Bab 3

97 9 22
                                    

Pagi telah tiba, suara kicauan burung memanggilku untuk segera bangun dari kasur kesayanganku. Begitu juga dengan ibu yang sudah membangunkanku.

"Kei, bangun udah pagi nanti telat !"
"Ahh ibu kei masih ingin di alam mimpi."
"Kamu mah mimpi mulu. Udah sana mandi !"
"Ya karena mimpiku lebih indah, bu."
"Udah udah sana mandi!"

Tanpa menunggu aku menjawab, ibu pergi meninggalkan kamarku. Sebenarnya aku paling malas untuk mandi, apalagi kalau pagi begini rasanya aku hanya ingin menghabiskan waktuku di kasur yang empuk dan ditemani dengan handphone.

Aku bangun dari tidurku tapi belum meninggalkan kasur karena aku masih malas. Tapi tiba-tiba aku teringat pada murid laki-laki yang terlambat kemarin. Entah hanya karena aku mengingatnya aku segera bergegas pergi dari kamarku untuk mandi dan bersemangat ke sekolah. Baiklah Daffa Pratama, kau benar-benar menarikku. Kau berhasil membuatku bersemangat sekolah hanya karena mengingatmu. Sebenarnya kau punya sihir apa?

***

Aku bergegas ke dapur untuk makan. Seperti biasa aku makan dengan lauk tempe, lauk kesukaanku. Setelah itu aku berangkat ke sekolah yang kira-kira berjarak 2 km dari rumahku dengan diantar oleh ibuku yang sudah berumur 40 tahun. Kenapa aku tidak diantar ayah? Itu karena ayahku sudah lebih dulu berangkat kerja.

Oh iya aku lupa bercerita kalau aku adalah anak bungsu dari dua bersaudara. Aku mempunyai seorang kakak perempuan yang umurnya berjarak 8 tahun denganku. Namanya Silvi Anastasya, pernah kuliah di salah satu universitas di Surabaya dan mengambil jurusan pendidikan agama islam. Dia mempunyai sikap penyayang tapi agak sedikit sensitif dan protektif. Sikap itu yang terkadang membuatku malas bicara dengannya. Tapi bagaimanapun juga dia adalah kakakku.

Seperti halnya kakak adik yang lain, aku dengan kakakku juga sering bertengkar. Masalahnya sepele, hanya karena remot tv. Dulu aku senang melihat tayangan ini talkshow, acara yang dibawakan oleh Sule dan Andre Taulany. Sedangkan kakakaku, dia menyukai sinetron india yang ditayangkan disalah satu stasiun televisi. Kedua acara yang aku sukai dan kakaku sukai itu tayang dijam yang sama, sehingga mau tidak mau aku harus berebut remot tv dengannya. Baiklah sudah cukup cerita tentang kakakku. Mari kita kembali ke cerita awal.

Tepat pukul 06.45 aku sampai disekolah.

"Bu, aku berangkat dulu ya nanti jemput aku jam 11. Assalamualaikum." (Sambil mengecup tangan ibu)
"Iya hati-hati. Belajar yang pandai ya."
"Siap bu."

Ibu pergi meninggalkanku yang berdiri di depan gerbang sekolah dengan sepeda beat yang ia naiki dengan kencang. Aku berjalan menuju kelas tak lupa aku juga bersalaman dengan bapak dan ibu guru yang sedang berjaga.

Aku sampai di kelas dengan perasaan yang bahagia, tidak sabar ingin melihatnya lagi. Oh ya, hari ini adalah hari kedua MOS di sekolahku. Aku lupa memberitahu kalian kalau MOS di sekolahku berlangsung selama 3 hari. Maaf kan Kei ya teman-teman, Kei emang pelupa hehehee...untung saja tidak pernah lupa dengan namaku sendiri.

Hari kedua MOS dilaksanakan dengan diawali apel pagi. Semua murid menuju lapangan dan berbaris, termasuk aku harusnya Daffa juga tapi entahlah hari ini aku belum melihatnya. Aku harap dia tidak sedang tersesat. Kalau memang dia tersesat biarkan saja, asal tersesatnya sama aku.

Acara apel pagi berjalan dengan cukup khidmat. Setelahnya para murid kembali ke kelasnya masing-masing untuk diberikan materi. Aku duduk di kursi dengan wajahku yang tertutup keringat karena terkena sinar matahari. Kemudian ada dua murid yang berjalan ke arahku.

" Hai, namaku Airin kamu Keira kan? " (Tanyanya untuk memastikan).
"Iya." Jawabku singkat.
" Salam kenal ya. Ini saudara kembarku namanya Arin. "

Aku memandangnya heran karena mereka tidak berwajah sama.
" Ahh mungkin mereka kembar tak identik. " Gumamku dalam hati.

" Hai, aku Arin. "
" Oh iya. "
" Sendirian? "
" Iya. "
" Yaudah, aku sama Arin kesana ya. Arin ayo ! "
" Oh iya. "

Aku paham kalau mereka bosan berbicara denganku. Maaf ya untuk Airin dan Arin aku bukan bermaksud untuk bersikap dingin. Tapi aku bukan tipe orang yang banyak bicara agak membosankan memang, tapi itulah aku, Keira Anastasya.

Sekarang aku sendiri lagi. Tidak berbicara dengan siapa-siap. Bukannya tidak bisa tapi tidak ingin saja. Aku lebih suka diam dan melamun. Melamunkan apa saja yang membuatku senang.

Seketika kelas yang ramai menjadi hening saat pembina MOS datang untuk memberi materi. Pembina MOS yang tak lain adalah anak OSIS kelas dua dan tiga.

Semua murid mendengarkan penjelasan dari pembina MOS. Termasuk aku? Oh tidak, yang aku lakukan adalah memandang Daffa. Entahlah bagaimana bisa aku selalu ingin melihatnya walaupun sebentar.

Aku rasa dia memakai santet karena dia selalu saja menarikku, selalu saja membuatku ingin memandangi wajahnya. Atau mungkin aku yang menyukainya? Ahh rasanya tidak mungkin. Bagaimana bisa aku jatuh cinta dengan hanya melihatnya sekali? Tapi kalau memang aku jatuh cinta, aku harap ini cinta sungguhan. Karena cinta yang sesungguhnya akan membuat bahagia bukan sakit.

Hello My First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang