Bab 5

82 9 8
                                    

Ku terpikat pada tuturmu
Aku tersihir jiwaku
Terkagum pada pandangmu
Caramu melihat dunia
Ku harap kau tahu bahwa ku terinspirasi hatimu
Ku tak harus memilikimu
Tapi bolehkah ku slalu didekatmu...

Raisa - Jatuh Hati

***

       Alunan suara terdengar dari kamar mandi. Dan itu berasal dari suara pas- pas si Keira Anastasya. Aku memang hobi menyanyi dan sempat ingin bercita-cita sebagai penyanyi. Padahal suara mah pas-pas an. Karena nggak keturutan jadi penyanyi beneran, jadinya kayak gini deh, selalu konser di kamar mandi dengan disaksikan oleh sabun, pasta gigi, sikat gigi, dan kawan-kawannya.

" Kei, kalau mandi cepetan ini udah jam 6. Kamu belum pakai seragam, belum makan entar telat! Jangan konser mulu risih dengernya. " Ucap ibu yang lagi buatin sarapan dengan nada yang ngomel.
" Iya bu. Ini udah selesai. " Jawabku membuka pintu dan keluar dari kamar mandi menuju kamar.
" Udah sana cepet pakek seragam! " Liriknya padaku.
" Iyaaa ibuku yang paling cantik. " Kataku sambil senyum menggoda si ibu.

       Aku memang suka menggoda ibuku daripada menggoda orang lain. Karena kalau ibu baper kan aku nggak harus tanggung jawab, soalnya si ibu udah punya nya ayah. Tapi kalau sama orang lain terus orangnya baper kan mau nggak mau harus tanggung jawab. Biar nggak dikatain PHP (Pemberi Harapan Palsu).

    Aku bergegas menuju kamarku untuk memakai seragam lalu segera menuju dapur dan makan untuk mengurangi telingaku yang sedikit sakit karena omelan ibu.

   Seperti biasa menu utamnya selalu tempe goreng. Makanan kesukaanku. Jujur saja kalau di meja makan ada ayam goreng dan tempe goreng aku lebih memilih mengambil tempe gorengnya. Entah mengapa, ibu saja juga heran. Mungkin aku sudah terlalu menjatuhkan hati dengan tempe goreng.

" Bu, ayo berangkat udah telat nih! " Kataku yang terdengar tidak jelas karena sambil mengunyah makanan yang masih tersisa dimulutku.
" Itu makanan dihabisin dulu dong, Kei! " Perintahnya sambil melirik ke arah makananku.
"Udah bu ayo! Kei udah telat. " Ucapku cepat dan bergegas mengambil tas.

    Aku memang tidak pernah menghabiskan makanan yang aku makan. Entah kenapa mungkin sudah terbiasa jadinya ya susah diubah deh. Sampai- sampai ibu sudah lelah memperingatkanku.

" Ayo cepet naik! " ucap ibu sambil menyalakan motornya.
"Iya." Jawabku yang kemudian menaiki motor beat itu.
"Udah siap?" wanita lemah lembut itu menoleh ke arahku.
"Udah."

Setengah perjalanan menuju sekolah.

"Bu...yang kenceng naik motornya." Ucapku panik karena melihat jam sudah menunjukkan pukul 06.45 yang berarti 15 menit lagi bel sekolah akan berbunyi.
"Ngomong apa? Nggak denger." Teriaknya sambil membuka kaca helm.
"Yang kenceng naik motornya ibuku sayang." Teriakku kencang sambil mendekatkan mulutku ke telinganya.
"Iya. Jangan kenceng-kenceng juga kalo ngomong." Jawabnya judes.

Tadi ngomong pelan nggak denger sekarang aku teriak nggak boleh. Gumamku kesal.

"Hm iya."
"Kamu itu selalu nyuruh ibu cepet. Padahal ini telat kan gara-gara kamu sendiri yang lelet mandinya." Ucap ibu kesal.
"Iya, maaf bu Kei yang salah." Pintaku melas.
"Yaudah pegangan." menutup kembali kaca helm nya.
Tanpa mengucap sesuatu aku memegang pinggang ibu.

***


Huuh...kurang 5 menit. Gumamku dalam hati.

"Assalamu'alaikum." Sambil mengambil tangannya dan aku letakkan di pipiku.
"Wa'alaikumsalam. Yang pinter sekolahnya." Tangannya mengelus kepalaku.
"Iya bu." Ucapku dengan senyum dan dibalasnya dengan senyuman juga.
" Di jemput jam berapa? " Teriaknya karena aku sudah mulai berlari kecil.
" Nggak tau. Nanti ditelfon aja ya.." Jawabku terburu- buru.

Kriiinnngg....

Bel berbunyi, menandakan hari pertama belajar mengajar dimulai. Aku segera memasuki kelasku dengan perasaan gembira dan tak sabar. Maksudku tak sabar ingin bertemu si Daffa.

Daffa Pratama. Kamu adalah manusia pertama yang membuatku bersemangat bersekolah. Gumamku dalam hati dengan wajah yang senyum-senyum sendiri.

"Hai Kei." Sapaan dari teman sebangku ku.
"Hai Arin." Balasku dengan senyum.

    Suasa kelas sangat ramai. Semua murid saling berkenalan dan mencari teman. Terkecuali aku, yang nggak pernah punya pengalaman untuk berkenalan.

    Seketika suara murid yang ramai menjadi hening karena suara salam dari seseorang.

"Assalamu'alaikum." Wanita cantik itu melepas sepatunya dan memasuki kelas.
"Wa'aaikumsalam, bu." Ucap semua murid dengan kompak.
" Hari ini adalah hari pertama pelajaran sekolah dimulai. Perkenalkan nama saya Sisi lisdyowati. Kalian bisa memanggil Bu Sisi. Saya adalah guru BP dan sekaligus menjadi wali kelas kalian. "

  Guru tersebut memanggil salah seorang siswa untuk membagikan selembaran kertas kuning.

" Kalian isi data pribadi kalian sesuai yang ada pada kertas tersebut dan harus dikumpulkan hari ini di..." Tunjuknya pada siswa yang dipanggilanya tadi. Semua siswa pun mengangguk tanda sudah mengerti dengan ucapannya. Guru itu pun pergi meninggalkan kelas.

     Semua siswa sibuk mengisi data pribadinya. Tak sedikit siswa yang usil melirik data pribadi temannya untuk melihat nama ayah dan ibunya.

" Hei kembaliin bolpoin nya ! Kalau pinjem bilang jangan main ambil. " Teriakku cukup keras. Alhasil sebagian teman sekelasku melirik ke arahku.
" Aku Daffa jangan panggil hei. " Tatapnya sinis.
Aku menoleh. Dan betapa terkejutnya aku. Jantungku seolah semakin cepat berdetak. Orang yang mengambil bolpoinku adalah Daffa Pratama. Orang yang aku kagumi.

Oh Tuhan.. dia mengambil bolpin ku. Iya dia, Daffa Pratama. Bagaimana bisa ini...  Gumamku dalam hati.

" Gue pinjem bolpinnya ya. " Aku pun mengangguk. Tak percaya bahwa dia yang meminjam bolpinku.

    Semua siswa telah selesai mengisi data pribadinya dan siswa yang tadi dipanggil Bu Sisi itu berjalan menyusuri bangku untuk mengambil kertas yang diberikannya tadi.

" Bolpoin nya nggak balik yaa. " Liriknya dengan senyum.
" Ehh balikin lah itu punyaku. " Jawabku dengan nada kesal.
" Itu punya banyak gitu. Bagi satu ya. " Lingkaran bulan sabut di pipinya muncul lagi.
" Nggak bisa !"
" Yaudah gue balikin tapi bentar..." Dia memutar badan kedepan dan menghadap kebawah. Aku pun mengintipnya. Dan...yang benar saja bolpoinku dimasukkan ke kaos kaki buluknya yang entah sudah berapa hari tidak dicuci.
" Heh kok jorok sih...kenapa dimasukin ke situ.." Teriaku yang benar benar kesal terhadap tingkahnya itu. Aku kira dia anak baik tahunya usil banget.
" Nih, aku balikin. " Tangannya mengulur ke arahku berniat mengembalikan bolpoin itu. Tapi yang benar saja masak aku harus ngambil itu. Jorok.
" Buat lo aja. " Tatapku kesal dan mengubah pandanganku ke arah lain.
" Makasih. "

  Jujur sebenarnya aku tidak begitu kesal dengan tingkahnya. Aku sangat senang. Berbicara dengannya tadi rasanya seperti sedang bermimpi. Percayalah skenario yang dibuat-Nya memang selalu indah dan tak terduga.

======================================
Selamat membaca kawan- kawan:)
Jangan lupa kasih bintang hehehe..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 25, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hello My First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang