***
Hello guys, akhirnya gue update lagi nih xixixi. Makasih semuaaaanya ya.g udah baca cerita aku yang super duper gaje. Aku tunggu vote dan komennya ya guys. Sory, kalo kalian masih menemukan banyak typo. Oiya, gue update biasanya kalo lagi gabut, gue usahain seminggu sekali paati ada chapter baru. Thankssssss, salam cium dari Princess Elephant.***
Pokoknya gue ga mau tau Ra, lo harus temenin gue nonton Dilan, gak mau tau, pokoknya waktu gue jemput, lo harus udah stand bye di depan rumah. Ga pake lama."
Setelah itu, sambungan terputus. Ingin rasanya Kara menjambak rambut Reza, dasar setengah cewek, giliran Kara yang nangis- nangis minta nonton film horor Reza ogah-ogahan, sekarang, giliran Reza yang minta nonton film romance, Kara yang harus nurut.
Kara menyibak selimutnya, langsung menuju kamar mandi, selama mandi, ada ribuan fikiran yang tiba-tiba dia ingat, salah satunya pernikahan Rahman. Kemarin, dia datang ke pernikahan Rahman ditemani Raka, setelah di sana, Raka malah asyik ngobrol dengan berberapa teman yang dia kenal, katanya sih teman zaman SMP.
Bukannya anti sosial atau males ngobrol dengan teman-teman kakaknya, Kara lebih memilih mengedarkan pandangan mencari mangsa, maksudnya mencari cowok-cowok yang klimis-klimis, ya sebelas dua belas sama model majalah deh.
Surprise, rata-rata cowok yang datang menurut analisa Kara, adalah teman-teman Rahman yang notabenenya adalah para model yang rapi-rapi, ganteng, dan beberapa sexy, ngga masuk dalam kriteria Kara.
Entah kenapa sekarang Kara lebih suka cowok yang keliatannya pekerja keras, bukan hanya kelihatannya saja si, ya intinya sekarang Kara suka cowok yang ngga klamer-klemer model kaya Reza deh, atau kaya cowok-cowok yang datang ke pernikahannya Rahman, ehmmm cowo yang gagah, kalo ganteng juga ya syukur deh xixixi.
Kara mengambil handuk, lalu ia menggosok giginya, ia menatap wajahnya yang terpantul jelas di cermin. Wajahnya sendu, kenapa dia bisa terlihat semenderita ini? Astaga, apa gara-gara Rahman menikah duluan? Tidak-tidak, Kara bukan tipikal cewek yang seperti itu. OMG, kara tersadar dari lamunannya saat suara klakson mobil di luar sana sangat berisik, dengan kekuatan super Wonder Women yang dipansukan dengan kekuatan The Flash, ia melesat dan mulai berdandan secepat kilat.
***
Veronic menguap dengan lebar, waktu telah menunjukan pukul 2 siang, ia sama sekali belum menyentuh makanan sejak pagi, ia hanya meminum segelas jus wortel milik Kara, lalu berangkat ke Rumah Sakit, perutnya berbunyi dengan nyarinh, untung saja semua pasien yang harus dia tangani telah selesai.
Ia berjalan sambil memainkan ponselnya, lalu menuju kantin, berharap bertemu dengan Raka, ada banyak hal yang ingin dia tanyakan. Rezeki memang ngga kemana, saat Kara masuk ke dalam kantin, Raka sedang duduk dengam Aluna dan kotak bekal makanan yang sangat banyak. "Astaga, emang ya rezeki anak sholeh kaya gue banyak banget. Tau bener gue lagi laper Lun."
Aluna tersenyum tipis, ada gurat canggung yang terukir di wajahnya. "Oiya, Ver, mau ikutan nonton Dilan ngga ntar malem?" Veronic yang sedang memasukan sesendok bubur kacang hijau tersedak, "Uhuk-uhuk, air, air, mana air" dengan sigap Raka mengulurkan air minum, "Lo tuh makan ditelen dulu kampret."
Veronic melotot tajam, "Enak aja, gue kaget anjir, ga mau nonton gue, yang ada gue jadi kambing congek diantara lo berdua." Raka mendengus, "Ver, samapi kapan lo ga serius-seriuas sama cowo?" Veronic memutar bola matanya tajam, lebih tajam dari pelototannya yang tadi. "LO KAN TAU SENDIRI ANJING, GUE DISELINGKUHIN BUKANNYA GUE GA PERNAH SERIUS, DASAR."
Lalu ia berdiri dan menatap Raka, "Jangan mentang-mentang hubungan lo adem ayem Rak, inget itu." Raka tertawa, sedangkan Aluna hanya meringis, Veron yang sudah kelewat baper meninggalkan mereka dengan perut keroncongan. "Sialan, baru aja sesuap, merea udah nyebelin, lihat aja, gue bakal DO makanan, eh, tapi duit gue lagi miris lagi. Ah tau ah, bodo, bentar lagi juga pulang."
