Who Are You?

38 4 4
                                    

The sun is up
The sky is blue
So who are u?


Matahari terbit. Siluet cahayanya menyambar melewati celah jendela tanpa sadar menusuk mataku. Membuatku bangun. Mataku mengerjap beberapa kali. Ah, rupanya sudah jam 6 pagi. Tubuhku terkulai lemas. Ku urungkan niat untuk bangun. Langkahku gontai menuju kamar mandi. Selesai mandi aku sarapan pagi. Sarapan pagi memang menjadi kebiasaanku sejak kecil. Mamaku selalu membiasakan itu.

"Sebelum sekolah harus sarapan dulu, biar kuat sekolahnya sampe sore. Sarapan pagi itu penting, Cha." terocos mama saat aku menuju dapur.

"iya ma," jawabku singkat.

Setelah sarapan aku berangkat sekolah diantar oleh ayah. Sebenarnya aku bisa naik motor sendiri, tapi waktu itu aku belum cukup umur untuk mengendarai motor dan juga tidak ada kendaraan umum sebagai alat transportasi ke sekolah di daerah rumahku. Kalaupun ada, itu cukup jauh. Ojek online pun juga belum ada di Solo. Ya sudah, diantar ayah saja. Lagipula lebih enak dan lebih irit uang jajan, supaya aku bisa nabung. Aku suka menabung walaupun sedikit-sedikit. Aku suka bisa memberi barang dengan uang tabunganku sendiri.

Sesampainya di sekolah, yah seperti biasa suasana sekolah masih sepi. Karena aku memang selalu datang lebih awal. Kalian pasti tanya kenapa aku suka datang lebih awal ke sekolah? Jangan tanya kenapa, karena jawabannya sendiri aku juga tidak tahu. Aku hanya senang saja keadaan sepi. Lagipula kalau berangkat mepet jalan pasti macet dan telat. Aku tidak suka dihukum. Sampai sekarang juga belum pernah dihukum.

Karena kelas sepi, jadi aku mengeluarkan ponselku untuk ku mainkan. Sekedar memainkan sosial media, game, mendengarkan lagu, dan kadang mendownload video korea. Ya, itu rutinitasku jika aku sendirian.

Saat pelajaran mulai, aku dan ara tidak terlalu perduli dengan pelajaran yang sedang di berikan. Malahan kami asyik mengobrol dan membahas sesuatu yang kadang tidak penting. Tiba-tiba saja ara menyodorkan ponselnya.

"Sha, liat deh.. Chanyeol ganteng banget" kata Ara dengan senyuman sumringahnya.

"Iya, dia kan oppa* ku" jawabku singkat. (*panggilan kakak laki-laki untuk adik perempuan)

Karena kita memang suka dengan kpop jadi, kita sering membahas tentang kpop. Ara memang suka dengan socmed dia selalu update dengan berita apapun. Di sela pelajaran pun sempat-sempatnya jemarinya berselancar pada ponsel kesayangannya.

Ku lihat Ara terus men-scroll sosial media instagramnya. Seketika ia terperangah melihat gebetannya muncul di timeline instagramnya.

Oh iya lupa ku ceritakan, gebetan Ara itu kakak kelas. Namanya Baskara. Dia kelas XII IPS 4. Kata Ara, mas Bas itu cinta pertamanya di SMA.

"Shaaaaa, mas Bas upload foto ganteng banget, shaaaa. Gak ngerti lagi deh. Like like komen komen aja deh," kata Ara dengan wajah bahagianya seperti baru dapat lotre lima miliyar.

"Yaampun, Ra. Gausah histeris gitu bisa ga sih. Mas Bas nya biasa aja gitu kok," timpalku risih.

"Dia ganteng, Sha. Coba liat nih deh,"
"Kamu kapan punya doi?" celetuk Ara mengejekku lagi lagi dan lagi.

Aku hanya menghembuskan nafas gusar, "Ra, sini ku bilangin. Aku itu enggak kayak kamu yang gampang suka sama si A si B. Aku itu tipe orang yang susah jatuh cinta. Tapi sekalinya suka sama seseorang, aku ga bakalan berpaling dari dia. Ngerti kan?"

"Tapi aku yakin, kamu bakalan nemu orang yang pas buat kamu. Tunggu aja, Sha. Tuhan punya rencana yang baik" nasihat Ara padaku.

