelum kami tinggal ke GOR"
Setelah itu, mereka tergesa-gesa pergi dari meja rapat, Mami dan Papi hanya menggeleng-geleng tidak percaya kalo mereka adalah anak-anaknya, yang dulu maish suka mengompol dan nangis jerit-jerit ga jelas.
***
Lagi-lagi Veron lupa meninggalkan laptop miliknya di kamar, hari ini ada beberapa laporan yang perlu ia persiapkan, dengan tanggap, ia menggapai ponselnya di atas meja lalu mulai menelfon seseorang, "Eh, Ra, la pasti lagi tidur? Minta tolong dong!" Di ujung sana, Kara melengos malas, "Paan?" Wajah Veron langsung berbunga-bunga, "Ambilin laptop gue, di kamar, lo kan lagi sante, bantuin gue sebentar dong!"
"Ya, ada ongkosnya, kalo ga, gue ga mau." Veron langsung menekuk wajahnya, "Sialan lo, gue masih kere, tapi ya udah deh, gue bayarin makan besok abis lo pulang ngampus" lalu sambungan terputus.
Baru Kara melangkahkan kakinya keluar kamar, hp nya berdering kembali, "Ra, minta tolong ambilin map warna ungu di kamar gue, gue tau lo pasti lagi ngiler." Kara melongo,emang dasar sialan semua kakak-kakaknya. "Lo salah, gue lagi jalan, harus ada ongkos kirim, pokonya lo harus beliin gue tas baru, titik."
Sambungan terputus, Kara si yang memutuskan. "Emang nyesek ya jadi anak bungsu, yang kata orang anak bungsu dimanja, fiuh, bullshit, gue malah jadi pembantu, tau gitu gue ga mau belajar nyetir mobil"
Setelah semuanya terkumpul, Kara segera pergi ke rumah sakit tempat mereka bekerja, baru sampai di depan pintu rumah dan mengunci, hp nya berdering kembali. "Kara, jemput Mami di rumah Tante Aca, nanti Mami share lokasi" ingin rasanya Kara menjedotkan kepalanya ke tembok berkali-kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Mati Dulu
Romance"Hal yang paling ngga gue suka adalah disuruh ini itu ngga jelas, intinya gue ga suka kalo ngga buru-buru dikasih kepastian!! Eh, tapi, ah gatau, gue lupa mau ngomong apa lagi" -Kara "Gue paling ngga suka kalo dipatahin terus hatinya, gue udah jat...