***
Kara keluar dari bioskop dengan wajah kusut, dia jadi mengimajinasikan Dilan, tapi ko dia malah keinget Rahman si, ya ampun. Reza berjalan di belakang Raka dengan memegang 2 bungkus popcron yang masih utuh, sama sekali belum terjamah oleh siapapun. "Ra, jangan cepet-cepet jalannya, gue bawa amunisi berat nih"
"Bacot lo, salah siapa beli dua, gue kan udah bilang gue kalo nonton sukanya sponge, bukan popcron, lo tetep aja beli. Eh Za, makan yu, gue laper nih." Reza hanya berdehem, setelah sampai di parkiran, dan menunggu Reza, Kara mengamati sesorang yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Sepertinya dia mengenal perempuan itu. Bukannya, itu mamahnya Ka Aluna ya? Dengan siapa?
"Tante?" Panggil Kara, Tante Ina tersenyum sambil melambaikan tangannya, "Hai sweetheart, lama nih kita ngga hangout bareng." Kara tertawa keras. "Tante nih yang sibuk muli, jadi aku ngga bisa hangout bareng sama tante terus sama Ka Alun." Mereka berbincang-bincang sebentar, lalu Kara pamit pulang.
"Itu tante modis siapa? Sobat lo?" Tanya Reza. Kara mengangguk, "Yes, that's right, gue sering banget diajak makan malam sama Tante Ina, eh sekarang udah jarang, kayaknya si ditalak samg suami." Reza melongo, untung mereka di lampu merah jafi, Reza engga perlu repot menerem mendadak. "Maksud lo? Cerai gitu?" Kara mengangguk mantap, "Iye, gue denger dari Tante Ibrahim. Oiya, Za, ko ga jadi makan si? Gue laper banget padahal."
Reza meringis, "Lupa, udah deh, gue DO in KFC aja ya, tar lo smape rumah, KFC nya nyampe juga." Kara tersenyum sambil memeluk lengan sahabatnya, "Makasih rezaaaaaaku, baik banget tumben." Akhirnya, setelah terjebak macet, Kara sampai juga di depan rumahnya. Saat Kara hendak turun, Reza mencegah, ia menarik pergelangan tangan Kara.
"Ada yang mau gue omingin sebentar, Ra." Sedetik kemudian, tangan Kara langsung dingin, jujur, Eeza enggak pernah seperti ini. Dan satu lagi, apa ini ada adalah efek samping nonton film Dilan?
"Apa, buruan, o, gue tau, pasti lo mau bagi duit buat bayar KFC nya kan? Mana?" Reza memberikan satu lembar uang seratus ribuan, lalu ia menatap mata Kara dalam, "Gue mau minta maaf, gue, maksud gue, mulai besok gue bakal jarang jemput lo, jarang nemenin lo nonton, jarang main sama lo, tapi bakal gue usahain kok Ra, jadi lo harus cari pacar supaya..."Sebelum Raka melanjutkan kata-katanya, wajah Kara sudah memerah karena marah, "Maksud lo? Lo udah ngga mau jadi sahabat gue lagi? Lo udah ngga mau dengerun curhatan gue lagi? please, jelasin!" Nada bicara Kara sudah tinggi, Reza hanya menunduk, lalu menatap Kara lagi.
"Sori, tapi, ini syarat cewek gue Ra, kata lo, lo pengen gue punya cewe, akhirnya gue bisa dapetin cewe yang gue suka dari dulu. Tolong Ra, ngertiin gue." Kara mengibaskan tangan Reza, "Oke, kalo mau lo gitu, ga masalah, hidup gue aman tanpa lo!"
Lalu Kara membanting pintu mobil dengan sangat keras. Dengan wajah yang masih judes, Kara membayar tagihan pesanannya, Ia menatap mobil Reza yang berlalu begitu saja. Jujur, untuk pertama kalinya, Kara merasa kecewa dengan Reza. Ia benar-benar kecewa.
Kara masuk ke dalam rumah dengan wajah ditekuk, ia melemparkan bungkusan ayam pada Veronic. "Hadiah buat lo, makan tuh." Lalu dia menaiki tangga, masuk ke dalam kamar dan langsung membanting pintu kamar dengan sangat keras. "Gilaks,dia kesurupan apaya." Tanya Veron dalam hati, tapi, ya sudahlah, bodo amat. Veron langsung melahap habis makanannya.
**
Suka ngga guys? Xixixix
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Mati Dulu
Romance"Hal yang paling ngga gue suka adalah disuruh ini itu ngga jelas, intinya gue ga suka kalo ngga buru-buru dikasih kepastian!! Eh, tapi, ah gatau, gue lupa mau ngomong apa lagi" -Kara "Gue paling ngga suka kalo dipatahin terus hatinya, gue udah jat...