"Wah, Ra. Tumbenan kamu bijak gini. Habis makan apa sih hahaha," kataku sambil terkekeh.

"Tauk ah bodo amat. Kantin yuk," sahut Ara.

"Sasa, Ira, Dea, Rani, Runa, Putri ikut kantin gak?" ajakku pada teman-temanku yang lain. Saat itu aku berusaha ingin dekat dengan teman teman baruku

"Iya, ikut," sahut mereka bersama-sama.

Kami pun bersama sama jalan ke kantin, saat itu aku berjalan di barisan paling depan, ya karena mereka semua jalannya lelet.

Saat menuju kantin, otomatis kita melewati kelas X IPS 7 karena tepat disebelah kelas kami. Tiba tiba saja perasaanku tidak enak, seperti ada yang sedang mengawasiku.

Aku reflek untuk menengok ke kelas itu, dan ternyata dugaanku benar, laki-laki yang waktu itu bermain gitar ternyata diam-diam memperhatikanku. Awalnya aku biasa saja, tapi semakin lama dia semakin menatapku dengan tatapan yang aneh. Sangat aneh. Aku pura-pura saja tidak tahu.

"Ara, liat deh. Dia dari tadi ngeliatin aku terus. Hih kok gitu sih," sembari memberi kode dengan kontak mata.

"Eh siapa yang ngelihatin kamu, Sha?" tanya Ara sembari mencari orang yang ku maksud.

"Oh itu. Iya, dia ngeliatin kamu," kata Ara.

"Halah bodo amat," celetukku asal.

Aku hanya merespon singkat apa yang dikatakan Ara. Soal laki-laki yang memandangku tadi, aku tidak tau maksudnya apa. Jadi, aku abaikan saja.

Kami pun melanjutkan langkah kami menuju kantin. Setelah selesai membeli makanan dan minuman, kami kembali ke kelas untuk menyantapnya.

"Sha, kamu jajan apa?" tanya Ara.

"Aku cuma beli gorengan sama air putih aja."

Kami pun makan bersama di bangku kami sembari bercakap dengan teman yang lain.

Saat itu aku belum begitu dekat dengan Ira, Sasa, Diana, Rani, Runa dan Putri. Namun seiring berjalannya waktu aku mulai dekat dengan Putri dan Runa karena mereka sering curhat kepadaku dan tentunya juga pada Ara. Pada saat itu juga Ira dan Sasa lebih dekat dengan Diana dan Rani karena mereka duduk sepan belakang.

Tapi seiring berjalannya waktu, tiba-tiba saja kami semua bisa dekat sampai sekarang. Bahkan, kami sudah menganggap satu sama lain sebagai sudara. Aku tidak ingat jelas bagaimana saat itu kami bisa saling dekat bahkan melakukan hal konyol sekalipun tapi masih dalam batas wajar.

Bel pun berbunyi tanda pulang sekolah. Aku dan teman-teman berjalan bersama menuju gerbang sekolah. Tak kusangka, kami berpapasan dengan dia lagi. Iya, dia yang tadi siang menatapku dengan tatapan anehnya. Tanpa sadar Ara sangsung menepukku sambil berbisik,
"Sha, dia ngeliatin kamu lagi tuh cieee".

Dengan itu ku beranikan diri menatapnya dia. Agak lama. Lumayan lama. Dia seperti mengalihkan pandangannya ke arah lain. Awalnya aku merasa tidak enak bila orang memandangku seperti itu. I don't want to be the center of attention, please.

Tapi setelah berjalannya waktu, aku mulai terbiasa dengan ini. Bahkan kadang-kadang aku mencari keberasaannya. Malah aku yang curi-curi pandang. Sampai sekarang dia pun masih curi-curi pandang padaku. Dan lama-lama aku tidak keberatan dengan itu.

Lamunanku buyar ketika aku dikagetkan suara Ara, "Sha, diliatin terus ciee curi-curi pandang mulu."

"Gapapa, Ra. Dia ganteng kok," tanpa sadar mulutku mengatakan itu. Sontak aku langsung membekap mulutku yang asal bicara tadi. Ah, bodoh. Dasar Elsha tolol.


Oke readers, aku bingung ini ceritanya sangat membosankan:(
Kasih saran comment dong mau kelanjutan ceritanya dibikin gimana.
Thank u

Dont forget!!!
VOTE AND COMMENT JUSEYO

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 01, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Wave Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang